Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Perjalanan Ziarah Kubur yang Terganggu Abu Letusan Gunung Marapi dan Jalan yang Rusak antara Batusangkar dan Payakumbuh

9 Maret 2024   14:55 Diperbarui: 9 Maret 2024   20:36 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari Pasia Laweh kami sampai di simpang empat Kumango, lalu kami belok kiri. Pemandangan indah kiri kanan seharusnya menjadi luar biasa tapi sayang permukaan jalan yang terkelupas aspalnya dan lubang yang berada di badan jalan membuat perhatian penuh ke jalan raya. Rasa ingin menikmati alam langsung hilang

Saya pikir ini hanya ruas tertentu dan pendek ternyata perkiraan saya salah. Sepanjang jalan sampai ke Simpang Piladang yang biasa ditempuh dengan waktu kurang dari 15 menit sekarang hampir 1 jam.

Aspal yang terkelupas di sepanjang jalan cukup banyak begitu juga lobang-lobang yang berada di bagian jalan serta ada longsor kecil di beberapa ruas di kiri kanan. Semua kendaraan ingin bergerak cepat tapi tidak bisa.

Dari jauh saya melihat kendaraan berjalan zigzag dan pelan menghindari lubang-lubang jalan yang ada, sungguh keadaan yang antagonis dengan lingkungan alam kiri kanan yang begitu indah.

Begitulah kalau hujan terlalu lama dan lebat sementara pemerintah tidak siap mengantisipasinya beginilah jadinya.

Kerusakan jalan ini tidak hanya mengganggu perjalanan ziarah yang seharusnya tenang dan khidmat, tetapi juga menimbulkan risiko bagi keselamatan para pengunjung.

Lubang dan retakan yang tersebar di sepanjang jalan dapat menyebabkan kendaraan tergelincir atau terjebak, yang pada gilirannya dapat mengakibatkan kemacetan dan bahkan kecelakaan.

Pasia Laweh ke Batuhampar lebih kurang normalnya 30 menit saja, namun sekarang lebih dar 1,5 jam, begitulah faktanya kini.

Di tengah kondisi yang tidak ideal ini, masyarakat Minangkabau tetap berusaha untuk menjaga tradisi ziarah kubur.

Mereka berbagi informasi tentang kondisi jalan, membantu sesama pengendara yang mengalami kesulitan, dan terus mendorong pemerintah untuk segera melakukan perbaikan. Ini adalah cerminan dari ketangguhan dan solidaritas yang menjadi ciri khas masyarakat Minangkabau.

Kembali ke Padang

Meskipun kemacetan di beberapa titik seperti Baso, Koto Baru, Padang Panjang, Sicincin, dan Lubuk Alung menambah waktu perjalanan, sepertinya Anda berhasil menemukan cara untuk menikmati perjalanan tersebut, termasuk mampir di sate Mak Syukur yang terkenal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun