sedikit cerita yang menentukan tanda baca membuat salah pemahaman pembaca.
 sebuah cerita pendek yang menggunakan tanda baca (pungtuasi) bukan sekadar sebagai simbol, tapi sebagai bagian penting dari makna dan suasana cerita:Â
Judul: "Surat dari Nanda"
Pagi itu, Dina menemukan secarik kertas di bawah pintu.
Tulisannya terburu-buru, seperti ditulis tengah malam.
"Jangan keluar. Tunggu aku. Jangan percaya siapa pun---terutama Pak Raka."
Dina membaca ulang. Tanda hubung di akhir kalimat itu membuatnya gelisah. Apakah maksudnya belum selesai? Atau memang sengaja digantung?
Ia menatap ke luar jendela. Di kejauhan, Pak Raka sedang menyiram tanaman. Ia melambaikan tangan, tersenyum.
Dina membalas, ragu.
"Apakah ini peringatan... atau jebakan?" gumamnya.
Ia menulis balasan, cepat:
"Nanda, kamu serius? Kenapa aku harus percaya kamu, bukan dia?"
Namun ia ragu mengirimnya. Tanda tanya itu menusuk seperti pisau---mungkin terlalu tajam. Dina menambahkan titik di bawahnya: