Mohon tunggu...
Kinar Set
Kinar Set Mohon Tunggu... Pustakawan - rajin dan setia

senang belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Agama Sesungguhnya Bawa Kedamaian, Bukan Konflik dalam Pesta Demokrasi Ini

28 Januari 2024   00:15 Diperbarui: 28 Januari 2024   00:19 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah masuk pada masa reformasi, kita sudah mengalami beberapa pemilihan umum. Satu periode , presiden dan wakil presiden masih dipilih oleh DPR dan MPR, sedang beberapa kali kita sudah mengalami pemilihan presiden dan wakil presiden yang langsung dipilih oleh rakyat.

Sejak tahun 2014, Presiden terpilih waktu itu, Susilo Bambang Yudhoyono memang berhasil memulihkan rakyat yang haus akan dahaga berdemokrasi dengan baik dan benar setelah sekian lama ada pada masa Orde Baru yang tidak saja menyengsarakan sebagian masyarakat tapi juga ibarat mematikan demokrasi kita.

Sejak itu, kita masuk pada pemilu ke pemilu. Hanya saja tercatat sejak tahun 2010, Dimana dunia media sosial kita mengalami kemajuan luar biasa, masyarakat Indonesia mengalami pergeseran dalam mendapatkan dan menyebarkan informasi. Indonesia mendapat penguatan dan serangan , tergantung pada algoritma media sosial.

Dan dalam perjalanan itu, kita mendapatkan pelajaran berharga untuk demokrasi kita. Kita terbelah dan situasi memanas karena pihak-pihjak yang memasukkan sentiment agama dalam politik. Kita bisa melihat betapa panasnya Pilpres 2014 dan 2019 serta Pilkada 2019 yang sebenarnya kita harapkan mendapatkan pemimpin baru setelah dua periode kepemimpinan SBY.

Pemilu 2024 yang sebentar lagi kita hadapi bukan sekadar agenda politik biasa. Meski konflik nya berbeda dengan pilpres 2019, namun sentimentasi agama diperkirakan masih akan digunakan untuk provokasi maupun mendulang suara masyarakat. Bukankah agama seringkali melekat pada orang per orang.

Kita harus membuktikan bahwa kita bisa melaksanakan pesta demokrasi dengan baik. Meski agama menjadi hal penting, kita harus bisa menahan diri dan belajar dari kesalahan yang lalu soal penggunaan sentiment agama dalam pesta demokrasi.

Kita harus tetap bersatu melawan ancaman segregasi yang mungkin dibawa oleh pihak-pihak tertentu dalam kontestasi politik kali ini. Karena sejatinya agama ada tidak untuk membuat kekacauan atau konflik, melainkan rasa damai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun