Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Jadi Dosen adalah Hadiah Terindah, Walaupun Itu Berat

26 Februari 2024   22:15 Diperbarui: 28 Februari 2024   21:40 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://news.detik.com/x/detail/spotlight/20230511/Kerja-Romusa-Gaji-Kaki-Lima/images/infografik-2-64as59.png

Sewaktu kuliah dulu, saya tidak pernah membayangkan akan menjadi seorang dosen. Dalam pandangan saya, seorang dosen adalah sosok yang ideal, memiliki kemampuan akademik tinggi. Namun, ketika melihat dosen-dosen yang ada saat itu, mereka tampak biasa-biasa saja dan jauh dari bayangan saya tentang dosen ideal. Saya merasa tidak mampu menjadi dosen seperti yang saya bayangkan.

Sebagai seorang penggemar cerita silat Kho Ping Hoo, saya membayangkan seorang dosen seharusnya seperti pendekar dalam cerita silat: berilmu tinggi, bijaksana, dan pandai mengayomi. Namun, kenyataannya, saya hanyalah seorang individu biasa dengan kemampuan akademik yang juga biasa. Pada saat itu, menjadi dosen adalah sesuatu yang tidak pernah terlintas dalam benak saya.

*****

Menurut saya, yang paling ideal menjadi dosen adalah mereka yang memiliki pencapaian akademik tinggi. minimal IPK untuk jadi seorang dosen pada waktu itu adalah di atas tiga, lebih bagus lagi 3,5.

Sementara saya hanya mahasiswa jurusan Teknik Elektro dengan IPK di bawah 3, berat rasanya jadi dosen. Apalagi mengingat harus menyambung sekolah ke tingkat yang lebih tinggi.

Melanjutkan kuliah ke jenjang S2 dan S3 juga tidak pernah saya bayangkan jika harus menjadi dosen. Sudah cukup stres ketika mengerjakan Tugas Akhir (TA), apalagi jika harus menghadapi tesis dan disertasi. Rasanya akan menjadi beban yang sangat berat.

*****

Setelah menyelesaikan kuliah di Jurusan Teknik Elektro Universitas Sriwijaya pada tahun 1996, saya merencanakan bahwa prioritas utama adalah untuk melamar pekerjaan atau membangun karier. Pilihan pertama saya adalah berwirausaha, bekerja di BUMN, atau mendirikan usaha setelah mengumpulkan modal. Dan sebagai pilihan terakhir, jika tidak ada opsi lain... ya, menjadi dosen saja. Meskipun itu berarti harus kembali ke bangku kuliah.

Nun jauh di kampung kecil saya yang bernama Batu hampar, ibu selalu berharap saya bekerja di kota Padang. Untuk memenuhi harapan tersebut saya juga berusaha mencari peluang di sana.

Selain itu, saya juga mengikuti tes seleksi peluang kerja di beberapa perusahaan BUMN, termasuk PTPN dan Caltex, namun hasilnya selalu jauh dari harapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun