Mohon tunggu...
Aulia Kusumaningrum Cahya M
Aulia Kusumaningrum Cahya M Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hai saya Aulia Kusumaningrum Cahya Mulya, mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta jurusan bimbingan dan konseling islam.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fear Of Missing Out (FOMO): Motivasi untuk Mencoba Hal Baru atau Justru Menjadi Ketergantungan Bagi Remaja?

11 Mei 2024   14:15 Diperbarui: 12 Mei 2024   12:02 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Saat ini istilah FOMO mungkin sudah terdengar familier di telinga kita. Fear of Missing Out (FOMO) merupakan ketakutan seseorang akan tertinggal dari suatu tren atau peristiwa yang menarik di media sosial. Misalnya ketika ada tempat makan yang sedang hangat dibicarakan, ia akan datang ke tempat tersebut hanya untuk dianggap sebagai orang yang tidak tertinggal zaman. Contoh lainnya seperti ketika ada suatu gaya fashion yang banyak orang membahasnya, ia juga akan langsung memaksa menggunakannya. Nah fenomena ini dapat dialami oleh siapa saja termasuk bagi remaja. Lalu, bagaimana FOMO yang ada pada remaja?  

            Remaja saat ini mayoritas tidak ada yang tidak menggunakan media sosial. Pengguna media sosial terbanyak berasal dari kalangan remaja berumur 15-19 tahun. Hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2022 memperlihatkan kelompok usia 13-18 tahun mencapai 99,16%. Selain itu berdasarkan data dari Data Reportal dan We Are Social, pada Januari 2024 Indonesia memiliki 139 juta pengguna media sosial yang setara dengan 49,9% dari populasi dengan 5 platform media sosial yang sering digunakan, yakni Whatsapp, Instagram, Tiktok, Facebook, dan X (Twitter). Dari laporan data diatas, melaui berbagai media sosial remaja dapat dengan mudah bisa mengikuti tren yang ada.

            Namun, penggunaan media sosial yang kurang tepat dapat memunculkan sikap FOMO. Faktor penyebabnya yaitu terbukanya informasi yang luas di media sosial sebagai akibat dari perkembangan teknologi yang pesat. Kita dapat dengan mudah mengakses informasi apapun, kapanpun, dan dimanapun. Sama hal nya dengan remaja, melalui media sosial mereka bisa mencari informasi, kesenangan, hiburan, dll. Media sosial merupakan tempat paling mudah dimana mereka dapat menemukan teman secara online, berinteraksi dengan orang lain, dan mendapatkan informasi dengan mudah. Maka sudah jelas media sosial tidak dapat terpisahkan dari kehidupan remaja. Selain itu, FOMO pada remaja juga berasal dari faktor harga diri yang rendah dan faktor usianya yang tengah mencari jati diri dimana identitas dan penerimaan sosial menjadi hal yang sangat penting, sehingga mereka ingin membuktikan dirinya kepada orang lain. Faktor berikutnya yakni merasa selalu kurang puas terhadap dirinya sendiri karena takut terabaikan.

            Remaja yang FOMO selalu membuka media sosial untuk melihat kegiatan baru apa yang dilakukan oleh orang lain supaya selalu up to date mengikuti perkembangan yang ada dan memaksakan dirinya untuk mengikuti kegiatan yang banyak agar bisa diposting di media sosial. Saat teman dekat atau orang yang dikenalnya membagikan pengalaman baru yang seru di media sosial, mereka berpikir juga harus merasakannya. Dengan bersikap FOMO dapat menimbulkan perasaan cemas, takut, dan gelisah akan ketinggalan suatu tren, peristiwa, serta pengalaman. Mereka takut akan dianggap tidak kekinian dan ketinggalan zaman. Nah kemudian apakah FOMO dapat menjadi motivasi untuk mencoba hal baru atau justru menjadi ketergantungan?

            Fenomena FOMO ini bisa berdampak pada kesehatan mental remaja dan aktivitas kesehariannya. Dampak tersebut diantaranya yakni cemas, khawatir, stres, sulit berkonsentrasi pada pelajaran sekolah, menghambat dalam aktivitas produktifnya untuk belajar, ketergantungan media sosial, waktu tidur yang terganggu, kualitas hubungan sosial yang buruk, selalu merasa tidak cukup, rendah diri, dan dapat berpotensi mengikuti perilaku yang buruk hanya karena agar diterima disuatu kelompok yang dia inginkan. Ketergantungan tersebut seperti waktunya yang ada lebih ia gunakan untuk memeriksa media sosial karena selalu ingin tahu tentang kehidupan orang lain atau berita yang ada daripada peduli dengan kehidupan nyata. Maka, solusi yang bisa digunakan untuk mengurangi FOMO adalah fokus pada pengembangan diri sendiri, berpikir positif, mencari kegiatan positif lainnya, membatasi menggunakan media sosial, membangun hubungan sosial di dunia nyata, dan lebih menghargai diri sendiri. Hal ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas apa yang sudah dimiliki dan tidak membandingkan dengan kehidupan orang lain agar tentram dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

            Akan tetapi tidak selamanya fenomena tersebut berdampak negatif, hal ini tergantung dari bagaimana remaja memaknainya. Adapun dampak positifnya yakni mendorong remaja untuk aktif berinteraksi membangun hubungan sosial yang baik, mengetahui apa yang terjadi di dunia sekitar, dan memotivasi untuk mencoba hal yang baru. Membangun hubungan sosial yang baik tersebut seperti ikut berpertisipasi dalam kegiatan sosial dan kegiatan amal. Sedangkan motivasi untuk mencoba hal yang baru diatas, dapat berasal dari mereka mengikuti berbagai kegiatan sehingga menjadi tahu apa yang menjadi minat dan bakatnya yang mungkin sebelumnya belum ia ketahui. Berawal dari FOMO ini, mereka dapat mengembangkan minat dan bakatnya tersebut agar berkembang menjadi optimal.


            Jadi, Fear Of Missing (FOMO) merupakan ketakutan seseorang akan tertinggal dari suatu tren atau peristiwa yang menarik di media sosial. Terumata bagi remaja banyak diantara mereka yang menggunakan media sosial kurang tepat sehingga FOMO ini terjadi. Faktor penyebabnya yaitu terbukanya informasi yang luas di media sosial, harga diri rendah, umur, dan selalu merasa kurang puas. Remaja yang FOMO selalu membuka media sosial agar up to date mengikuti perkembangan dan memaksakan dirinya untuk mengikuti kegiatan yang banyak. Akibatnya, berdampak negatif pada kesehatan mental dan aktivitas kesehariannya. Maka dengan solusi diatas diharapkan dapat membantu mengurangi sikap FOMO yang ada pada remaja. Disisi lain sikap tersebut tidak selamanya berdampak negatif, hal ini bergantung pada bagaimana remaja memahami dan memaknainya dengan baik serta bijak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun