Pasti kalian sudah tidak asing dengan novel, bukan? Buku yang penuh kisah menarik ini sering menjadi teman setia bagi banyak orang saat senggang. Apalagi bagi remaja, novel bukan hanya sekadar hiburan, tapi juga sarana untuk mengenal dunia lain lewat imajinasi. Novel adalah salah satu genre karya sastra yang berbentuk prosa. Novel merupakan hasil karya imajinasi penulis yang membahas tentang permasalahan kehidupan seseorang atau berbagai tokoh.
Novel berawal dari Yunani dan Romawi Klasik, abad pertengahan, awal roman modern, dan tradisi novella. Kata "Novel" berasal dari Bahasa Italia yang berarti "Baru", "Berita" atau "Cerita pendek mengenai sesuatu yang baru." Novella adalah suatu istilah dalam bahasa Italia untuk menggambarkan cerita singkat, yang dijadikan istilah dalam bahasa Inggris saat ini sejak abad ke-18. Ian Watt, sejarawan sastra Inggris, menuliskan dalam bukunya "The Rise of The Novel (1957)" bahwa novel pertama muncul pada awal abad ke-18.
Dikutip dari Wikipedia.com dalam novel modern, bentuk prosa lebih disukai daripada sajak, tetapi pendahulu novel modern Eropa menyertakan epos-epos sajak dalam rumpun bahasa Roman dari selatan Prancis, khususnya karya-karya Chrtien de Troyes (akhir abad ke-12), dan dalam bahasa Inggris pertengahan (The Canterbury Tales karya Geoffrey Chaucer (sekitar 1343-1400)). Bahkan pada abad ke-19, narasi fiktif dalam sajak, seperti Don Juan (1824) karya Lord Byron, Yevgeniy Onegin (1833) karya Alexander Pushkin, dan Aurora Leigh (1856) karya Elizabeth Barret Browning, bersaing dengan dengan novel prosa. The Golden Gate (1986) karya Vikram Seth adalah contoh novel sajak terbaru.
Di era digital seperti sekarang, remaja lebih akrab dengan layar daripada lembar buku. Ponsel pintar, media sosial, dan hiburan daring menjadi bagian dari keseharian mereka. Kondisi ini sering dianggap sebagai penyebab menurunnya minat baca generasi muda. Namun, ada sisi lain yang menarik untuk diperhatikan: membaca novel dan cerita fiksi, termasuk karya-karya digital seperti cerita AU (Alternative Universe), justru menjadi jembatan baru yang menumbuhkan kembali minat baca remaja.
Cerita fiksi, baik dalam bentuk novel cetak maupun cerita digital, menawarkan dunia yang penuh imajinasi dan kedekatan emosional. Dalam novel tentu terdapat beberapa jenis genre. Genre merupakan kategori dalam novel yang tidak ada batasannya. Jika kalian membaca novel perlu memilih genre yang kamu sukai terlebih dahulu bukan. Untuk memilih genre novel tentu kalian harus mengetahui genre yang kalian sukai atau pun pandai - pandai dalam berimajinasi untuk menganalisa. Jika membaca novel yang tidak sesuai dengan genre yang kita sukai akan terasa bosan.
Berikut ini merupakan beberapa jenis genre novel yang sering diminati para pembaca, diantara lain :
- Romance
- Genre romance identik dengan sebuah cerita tentang hubungan percintaan.
- Fantasi
- Dalam genre fantasi penulis sering kali membuat para pembaca seolah -- olah merasa terbawa ke dalam cerita tersebut.
- Misteri
- Genre ini lebih sering menghadirkan suatu misteri atau permasalahan yang berkaitan dengan pembunuhan ataupun tindakan kriminal yang membuat para pembaca seakan -- akan merasa tertantang untuk membaca.(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Novel tentu sangat popular atau sangat digemari oleh kalangan remaja. Beberapa tahun yang lalu muncullah sebuah novel berbentuk gambar atau Fake Chat yang banyak muncul di Twitter. Orang -- orang menyebutnya sebagai AU ( Alternative Universe ). AU ini sangat digemari terutama seorang KPOPERS, sebab tokoh utama yang berada di dalam nya merupakan tokoh idol mereka. Beberapa AU telah diangkat menjadi sebuah novel, diantaranya seperti Dikta dan hukum, Hilmy Milan, Butterflies, Malioboro at Midnight dan lain sebagainya. Novel tersebut dapat di beli di online store maupun offline store.
Fenomena ini menunjukkan bahwa minat baca sebenarnya tidak hilang, tetapi bertransformasi. Remaja kini lebih tertarik membaca konten yang relevan dengan kehidupan dan minat mereka. Ketika cerita fiksi mampu menyentuh perasaan atau menggambarkan situasi yang dekat dengan pengalaman pribadi, maka membaca menjadi kegiatan yang menyenangkan, bukan kewajiban. Inilah kekuatan fiksi: ia membangun hubungan emosional dengan pembaca.
Novel atau cerita fiksi tentu memiliki pengaruh baik secara negatif dan positif bagi para pembaca. Selain memberi hiburan, membaca fiksi juga memberikan banyak manfaat edukatif. Membaca memperkaya kosa kata, meningkatkan kemampuan memahami konteks, dan menumbuhkan empati. Remaja yang gemar membaca fiksi biasanya memiliki imajinasi yang tajam, lebih mampu menyusun kalimat dengan baik, serta lebih kritis dalam menanggapi informasi. Cerita-cerita fiksi juga kerap memuat pesan moral, refleksi sosial, bahkan pengetahuan umum yang terselip secara tidak langsung. Namun demikian, peran pendidik dan orang tua tetap penting dalam mengarahkan minat baca remaja. Bukan untuk membatasi jenis bacaan mereka, tetapi untuk memastikan bahwa yang dibaca tetap sehat, sesuai usia, dan memiliki nilai positif.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI