Mohon tunggu...
Auda Zaschkya
Auda Zaschkya Mohon Tunggu... Perempuan. Pernah jadi wartawati.

Realita adalah Inspirasiku Menulis

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Alfira Oktaviani Lestarikan Kulit Kayu Lantung dengan Ecoprint di Bengkulu

12 Oktober 2025   03:58 Diperbarui: 12 Oktober 2025   03:58 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Alfira dari https://www.tempo.co/

Konsumsi fashion yang berkelanjutan di Indonesia, biasanya memang banyak yang tak ramah lingkungan, sehingga tak jarang limbahnya membuat masalah baru bagi masyarakat yang tinggal di sekitar pabrik pengolahannya, karena lingkungan ikut tercemar limbah. Namun ternyata, fashion juga bisa lebih ramah lingkungan dengan teknik Ecoprint.

Bagi sebagian dari kita, nama teknik ecoprint, masih asing di telinga. Namun ternyata ecoprint ini, sudah masuk ke Indonesia sejak tahun 2016, lho! Lalu, sebenarnya, apa yang dimaksud dengan ecoprint? Dan bagaimana cara melakukannya?

Ecoprint adalah sebuah teknik pewarnaan kain yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan bahan alami seperti daun, bunga, dan batang tanaman untuk menciptakan pola dan motif langsung di atas kain. Biasanya, teknik ecoprint diikuti dan didalami oleh orang-orang yang mencintai seni dan fashion, seperti yang dilakukan oleh seorang ibu rumah tangga, yang selanjutnya juga disebut sebagai mompreuner yaitu Alfira Oktaviani dari Bengkulu.

Sebagai mompreuner yang tertarik di bidang seni dan fashion, di tahun 2018, akhirnya Alfira mendirikan Semilir Ecoprint. Dia ingin memperkenalkan kepada ibu-ibu di sekitarnya tentang teknik ini yang bisa dibuat juga sebagai sebuah usaha rumahan yang ramah lingkungan.

Cara kerja dari ecoprint sendiri yaitu dengan mentransfer bentuk dan warna daun asli ke sebuah kain lewat kotak langsung. Jadi ibu-ibu tersebut, diajari membuat aksesoris dan kerajinan, misalnya tas, dompet juga selendang, yang merupakan barang-barang inti keperluan kita sehari-hari.

Gambar kerajinan tas dari kulit kayu lantung dari https://www.tempo.co/
Gambar kerajinan tas dari kulit kayu lantung dari https://www.tempo.co/

Selain masih terus belajar dan mengembangkan Semilir Ecoprint, di akhir 2020, akhirnya dia tergerak untuk ikut melestarikan flora khas Bengkulu, yaitu kayu lantung, di mana kulitnya dapat dimanfaatkan untuk teknologi yang berkelanjutan (sustainable).

Kulit kayu lantung ini, harus didapatkan sampai ke pedalaman, demi menjaga kualitasnya agar dapat dipergunakan secara maksimal dengan teknik ecoprint. Semuanya masih dilakukan dengan baik bersama ibu-ibu di dekat tempat tinggalnya. Jadi Alfira memberdayakan para ibu agar selain memperoleh edukasi tentang ecoprint, ibu-ibu ini juga dapat berpenghasilan dan mendukung ekonomi keluarga.

Target dari produksi produk yang berbahan dari kulit kayu lantung ini adalah perempuan usia 20 -- 60 tahun yang tinggal di perkotaan yang melek fashion, di mana Semilir Ecoprint sudah memproduksi sampai 100 buah yang diikuti omzet yang cukup tinggi, kira-kira sampai Rp 76 juta.

Kulit kayu lantung sendiri sebenarnya tak hanya flora biasa, tapi ada hubungannya dengan Sejarah Provinsi Bengkulu. Makanya Alfira ingin melestarikan dan memperkenalkan kulit kayu lantung khas Bengkulu ini ke masyarakat Indonesia, termasuk masih banyak masyarakat Benkulu sendiri yang masih asing dengan kulit kayu lantung ini. Namun sayangnya, rendahnya harga kulit kayu lantung ini, yang diikuti rendahnya minat pengrajinnya, menjadi masalah sehingga kulit kayu lantung ini menjadi langka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun