Mohon tunggu...
Atih Ardiansyah
Atih Ardiansyah Mohon Tunggu... Dosen - Pemberi Beasiswa

Mendirikan Cendekiawan Kampung, sebuah platform yang mempertemukan Genius Kampung dengan pemberi beasiswa (Scholarship Providers) | Follow IG: @cendekiawankampung | www.cendekiawankampung.id

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Energi Kebaikan

30 Desember 2020   23:39 Diperbarui: 28 April 2021   07:17 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Senyum anak kampung yang memiliki tas sekolah baru (dok. CK, 2020)

Saya dan teman-teman di Cendekiawan Kampung bermimpi, jika dalam lima tahun kita bisa memfasilitasi beasiswa kuliah S1 untuk 200 anak saja, maka kita telah menciptakan kekuatan yang dahsyat. Jika mereka membuat gerakan kecil saja di kampung masing-masing, maka itu bukan lagi menjadi kecil tatkala seluruh titik itu berada dalam garis ketersambungan dan ketersalingan (connect the dots). 

Jika mereka menjadi kepala desa atau tokoh di kampungnya, maka dana desa akan menjadi signifikan peruntukkannya, terutama dalam menopang pembangunan sumber daya manusia. 

Jika  satu, dua, tiga, sepuluh, seratus, dua ratus kampung dipimpin oleh para cendekiawan yang berkhidmat untuk kampungnya, visi mereka tentang kampung serupa, maka kampung akan menjadi gugusan cahaya yang menerangi Indonesia tercinta. Cita-cita membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan  menjadi semakin dekat untuk diwujudkan. 

Genius Kampung Angkatan 1 & 2 mengikuti pembekalan sebelum berangkat untuk studi di kampus masing-masing (dok. CK, 2020)
Genius Kampung Angkatan 1 & 2 mengikuti pembekalan sebelum berangkat untuk studi di kampus masing-masing (dok. CK, 2020)
Senyum anak kampung yang memiliki tas sekolah baru (dok. CK, 2020)
Senyum anak kampung yang memiliki tas sekolah baru (dok. CK, 2020)
Jika visi besar itu berhasil kita realisasikan, maka pada 2045 Indonesia benar-benar akan panen bonus demografi. Kuncinya ada pada kebaikan-kebaikan yang menjadi energi kolektif kita sebagai sesama anak kampung Indonesia. Jika kita berhenti berbuat baik, maka energi itu pun akan berhenti. Dan kalau itu terjadi, bukan bonus demografi yang kita nikmati, tetapi kita akan disuguhi cerita tentang anak-anak malang seperti Sri. Na'udzubillah.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun