Mohon tunggu...
Jie Laksono
Jie Laksono Mohon Tunggu... Wiraswasta - What is grief if not love perseverance?

Ketika kata lebih nyaman diungkapkan lewat tulisan ketimbang lisan

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Daenerys Targaryen, "A Tragic Hero"

19 Mei 2019   09:25 Diperbarui: 19 Mei 2019   09:35 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kurang dari 24 jam, episode terakhir dari serial Game of Throne akan diputar. Dalam seminggu terakhir, saya masih melihat beberapa penggemar GoT yang masih belum bisa pulih dari trauma episode minggu lalu. Mungkin tidak bisa dibilang trauma, tapi kecewa bagaimana jalannya plot cerita episode ini dibuat. 

Terutama tindakan Daenerys yang membakar seluruh King Landing dan menewaskan penduduk kota, sedangkan lonceng sebagai tanda menyerah sudah dibunyikan, bukan langsung menuju Red Keep dimana Cersei berada. Ya, penggemar kecewa karena Daenerys digambarkan sebagai "Mad Queen". 

Kekecewaan tersebut sebenarnya dapat dimaklumi melihat perjalanan karakter Daenerys dari season pertama, yang hanya sebagai "alat tukar" yang dimanfaatkan kakaknya, Viserys, untuk dinikahkan dengan Khal Drogo demi tentara Dothraki, hingga menjadi Dragon Queen. "From Zero to Hero", itulah kalimat yang dapat menggambarkan perjalanan Daenerys sebagai karakter dari season 1 hingga akhir season 7. 

Oleh sebab itu mudah bagi para penggemar GoT menaruh simpati terhadap Daenerys, termasuk saya. Sejujurnya, saya pun sampai terharu ketika scene terakhir season 6 episode 10, dimana Daenerys memimpin pasukannya yang terdiri dari Dothraki, Unsullied, serta pasukan aliansi dari Dorne, Tyrell dan Greyjoy, berlayar menuju Dragonstone di Westeros. 

Akan tetapi, terlepas dari kekecewaan saya bagaimana plot berjalan di episode 5 seasson 8 GoT, saya tidak kecewa ataupun kaget dengan keputusan penulis menjadikan Daenerys sebagai "Mad Queen".

Daenerys sebagai character sangatlah kompleks, tidak hanya penyayang dan baik hati yang digambarkan sebagai pembebas budak dan Unsullied, tetapi juga mampu murka dan tidak segan-segan menggunakan kekerasan. 

Daenerys, sebagai seorang Targryen, berpotensi menjadi pemimpin yang bijak tetapi juga berpotensi sebagai pemimpin yang kejam, seperti penggambaran Varys tentang "flip coin" ketika berbicara dengan Jon Snow. Selalu ada perang "between good and evil" di dalam diri Daenerys. 

Daenerys versi evil sudah tergambar bahkan dari season 1, ketika digambarkan reaksi dingin Daenerys melihat kematian Viserys akibat disiram cairan logam panas. 

Dalam perjalanan karakternya, Daenerys tidak segan-segan bertindak kejam dengan pihak-pihak yang ia anggap musuh, sebut saja penyihir Mirri Maz Duur, penyihir Pyat Pree dari House of Undying di Qaarth, Xaro Xhoan Daxos, Doreah, Kraznys mo Nakloz dan pemilik budak lainnya di Astapor, para bangsawan di Mareen, Randall dan Dickon Tally dan Varys. 

Mayoritas dari karakter-karakter tersebut, dibinasakan oleh Daenerys dengan "Dracarys" atau api naga. Daenerys adalah penggambaran sempurna dari apa yang dikatakan oleh Abraham Maslow, seorang psychologist, "if you have a hammer, everything looks like a nail". Dari sini kita melihat bahwa go to move Daenerys terhadap musuh-musuhnya adalah "Dracarys".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun