Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Harga Beras Naik Terus: Siapa Peduli?

25 Februari 2024   08:52 Diperbarui: 25 Februari 2024   15:02 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://statik.tempo.co/data/2023/01/17/id_1173685/1173685_720.jpg

Pengantar 

Harga beras di Indonesia terus mengalami kenaikan sejak awal tahun 2024. Beras merupakan bahan pokok yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia, karena menjadi sumber karbohidrat utama dalam menu sehari-hari. Namun, dengan harga beras yang terus naik, daya beli masyarakat menurun dan mengancam ketahanan pangan nasional. Lalu, apa penyebab dan dampak dari kenaikan harga beras ini? Simak ulasan berikut ini.

Penyebab Kenaikan Harga Beras

Ada beberapa faktor yang menyebabkan harga beras naik, antara lain (dari berbagai sumber):

Jor-joran bansos beras. Pemerintah mengucurkan bantuan sosial (bansos) beras berukuran 10 kilogram (kg) kepada 18,8 juta keluarga penerima manfaat (KPM) sejak Januari 2024. Namun, ada juga kritik bahwa bansos beras ini salah sasaran dan berlebihan, sehingga mengurangi pasokan beras di pasaran dan menimbulkan kelangkaan. Selain itu, bansos beras ini diduga sebagai upaya pemerintah untuk memenangkan salah satu Paslon pada pemilu 2024.

https://akcdn.detik.net.id/visual/2022/08/30/daftar-bansos-yang-disebar-jokowi-jelang-kenaikan-harga-bbm_169.jpeg?w=715&q=90
https://akcdn.detik.net.id/visual/2022/08/30/daftar-bansos-yang-disebar-jokowi-jelang-kenaikan-harga-bbm_169.jpeg?w=715&q=90

Faktor cuaca. Cuaca yang tidak menentu, seperti banjir, kekeringan, dan hama, berdampak negatif terhadap produksi beras di Indonesia. Menurut data BPS, luas panen padi pada Januari-Februari 2024 turun 9,7 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Hal ini menyebabkan penurunan produksi gabah dan beras, yang berpengaruh terhadap ketersediaan stok beras di pasaran. Selain itu, perubahan iklim juga dapat mempengaruhi produksi beras secara signifikan, karena dapat memperpendek masa panen, mengganggu fotosintesis, meningkatkan populasi hama dan penyakit, dan merusak kualitas tanah.

Biaya produksi. Biaya produksi beras di Indonesia tergolong tinggi, termasuk biaya pupuk, benih, tenaga kerja, dan transportasi. Menurut data BPS, indeks harga produsen pertanian naik 1,86 persen pada Februari 2024 dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan biaya produksi ini membuat petani enggan menjual gabah ke pasar dengan harga rendah, sehingga mengurangi pasokan beras. Selain itu, biaya produksi beras di Indonesia juga lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara produsen beras lainnya, seperti Vietnam, Thailand, dan India. Hal ini menurunkan daya saing beras Indonesia di pasar global.

Dominasi pasar beras. Pasar beras di Indonesia didominasi oleh sekelompok konglomerat, yang dapat memanipulasi harga dan stok beras. Menurut data BPS, konsentrasi pasar beras di Indonesia mencapai 0,69 pada 2023, yang menunjukkan tingkat persaingan yang rendah. Konglomerat beras dapat menimbun beras di gudang-gudang mereka dan menaikkan harga beras sesuai kepentingan mereka. Hal ini mengurangi transparansi dan efisiensi pasar beras, serta merugikan petani dan konsumen.

Kelangkaan beras. Beras menjadi langka di sejumlah retail modern, seperti minimarket dan supermarket, yang dipicu oleh perilaku panic buying dari masyarakat. Masyarakat khawatir kehabisan beras akibat kenaikan harga dan berita-berita palsu yang beredar di media sosial. Hal ini menyebabkan permintaan beras meningkat secara tiba-tiba, sementara pasokan beras tidak mencukupi. Kelangkaan beras juga dapat disebabkan oleh terganggunya distribusi beras akibat faktor-faktor seperti infrastruktur, logistik, dan birokrasi.

Keterbatasan stok beras Bulog. Perum Bulog sebagai lembaga pemerintah yang bertugas mengelola stok beras nasional mengalami keterbatasan stok beras. Menurut data Bulog, stok beras Bulog pada akhir Februari 2024 hanya sekitar 1,1 juta ton, yang jauh di bawah standar operasional minimal sebesar 2,5 juta ton. Hal ini menyebabkan Bulog tidak mampu memenuhi kebutuhan beras nasional, terutama untuk program bansos beras dan stabilisasi harga beras. Bulog juga menghadapi kendala dalam mengimpor beras dari negara-negara lain, seperti keterbatasan kuota, kualitas, dan harga.

Dampak Kenaikan Harga Beras

Kenaikan harga beras yang terjadi sejak awal tahun 2024 telah memberikan dampak negatif bagi masyarakat Indonesia, terutama kalangan masyarakat berpenghasilan rendah. Berikut adalah beberapa dampak yang dapat dirasakan oleh masyarakat:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun