Mohon tunggu...
Aulia Fauziah
Aulia Fauziah Mohon Tunggu... Arsitek - pelajar

18

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Resensi Novel] Nonversation

25 Januari 2020   23:11 Diperbarui: 26 Januari 2020   00:09 9897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sampul buku dari Penerbit: Penerbit Bhuana Sastra

Identitas Buku

Judul Buku: Nonversation

Penulis: Valerie Patkar

Penerbit: Penerbit Bhuana Sastra

Tebal Halaman: 344 halaman

Tahun Terbit: 2019

ISBN: 978-602-483-293-3

Harga Buku: Rp. 98.000

Blurb:

Teman, katanya.

Cinta, rasanya.

Pupus, akhirnya.

non.ver.sa.ti.on

 

n when nothing becomes everything.

Sinopsis:

Novel ini bercerita tentang Theala Radista Queensy, atau yang lebih akrab disapa dengan sebutan Thea. Salah seorang mahasiswi jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Mineral Institut Teknologi Frathur. Image nya yang dingin, cuek, serta judes berhasil membuat salah seorang seniornya, -Dirga,- jadi penasaran dibuatnya. Terlebih ketika cewek itu berjalan dengan santainya, kabur menuju rooftop gedung teknik mesin saat kompinnya, Ardan, yang juga salah satu teman dekatnya Dirga meneriakinya keras-keras di muka umum karena kesal dengan kelakuannya yang bebal.

Awalnya, Dirga hanya penasaran dengan sosok Thea. Sampai dirinya tak sengaja menemukan gadis itu melamun di Starbucks Cik Ditiro hampir setengah jam lamanya dengan mata yang sembab sehabis ditinggal oleh seorang bapak-bapak paruh baya,-yang Dirga yakini adalah ayahnya Thea,- barulah saat itu Dirga tersadar. Bahwa sebenarnya, gadis itu sedang tidak baik-baik saja. Theala hancur. Matanya yang biasa menatap Dirga tajam bahkan terlihat sangat terluka saat itu.

 Sialnya, kelakuan Thea kembali menjadi menyebalkan begitu mereka tak sengaja berpapasan. Berulang kali Dirga mengingatkan diri untuk tidak peduli dengan gadis itu. Tapi saat gadis itu hendak berjalan menjauhinya, Dirga tak mampu lagi menahan lengannya untuk tidak menarik lengan Thea lalu mengajaknya untuk pergi ke Pasar Kue Subuh dengan spontan.

Meski awalnya Dirga ragu untuk membawa Thea kesana karena takut gadis itu akan langsung memberontak untuk bisa segera pulang, Dirga justru dibuat tertegun saat Thea dengan tiba-tiba berujar, "Gue suka disini." Dengan apa adanya.

"Ramai. Gue suka suasananya. Semua orang bisa jadi dirinya sendiri tanpa peduli apa kata orang. Sibuk kerja tapi tetep ketawa dan bercanda satu sama lain. Nggak ada beban tanpa harus jadi ringan. Nggak ngerasa susah meskipun hidup nggak mudah."

Dirga hampir tercengang sampai tak bisa berkata-kata. Gadis itu terlalu mahir untuk membuatnya terkejut. Sosoknya juga sederhana. Ralat, tapi terlalu sederhana sampai-sampai Dirga bisa langsung mendeskripsikan bagaimana rupa Theala secara rinci.

Malam itu di tangga Pasar Kue Subuh, Gamaliel Audirga Danuandra dan Theala Radista Queensy akhirnya mulai mengenal satu sama lain. Dirga bahkan tak sedikitpun merasa malu untuk memberitahu Thea tentang kelemahannya dan masalah keluarganya. Tentang Ayahnya yang selalu membencinya tiap kali Dirga ada di rumah, tentang tangannya yang selalu gemetar karena penyakit tremor esensial akibat terlalu sering dipukuli oleh Ayahnya, bahkan tentang mimpinya untuk bisa menjadi seorang Prajurit TNI AU juga Dirga ceritakan semuanya kepada Thea.

Perasaan yang semula hanya sebuah 'rasa penasaran' kini berganti menjadi perasaan yang sulit untuk dideskripsikan melalui kata-kata. Mereka berjanji untuk bisa menyembuhkan luka bersama-sama. Meski tanpa disadari, salah satu dari mereka justru menambah lukanya sendiri karena status mereka yang hanya sebatas sahabat.

Iya, Dirga sudah terlanjur jatuh tersungkur untuk seorang Theala, bahkan sebelum cowok itu bersiap untuk menerima kenyataan pahit bahwa ternyata, Thea jatuh cinta dengan salah seorang teman dekatnya, Trian, sejak gadis itu masih memakai seragam putih abu-abunya. Dirga menganggap Theala segalanya saat segalanya dimata Theala hanyalah seorang Detrian Bhadrika.

Manis-pahit cerita pun dimulai saat Trian akhirnya mulai dekat dengan Thea. Dirga yang memang sudah terkenal dengan image 'player' nya itu juga kini semakin terlihat menyebalkan karena kembali berpacaran dengan cewek liar yang ia kenal dari klub malam favoritnya, Retroris. Dirga kembali menjadi sosok yang menganggap perempuan sebagai seorang mainan, bertingkah seenaknya kepada perempuan semata-mata hanya untuk menyembunyikan perasaannya yang sesungguhnya kepada Thea.

Cowok itu bahkan sampai pernah tidak masuk kelas selama hampir seminggu lamanya, membuat dosen pembimbingnya, Pak Suban hampir-hampir menyuruh Dirga untuk kembali mengulang kuliahnya semester depan karena ada satu tugas penelitian yang belum selesai Dirga kerjakan.

Thea yang saat itu mendengar dan merasa iba dengan Dirga akhirnya memutuskan untuk mengerjakan tugas Dirga sendirian. Gadis itu bahkan rela begadang hingga jam 1 malam untuk melakukan praktikum di lab hanya untuk menyelesaikan tugas Dirga. Sialnya, yang dikasihi justru malah asik mabuk-mabukkan dengan pacar barunya di klub.

Hal itu jelas membuat semua teman dekatnya geram, terlebih untuk Trian yang saat itu sudah mulai menyimpan rasa kepada Thea. Trian bahkan sempat menghampiri Dirga malam-malam ke apartemennya hanya untuk memukul Dirga karena kesal dengan kelakuan cowok itu yang brengsek.

Belum lagi cerita tentang masalah keluarga dari kedua tokoh utama, Theala dan Dirga yang masing-masing memiliki ceritanya sendiri membuat novel ini terasa begitu nyata dan sangat asyik untuk dibaca. Benar-benar bikin greget!

Tema:

Tema yang diangkat dalam novel ini adalah penyampaian tentang rasa kehilangan. Pun demikian, ada beberapa konflik yang membawa tentang masalah keluarga, percintaan, juga tentang penolakan yang dialami oleh tokoh-tokoh yang ada di dalam novel.

Latar:

Novel ini menggunakan latar di tempat-tempat yang unik dan terasa sangat nyata seperti Pasar Kue Subuh, Starbucks Cik Ditiro, ITB, bioskop, kampus Frathur, rumah Theala, apartemen Dirga, rumah Trian, toko buku lama di Blok M, bahkan sampai warung Soto Tangkar juga ada di dalam latar novel ini.

Penokohan:

Berikut adalah penjelasan dari beberapa penokohan dalam novel:

1. Theala

Theala bersifat cuek, dingin, judes, mandiri, sederhana dan keras kepala. Tapi di beberapa waktu, cewek itu bisa berubah menjadi sosok yang bawel, perhatian, juga rapuh, namun sangat tulus dalam melakukan segala hal. Terbukti dari kelakuannya sehari-hari. Theala bahkan tidak pernah merasa berat hati untuk berkata 'makasih' atau 'maaf' jika ia melakukan suatu kesalahan.

2. Dirga

Hampir sama seperti Theala, Dirga juga seorang yang cuek. Bedanya, Dirga terkenal akan sifat player nya dan image 'cowok nggak bener'-nya karena sering berganti-ganti pacar hampir tiap 2 minggu sekali dan suka sekali mabuk-mabukkan. Tapi jauh dari kata itu semua, di depan Thea, Dirga adalah sosok yang iseng, bawel, tapi juga rapuh. Cowok itu bahkan terlalu pengecut untuk bisa mengungkapkan perasaan yang sesungguhnya kepada Thea.

3. Trian

Trian adalah sosok lelaki yang bisa dibilang sangat dewasa. Orangnya perhatian, apalagi kepada keluarganya. Penurut, cuek, suka baca buku sajak lama, tapi sayang suka ngerokok.

4. Dion

Meskipun terkesan kaku karena sering sekali berkata dengan tatanan huruf EYD, namun sebenarnya Dion itu seorang yang sangat peka. Kelakuannya berbeda 180 derajat dengan adiknya, Ardan. Orangnya bijak, dewasa, dan nggak muluk-muluk.

5. Ardan

Sebelas-dua belas sifatnya dengan Dirga. Suka mabuk, hobi clubbing. Iseng, suka sekali mengompori hubungan orang. Tapi... siapa sangka? Ternyata sampai sekarang, Ardan masih belum bisa melupakan mantannya sewaktu dia masih SMA.

6. Glendy

Meskipun tidak terlalu banyak mengambil andil di dalam cerita ini, namun dari cerita yang diutarakan oleh Dirga, Glendy ini sifatnya humoris. Jarang serius, sama seperti Ardan yang suka sekali mengompori hubungan orang.

7. Tante Wellen

Sosoknya sangat keibuan, hebat, ramah sekali dan sangat tabah. Salah satu karakter yang benar-benar terasa begitu menyentuh sebab selalu mengingatkan saya dengan mama.

8. Om Lariel

Sebagian mungkin beranggapan bahwa beliau adalah sosok yang jahat, dingin, kasar, terlalu tegas, juga.... kejam. Namun, jauh dari itu semua, Om Lariel alias Papinya Dirga adalah sosok yang sangat memprihatinkan. Beliau hanya butuh teman untuk bisa mendegarnya segala keluh kesalnya selama ini. Salah satu sosok Ayah yang sangat peduli dengan anak-anaknya meskipun jarang sekali menunjukkannya secara langsung.

Alur:

Alur yang digunakan dalam cerita ini adalah alur campuran. Kadang maju, tapi tak jarang juga penulis mengambil beberapa bagian flashback. Tapi ceritanya tetap bisa dinikmati tanpa membuat bingung sama sekali.

Gaya Bahasa:

Penulis menggunakan gaya bahasa yang sangat ringan, mudah sekali dimengerti dan terkesan sangat nyata. Banyak sekali kutipan kata-kata yang sukses membuat baper, benar-benar keren!

 

Sudut Pandang:

Sudut pandang yang dipakai adalah sudut pandang orang pertama. Kadang ceritanya diambil dari sudut pandang Theala, kadang dari sudut pandang Dirga, kadang juga diambil dari sudut pandang Trian. Namun meskipun begitu, ceritanya tetap mudah dipahami kok. Sama sekali tidak terkesan ribet, apalagi sampai bingung dengan ceritanya. Semuanya terbungkus dengan sangat apik.

 Amanat:

Ada banyak sekali pesan yang terkandung di dalam cerita ini. Beberapa diantaranya adalah tentang bagaimana kita harus bisa merelakan sebuah kehilangan, tentang bagaimana untuk bisa berdamai dengan masa lalu, juga tentang bagaimana untuk bisa lebih mendengarkan orang lain meskipun mungkin hal yang mereka bicarakan terkesan sangat sederhana.

Ada satu kutipan yang bahkan sampai saat ini masih sangat membekas di ingatan. "Kadang seseorang itu cuma butuh didengar tanpa diceramahi. Kadang seseorang juga cuma butuh dimengerti tanpa perlu dibanding-bandingkan." -Theala  (halaman 173).

Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan: 

Mulai dari cover sampai isi cerita dan gaya bahasa, semuanya sangat luar biasa. Keren! Pemilihan tokoh, latar, juga alur cerita, semuanya benar-benar berhasil membuat pembaca jadi baper. Banyak sekali kutipan-kutipan bagus yang disuguhkan di dalam novel, membuat saya merasa tertampar dengan kata-katanya. Di novel ini juga penulis membubuhkan beberapa istilah asing seperti warsin, penyakit tendinitis,  tremor esensial, bahkan sampai Alutsista pun ada. Benar-benar sangat bermanfaat karena mampu memberi pengetahuan baru bagi para pembaca khususnya untuk orang awam seperti saya. Semuanya adegan yang ada juga terasa begitu nyata, bahkan saya bisa membaca buku ini untuk yang kedua kalinya dalam waktu kurang lebih 5 jam lamanya. 

Sama sekali tidak membosankan, justru saya dibawa terlarut dengan novel sampai tidak terasa tiba-tiba saja sudah sampai diujung cerita. Dengan mengambil sudut pandang dari orang pertama, dan memilih gaya bahasa gue-elo membuat novel ini juga terasa ringan. Ceritanya tetap bisa disampaikan dengan sangat baik dan tidak berbelit-belit. 

Alurnya juga bagus berhasil membuat air mata saya banjir, keren sekali! Belum lagi pembatas bukunya yang unik, seperti kartu identitas mahasiswa Frathur, lengkap dengan nama tokoh, NIM, jurusan, serta tanggal lahir, membuat saya merasa benar-benar menjadi salah satu bagian dari tokoh di dalam novel ini. Ditambah di belakang buku ditempeli satu pack sticky notes yang menggemaskan membuat novel ini mempunyai nilai plus di mata saya.  Pokoknya, kamu harus baca novel ini!

Kekurangan:

Rasanya tidak ada kekurangan di dalam novel ini. Semuanya tersusun begitu apik, juga terasa sangat nyata. Walau mungkin ada beberapa adegan yang cukup sering diulang dengan latar yang sama, membuat ceritanya sempat terasa sedikit membosankan. Namun terlepas dari itu, Novel ini benar-benar keren! Bahkan pesannya terasa sangat membekas sekali di hati.

Kesimpulan

Novel ini sangat cocok sekali untuk dibaca khususnya bagi para remaja yang masih bingung tentang bagaimana untuk bisa lebih menerima arti kehilangan yang sesungguhnya. Ceritanya benar-benar menyentuh dan unik. Sukses sekali membuat saya baper dan kepingin punya sahabat se-perhatian Dirga. Pokoknya wajib sekali dibaca!

                                                    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun