Mohon tunggu...
Maheswari Audreyka TW
Maheswari Audreyka TW Mohon Tunggu... Mahasiswa

Membaca buku, bermain alat musik, mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tong Tong Fair: Identitas Indo di Belanda dan Dampaknya Pada Budaya Lintas Negara Periode 2020-2024

3 Juni 2025   18:28 Diperbarui: 3 Juni 2025   18:36 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

     Dengan demikian, pandemi tidak hanya menyebabkan gangguan temporer terhadap festival Tong Tong Fair, tetapi juga mengungkap kerentanan struktural dalam tata kelola budaya diaspora. Meski sempat membuka peluang digital dan ekspansi global, pandemi juga menunjukkan bahwa keberlanjutan budaya membutuhkan dukungan yang kokoh—baik secara ekonomi, sosial, maupun kelembagaan. Tong Tong Fair pada akhirnya menjadi cermin dari bagaimana komunitas diaspora bertahan, beradaptasi, dan tetap memperjuangkan eksistensinya dalam menghadapi krisis global.

Pertukaran Budaya dan Diplomasi Lintas Negara

    Tong Tong Fair bukan sekadar festival budaya tahunan, tetapi telah berkembang menjadi wahana pertukaran budaya yang aktif dan bentuk diplomasi budaya informal antara Indonesia dan Belanda. Pada periode 2020–2024, fungsi ini semakin tampak jelas, terutama dalam konteks hubungan pascakolonial yang masih terus dinegosiasikan oleh kedua negara.

   Sejak awal berdirinya, Tong Tong Fair telah berfungsi sebagai jembatan emosional dan kultural bagi masyarakat Indo-Eurasia—komunitas yang memiliki akar sejarah di masa kolonial Hindia-Belanda. Namun dalam dua dekade terakhir, terutama sejak edisi festival memasuki abad ke-21, keterlibatan pihak Indonesia, baik secara individu maupun institusional, meningkat tajam. Dalam hal ini, periode 2020–2024 menampilkan kemitraan yang lebih terstruktur antara panitia festival dan lembaga-lembaga resmi seperti Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Den Haag serta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia.

        Pada edisi-edisi setelah pandemi, khususnya tahun 2022 dan 2023, kehadiran “Paviliun Indonesia” menjadi sorotan penting. Di paviliun ini, pengunjung tidak hanya disuguhi makanan khas Indonesia, tetapi juga dapat mengikuti lokakarya membatik, demo memasak, pertunjukan tari daerah, serta diskusi tentang sejarah bersama Indonesia-Belanda. Seniman, pengrajin, dan pelaku usaha dari Indonesia secara langsung terlibat, menciptakan dialog budaya yang dua arah. Salah satunya, yaitu kolaborasi seniman Yogyakarta-Belanda dalam pertunjukan wayang kulit dengan narasi modern tentang migrasi, menjadi contoh sukses dialog budaya setara. Para pengunjung festival—baik dari komunitas Indo, Belanda, maupun pengunjung internasional—dapat merasakan pengalaman budaya Indonesia secara langsung, tanpa perlu melakukan perjalanan fisik ke Indonesia.

   Inilah yang menjadikan Tong Tong Fair berperan sebagai bentuk nyata dari diplomasi budaya berbasis masyarakat atau people-to-people diplomacy. Diplomasi semacam ini tidak terjadi melalui negosiasi antara pejabat, tetapi melalui interaksi spontan antara individu, melalui cita rasa makanan, gerak tari, nada musik, dan narasi sejarah yang dikisahkan ulang oleh para pelaku budaya. Melalui cara ini, citra Indonesia sebagai bangsa yang kaya, inklusif, dan terbuka semakin diperkuat di mata publik Eropa, khususnya masyarakat Belanda.

   Lebih dari itu, pertukaran budaya yang terjadi di Tong Tong Fair juga memberi dampak balik terhadap Indonesia. Festival ini menjadi ruang penting untuk memperkenalkan produk UMKM Indonesia ke pasar Eropa, membuka peluang kerja sama kreatif, dan memperluas diplomasi ekonomi berbasis budaya. Dalam konteks diaspora, hal ini mempererat hubungan emosional antara Indonesia dan keturunannya yang telah lama bermukim di Belanda, menjembatani kerinduan dan memperkuat rasa keterikatan terhadap budaya asal.

   Namun dinamika ini tidak lepas dari tantangan. Kompleksitas sejarah kolonial masih menjadi konteks diam-diam yang mewarnai hubungan antarbudaya. Oleh karena itu, pertukaran budaya di Tong Tong Fair bukan sekadar selebrasi, tetapi juga momen refleksi tentang sejarah, identitas, dan keberlanjutan hubungan antarbangsa. Ketika pertunjukan gamelan dan wayang dipentaskan berdampingan dengan diskusi seputar warisan kolonial atau peran perempuan Indo, maka terciptalah ruang dialog yang tidak hanya estetis, tetapi juga kritis.

   Secara keseluruhan, pada periode 2020–2024, Tong Tong Fair menunjukkan bahwa diplomasi dan pertukaran budaya dapat hadir secara nyata di ruang-ruang publik nonformal. Ia menjadi bukti bahwa diplomasi tidak harus berlangsung di meja konferensi, tetapi dapat tumbuh dari bawah—melalui cita rasa rendang, irama keroncong, dan tangan-tangan yang membatik dalam semangat kebersamaan. Dalam konteks ini, Tong Tong Fair tidak hanya mempertemukan dua bangsa, tetapi juga menyatukan generasi yang tumbuh dalam dua dunia.

Dampak Ekonomi terhadap Komunitas Diaspora Indo

    Selama periode 2020 hingga 2024, Tong Tong Fair tidak hanya berfungsi sebagai ruang pelestarian budaya Indo-Belanda, tetapi juga memainkan peran penting sebagai penggerak ekonomi bagi komunitas diaspora Indo di Belanda dan sekitarnya. Festival ini menjadi sumber penghidupan bagi berbagai lapisan masyarakat—mulai dari pedagang kuliner, pengrajin, hingga seniman pertunjukan. Kehadirannya menciptakan lapangan kerja sementara, mempromosikan usaha berbasis warisan budaya, dan mendukung pemulihan ekonomi pasca-pandemi. Namun, di balik manfaatnya, muncul pula tantangan yang perlu dihadapi, seperti meningkatnya biaya partisipasi dan ketimpangan akses terhadap peluang ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun