Mohon tunggu...
Muhammad Audi Pratama S
Muhammad Audi Pratama S Mohon Tunggu... Freelancer - Good Life for me

Benarkan sistem

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Pilkada Serentak sebagai Perwujudan Demokrasi dan Anti Korupsi

27 Februari 2020   19:40 Diperbarui: 27 Februari 2020   20:28 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Penutup

Mahalnya ongkos politik kita , timbul dari dua hal yang pertama masyarakat, disisi ini perlu kita lihat budaya masyarakat kita masi rusak , rela menerima uang dan memberi pengabdian pejabat untuk beberapa tahun kedepan, tidak di pungkiri karena para pejabat juga memberikan dana yang bisa dikatakan sebagai uang kaget. Dan juga masyarakat yang mencalonkan diri tidak menjual track record sebagai kandidat melainkan hanya eksitensi yang baru baru saja. Partai politik juga memiliki kebijakan sendiri didalamnya yang mana kandidat mempunyai kepentingan pribadinya di dalam parpol dan banyak sekali yang melupakan kepentingan rakyatnya yang harusnya di utamakannya.Maka dari itu penulis hadir memberikan tulisan ini bukan hanya untuk ajang lomba tapi untuk memberikan perasaan penulis kepada kalian semua agar dapat merubah budaya yang hancur itu.

Kita, generasi kita ditugaskan untuk memberantas generasi tua yang mengacau. Generasi kita yang menjadi hakim atas mereka yang di tuduh koruptor-koruptor tua, seperti... Kitalah yang dijadikan generasi yang akan memakmurkan Indonesia."[1]

Begitu kata Soe Hok Gie dalam catatannya, penulis juga berharap kita semua memiliki pola pikir seperti ini, mengapa? Karena perlu kita sadari kita generasi muda akan memegang kewenangan buat kemajuan negeri ini, harus jaga integritas kita , jangan mau terbawa arus kotor yang aman. Its time to a real revolution!. Terkadang beberapa mahasiswa menjadi seorang mahasiswa didepan umum, namun dalam ruangan dia menjadi seorang yang lupa dirinya. Munafik.

Karna peradaban tak akan pernah mati, mau sampai kapan budaya kita hancur begini? Penulis kira hanya 3 hal saja yang terkait dalam pembenahan disini, hanyalah masyarakat sebagai unsur pendukungnya jika masyarakat dapat bersifat jujur dan adil tentunya Negara akan bekerja seperti itu, tapi jika masyarakat masi bersi keras mempertahankan kebiasannya yang lama Negara ini juga mungkin tidak akan lama. Parpol juga demikian sebagai wadah yang mana jika kepentingan rakyat saja masi di nomor duakan sungguh keji kalian sebagai orang yang berperan dalam agenda tahunan ini. Pemerintah pun memiliki peran disini, harapan penulis pemerintah dapat menjalankan tugasnya dengan baik jangan ikut ikutan masalah kepentingan kelompok, hei kalianlah yang dapat menompang Negara ini menjadi Negara maju.

Kita sebagai manusia harus bisa menjadi seorang manusia yang bermanfaat untuk orang banyak, menanamkan nilai kejujuran, dan takut kepada tuhan sebagai sang pencipta, tinggalkan kemunafikan yang merusak moral dan harus berani mengatakan benar, ketika benar, mengatakan salah, ketika salah. Proses kehancuran di negeri kita ini haruslah diatasi bersama dan tidak dapat diselesaikan dengan seorang diri, Together to build the DreamLand, Indonesia.


Referensi

            Soe Hok Gie, 2011,"Catatan Seorang Demonstran" LP3ES,Jakarta.

https://nasional.kompas.com/read/2018/01/12/09494501/mahalnya-ongkos-politik?page=all

https://www.wartaekonomi.co.id/read206194/begini-gambaran-mahalnya-ongkos-politik-di-indonesia-versi-bamsoet

https://www.cnnindonesia.com/longform/nasional/20190402/laporanmendalam-ongkos-mahal-politik-wakil-rakyat/index.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun