Mohon tunggu...
Nur Aulia Lidyanto
Nur Aulia Lidyanto Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis seadanya

Suka jajan dan traveling, gak suka kerja tertekan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Migrain Mama

21 Oktober 2021   14:44 Diperbarui: 21 Oktober 2021   14:50 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Adohhh mama pusing palaku" pungkasku sambil memijit kepala. Rasanya batang leherku kejer.  Betapa tidak, ini sudah kali ketiga aku kembali ke KUA untuk menyelesaikan pendaftaran pernikahanku. Satu hari berlalu begitu saja, tanggal pernikahan cantik yang telah direncanakan makin dekat. Tapi urusan berkas belum kunjung rampung. Membuatku jengah dan sakit migrain. Berkat pertolongan komite sekolah aku dapat mendaftar sekolah diusia belia dengan syarat umurku dibuat lebih tua satu tahun dari sebenarnya. Tanpa pikir panjang ibuku mengiyakan persyaratan itu. Dan alhasil beginilah aku, kesulitan mendaftarkan pernikahan karena aku anak perempuan pertama.

Kedua orangtuaku memiliki seorang bayi saat usia pernikahan mereka baru 8 bulan. Aku terlahir dengan kondisi prematur, diusia kandungan yang baru beranjak 7 bulan. Tubuhku kecil bahkan hingga aku dewasa. Secara fisik aku tidak kekurangan apapun, hanya saja pertumbuhanku terkesan lambat. Aku memiliki tinggi badan dibawah tinggi rata-rata dari kebanyakan anak seusiaku, bahkan aku adalah yang terkecil diantara seluruh anggota keluarga. Ibu melahirkanku dalam kemiskinan, sejak hamil beliau tidak mendapat gizi yang layak untuk seorang ibu hamil. Selama hamil pun ibuku bekerja membantu di pendulangan emas menemani ayahku.

Saat usiaku baru 4 tahun, ibu mendaftarkan aku di sebuah taman kanak-kanak tidak jauh dari rumah. Awalnya pihak sekolah tidak mau menerima aku yang terlalu muda namun ibu meyakinkan mereka bahwa aku sudah belajar membaca dan berhitung. Komite sekolahpun menerimaku dengan tangan terbuka, tetapi dengan syarat aku harus menambahkan umur 1 tahun lebih tua.

Ya, usiaku ditulis menjadi 5 tahun. Inilah awal dari semua kesulitan yang ku alami saat ini. Aku kesulitan mendaftarkan pernikahan sebagai seorang anak kandung dari orangtuaku. Sebab akta nikah orang tuaku menunjukkan kalau mereka menikah setelah aku lahir. Mencengangkan bukan, jadilah aku sebagai anak pungut. Bahkan mungkin mengira aku anak haram yang lahir diluar pernikahan.

Satu-satunya jalan adalah menyogok oknum KUA untuk membuat akta nikah baru. Sialnya, pihak KUA tidak berkenan membantu. Mereka menyarankan untuk melakukan sidang untuk menyelesaikan hal itu. Mau tidak mau, keluargaku harus menghadirkan berbagai saksi kelahiranku. Memanggil bidan yang membantu ibuku ketika melahirkan untungnya beliau berumur panjang dan tidak pikun. Kemudian menghadirkan tetangga terdekat yang tau kapan aku lahir. Sampai-sampai memanggil  komite sekolah yang menyarankan untuk mengubah umurku. Ini sungguh membuatku frustasi setengah hidup. Dan setelah diputuskan, aku tetap tidak bisa dinikahkan ayahku sendiri, mesti melalui wali hakim. Yah, setidaknya aku bisa menikah. Dan terimakasih berkat itu, semua persiapan pernikahan harus di selesaikan dalam waktu secepat-cepatnya. Mengingat bulan baik untuk menikah semakin dekat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun