Mohon tunggu...
august arham
august arham Mohon Tunggu... pelajar

melakukan perjalan dengan nestapa

Selanjutnya

Tutup

Seni

pungtuasi 2

28 Mei 2025   15:59 Diperbarui: 28 Mei 2025   15:59 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

sedikit cerita yang menentukan tanda baca membuat salah pemahaman pembaca.

 sebuah cerita pendek yang menggunakan tanda baca (pungtuasi) bukan sekadar sebagai simbol, tapi sebagai bagian penting dari makna dan suasana cerita: 

Judul: "Surat dari Nanda"

Pagi itu, Dina menemukan secarik kertas di bawah pintu.
Tulisannya terburu-buru, seperti ditulis tengah malam.

"Jangan keluar. Tunggu aku. Jangan percaya siapa pun---terutama Pak Raka."

Dina membaca ulang. Tanda hubung di akhir kalimat itu membuatnya gelisah. Apakah maksudnya belum selesai? Atau memang sengaja digantung?

Ia menatap ke luar jendela. Di kejauhan, Pak Raka sedang menyiram tanaman. Ia melambaikan tangan, tersenyum.
Dina membalas, ragu.

"Apakah ini peringatan... atau jebakan?" gumamnya.

Ia menulis balasan, cepat:

"Nanda, kamu serius? Kenapa aku harus percaya kamu, bukan dia?"

Namun ia ragu mengirimnya. Tanda tanya itu menusuk seperti pisau---mungkin terlalu tajam. Dina menambahkan titik di bawahnya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun