Mohon tunggu...
Aufa_s
Aufa_s Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Aufa Septian adalah seorang mahasiswa Hubungan Internasional yang suka menulis dan punya ambisi besar untuk berdampak kepada orang sekitar dan dunia.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bagaimana Rapuhnya Nasionalisme dalam Menjaga Kesatuan dan Mencegah Terjadinya Konflik Sosial?

14 April 2021   01:15 Diperbarui: 14 April 2021   01:20 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kemudian, di masing-masing negara ini di propagandakan lah tentang identitas nasional masing-masing, seperti di Indonesia bagaimana presiden Soekarno selalu mengatakan bahwa Indonesia adalah satu kesatuan yang berdiri sendiri dari Sabang sampai Merauke di setiap pidatonya di awal kemerdekaan. Dan hal itu berlanjut di dunia modern melalui media, pendidikan, dan lain-lain. 

Misalnya klub sepak bola yang bertanding di kancah internasional bisa membangkitkan rasa nasionalisme ketika mereka bertemu dengan bangsa atau negara lain. Suporter sepak bola dari Indonesia siap berkelahi dengan suporter bola dari Malaysia ketika ada sesuatu yang terjadi, hal ini memperjelas jarak antara bangsa yang berbeda namun dilain sisi memperkuat nasionalisme, hal ini terjadi pada final piala AFF 2010.

Namun, dalam perkembangannya Nasionalisme tidak selalu bisa menjadi faktor pemersatu suatu masyarakat yang majemuk. Dalam skala yang lebih kecil, rasa Nasionalisme bahkan seolah-olah tidak ada. Sebagai contoh, jika terjadi perkelahian antar suku atau agama yang terjadi di Kalimantan antara suku Dayak dan Madura, atau di Ambon antara penduduk agama Islam dengan Kristen. 

Masyarakat yang bertikai seolah-olah meninggalkan rasa nasionalisme mereka dan siap membunuh orang yang tadinya diklaim sebangsa, walaupun mereka akan bersatu jika terdapat gangguan dari luar, namun saat tidak terjadi apa-apa maka nasionalisme saja tidak cukup untuk menjadi alasan untuk tidak bertikai.

Dalam konflik yang lebih mikro, rasa Nasionalisme seolah dipertanyakan kembali keuntungan dan kerugiannya. Masyarakat mulai menggunakan rasio dalam menimbang-nimbang nilai Nasionalisme dalam hidup mereka. Dan ketika mereka tidak menemukan jawabannya maka tidak masalah bertikai bahkan dengan sesama bangsa ketika merasa kepentingan mereka terganggu.

Kesimpulan dari tulisan ini bukanlah untuk meruntuhkan persatuan dengan menunjukan sisi kekurangan dari Nasionalisme, melainkan sebagai bahan pertimbangan dan analisa tambahan untuk membahas Nasionalisme dari segi akademik. Penulis menyarankan bahwa dalam situasi pertikaian yang mengaburkan nilai nasionalisme, maka peran serta lembaga negara yang sifatnya lebih mengikat justru harus diperkuat. 

Dalam kondisi normal mungkin konsep nasionalisme bisa memberikan rasa aman dan tentram dalam kehidupan bernegara, karena seseorang bisa melakukan aktifitasnya dengan aman tanpa harus merasa khawatir akan diganggu oleh masyarakat yang berbeda dengannya karena merasa berada dalam bangsa yang sama. 

Namun, dalam kondisi tertentu negara harus menggunakan instrumen yang lebih tegas untuk menjaga kedamaian dan persatuan selain mengandalkan propaganda dari konsep Nasionalisme. Dan terkahir, tulisan ini menekankan bahwa jangan sampai karena fanatik buta dengan Nasionalisme itu menjadi justifikasi untuk merendahkan bahkan melakukan serangan terhadap masyarakat yang dianggap dari bangsa yang lain, seperti yang terjadi dalam perang saudara, perang Indonesia dan Malaysia, Perang Korea, dan pertikaian-pertikaian lainnya. Hendaklah tetap mengedepankan rasa kemanusiaan, karena sejatinya diatas bangsa yang sama kita semua adalah sesama manusia, sehingga prinsip Humanity seharusnya adalah yang utama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun