sedikit cerita yang menentukan tanda baca membuat salah pemahaman pembaca.
 sebuah cerita pendek yang menggunakan tanda baca (pungtuasi) bukan sekadar sebagai simbol, tapi sebagai bagian penting dari makna dan suasana cerita:Â
Judul: "Surat dari Nanda"
Pagi itu, Dina menemukan secarik kertas di bawah pintu.
Tulisannya terburu-buru, seperti ditulis tengah malam.
"Jangan keluar. Tunggu aku. Jangan percaya siapa pun---terutama Pak Raka."
Dina membaca ulang. Tanda hubung di akhir kalimat itu membuatnya gelisah. Apakah maksudnya belum selesai? Atau memang sengaja digantung?
Ia menatap ke luar jendela. Di kejauhan, Pak Raka sedang menyiram tanaman. Ia melambaikan tangan, tersenyum.
Dina membalas, ragu.
"Apakah ini peringatan... atau jebakan?" gumamnya.
Ia menulis balasan, cepat:
"Nanda, kamu serius? Kenapa aku harus percaya kamu, bukan dia?"
Namun ia ragu mengirimnya. Tanda tanya itu menusuk seperti pisau---mungkin terlalu tajam. Dina menambahkan titik di bawahnya:
"Tolong jelaskan. Aku bingung."
Pukul 10 malam, secarik kertas baru muncul di bawah pintu.
"Kamu benar untuk bingung. Tapi ingat---tanda tanya bisa menyelamatkanmu. Tanda titik bisa mengakhiri segalanya."
Dina terdiam. Kali ini, ia tak menulis apa-apa. Ia hanya memegang pena...
dan menunggu tanda baca terakhir.
Catatan tentang pungtuasi dalam cerita ini:
Tanda hubung (---) di kalimat "Jangan percaya siapa pun---terutama Pak Raka" menciptakan tekanan dan ketegangan, seolah ada rahasia yang baru saja dibocorkan.
Tanda tanya (?) tidak hanya berfungsi sebagai pertanyaan, tapi juga sebagai simbol kebingungan dan keraguan Dina.
Tanda titik (.) digunakan sebagai simbol akhir---baik akhir kalimat, maupun potensi akhir dari kepercayaan, atau bahkan kehidupan.
Kalimat terakhir menyiratkan bahwa tanda baca bisa menyelamatkan... atau menghancurkan.
Ini membuat pungtuasi bukan hanya alat tulis, tapi bagian dari cerita itu sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI