Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Keledai - Wortel: Motivasi atau Manipulasi?

23 Mei 2024   04:03 Diperbarui: 23 Mei 2024   04:17 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: patmoschurch.blogspot.com

Alkisah. Seorang petani, menunggang gerobak yang ditarik seekor keledai. Sang petani, dengan asyiknya duduk di atas gerobak, dengan membawa hasil pertanian yang sangat melimpah kala itu. Tentunya, sangat membahagiakan. Sejumlah hasil sayuran, dia dapatkan, dia panen, dan hari itu, bermaksud untuk menjualnya ke pasar.

Sayangnya. Lokasi pasar itu, memiliki jarak yang cukup jauh, atau boleh dibilang sangat memerlukan perjuangkan ekstra. Jangankan tenaga manusia, tenaga hewan, sekelas keledai pun, tidak banyak yang mampu mencapainya denga satu kali jalan, dalam satu perjalanan. Sejumlah keledai ada yang tumbang di tengah jalan, sehingga menghabiskan waktu yang sangat lama-lama, dan bisa berhari-hari untuk sampai ke lokasi pasar.

Seperti yang dialami saat itu, Sang petani dikagetkan oleh keadaan keledai. Di tengah perjalanan, keledai pun berhenti, dan kemudian tersungkur di tengah jalan. Tampaknya, dia kelelahan dan kehabisan tenaga akibat perjalanan panjang, dengan medan juang jalan yang bertopografi menantang.

"wah..gimana nih..." pikir sang petani. Melihat keadaan keledai yang tersungkur di jalanan, dia mulai muter otak. Dia pikir, sayuran harus segera sampai ke pasar, dan ke pemesan yang sudah pastinya menunggunya. Jika menunggu dan mengandalkan kebugaran keledai, tentunya, cita dan harapannya itu, akan sulit diwujudkan.

"aha...." dia tampak senyum. Kemudian dia mencari sebatang dahan pepohonan, dan dijadikannya sebagai alat pancing yang diberi umpan wortel. Wortel di simpan diujungnya, dan diikat dalam kendali keledai sehingga keledai melihat, dan berhasrat untuk mengonsumsinya.

Konon, menurut kisah itu, sang keledai menggeliat, dan bangkit, dengan maksud dan harapan untuk bisa meraih wortel yang ditawarkan sang Petani. Sang Keledai melangkah, wortel kian menjauh. Sayangnya, jarak antara keledai dengan wortel, tidak pernah mendekat. Keledai melangkah, wortel tetap menjauh. Dan, tanpa disadarinya, sang  keledai mampu berjalan jauh, hingga singkat cerita sampailah ke pasar yang diinginkan sang Petani.


Apa pelajaran edukatif dari kisah ini? Tentunya, tafsir terhadap kisah ini, tidak bisa dimaknai sepintas, dan tidak sekedar melahirkan satu pandangan. Tafsiran terhadap kisah ini, bisa melahirkan pandangan positif dan juga negatif, ataupun juga pandangan yang kritik-konstruktif.

Pertama. Pandangan positif. Kisah ini menuturkan kisah mengenai pentingnya reward, penghargaan, pahala, imbalan atau pemotivasian. Kemalasan, kebuntuan, atau kelelahan para pembelajar, hendaknya perlu disikapi dengan positif oleh para guru. Karena bisa jadi, bukan anak-anak yang bodoh, melainkan lemahnya motivasi peserta didik dalam memberdayakan potensinya. Oleh karena itu, kehadiran wortel "reward" menjadi sesuatu yang penting.

Sayangnya, dalam kejadian itu, wortel adalah sesuatu yang sifatnya 'utopis'. Cita dan diharapkan, namun tidak dapat diraih oleh sang keledai. Itulah utopia. Sekali lagi, merujuk pada cerita itu, pemotivasian yang dilakukan petani itu, sekedar menjadi sesuatu yang fiktif, dan imajinatif. Di sepanjang perjalanannya, sang keledai tak pernah meraih wortel sekalipun !

Kedua. Pandangan negatif. Kehadiran wortel itu sendiri, pada dasarnya lebih merupakan sesuatu yang manipulatif. Dia dihadirkan bukan untuk memenuhi kebutuhan dasar Keledai, melainkan memanipulasi kondisi keledai yang malas, dengan maksud supaya bisa bergerak kembali dengan maksud membantu ketercapaiannya maksud dan tujuan sang Petani, yakni segera sampai ke pasar.

Bisa jadi, dalam kondisi serupa itu, si Keledai memosisikan wortel sebagai sesuatu yang diinginkan, tapi tidak sadar, bahwa hal itu adalah sesuatu yang mustahil. Distopia. Sekedar tipuan, manipulasi rasa dan kebutuhan dirinya, karena sejatinya yang dimaksudkan itu adalah 'memaksa' keledai maju, bergerak dalam mencapai tujuan yang petani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun