Mohon tunggu...
akhmad taufiq hariyadi
akhmad taufiq hariyadi Mohon Tunggu... Administrasi - Majulah Indonesiaku

Aku adalah manusia biasa seperti yang lain. Tetapi aku terus berpikir, merasa & bertindak sehingga sampailah aku pada kata-kata "Inilah aku". Aku punya kesalahan, kelemahan, kekurangan bahkan keburukan, begitupun yang lain. Tetapi aku punya sesuatu yang menjadi kelebihan & ciri khasku, begitupun yang lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Majulah Indonesiaku (Menyapa Dunia)

24 April 2018   09:40 Diperbarui: 24 April 2018   09:49 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Gemericik air hujan menjadi pengiring saat pertama kali menuangkan pemikiran dan perasaan penulis ke dalam untaian kata, kalimat dan paragraf untuk menyapa para pembaca tulisan ini.

Setiap detik dilalui sambil berusaha menyadari dan menangkap sekelebatan ingatan dan ide yang datang dan pergi saat merenungi makna kehidupan.

Sudah sangat banyak kata-kata yang terucap dan tertulis serta telah banyak pula kata-kata yang tidak terucap dan tertulis yang terungkap dalam bentuk tindakan maupun karya seni, sebagai refleksi atas kehadiran diri terhadap apa saja yang ada di sekeliling kita.

Tulisan inipun merupakan sebuah refleksi atas kerinduan penulis yang sudah cukup lama membiarkan waktu berlalu tanpa menorehkan atau mengabadikan pemikiran dan perasaan ke dalam tulisan yang dapat dikenang penulis suatu saat nanti atau bahkan dikenang oleh orang-orang pada generasi selanjutnya sebagai sebuah kisah perkembangan perjalanan pemikiran dari generasi sebelum mereka.

Bagi yang belum bisa menikmati makna di balik kata-kata dan pemikiran, tulisan seindah dan sebagus apapun hanyalah akan menjadi sekedar untaian kata-kata tanpa arti dan tanpa memiliki hubungan apapun dengan kehidupan sehari-hari.

Tetapi bagi mereka yang memahami dan bisa menyelami samudera makna kata-kata, maka satu dua kata bahkan susunan serta urutan kata-kata pun, memiliki arti dan kesan yang berbeda. Sehingga untuk menyampaikan maksud & tujuan sebagaimana yang diharapkan penulis, maka akan memerlukan suatu seni tersendiri

Mengenai hal ini, penulis pun masih dalam tahap belajar, karena memahami hal yang begitu kompleks dan dengan banyaknya perkembangan di sana sini, maka proses menyerap dan memahamkannya pada diri sendiri akan membutuhkan waktu yang sangat lama bahkan tak hanya menghabiskan waktu seumur hidup tapi juga akan memakan waktu beberapa generasi berikutnya jika maksud dan tujuan besar tersebut belum tercapai.

Sebagaimana yang ada pada tulisan-tulisan sebelumnya, yang menjadi maksud penulis dalam membuat setiap tulisannya adalah untuk menggambarkan sekelumit jalan pemikiran tentang pengenalan diri, yang pada akhirnya tujuan dari pengenalan tersebut adalah untuk mengabdi kepada Tuhan dengan cara berbakti kepadaNYA melalui peran diri yang dapat memberi manfaat positif kepada sekeliling kita.

Mengapa pengenalan diri ada kaitannya dengan Tuhan? Bukankah bagi kebanyakan orang, Tuhan adalah persoalan yang jauh dari pemikiran dan mustahil untuk dapat dibayangkan? Bagaimana tidak, banyak hal tentang Tuhan yang sulit dijelaskan oleh akal, karena bagi kebanyakan orang, untuk mengetahui atau mengenali sesuatu harus melalui ke lima inderanya baru sesuatu tersebut dianggap ada. Padahal Tuhan mencontohkan bahwa di dunia ini terdapat hal-hal yang hanya bisa diketahui keberadaanya karena adanya kecanggihan teknologi contohnya seperti "partikel Tuhan". 

Sehingga apakah kita harus membangun terlebih dahulu teknologi yang sangat-sangat canggih hanya untuk mengetahui keberadaan Tuhan? Butuh berapa ribu tahun lagi teknologi yang seperti itu dapat ditemukan? Padahal untuk menemukan "partikel Tuhan", dibutuhkan perkembangan teknologi yang sangat maju, yang prosesnya berlangsung selama beribu ribu tahun lamanya dari sejak adanya Nabi Adam.

Jika kita berpatokan pada pembuktian secara indrawi untuk mengetahui keberadaan Tuhan, maka jelas tidak akan mungkin seumur hidup kita yang paling lama cuma seratusan tahun untuk sampai pada kesimpulan bahwa Tuhan itu ada dan bisa kita indera. Itupun jika hal tersebut adalah mungkin terjadi. Padahal Tuhan bersifat gaib, sehingga tidak akan mungkin kita bisa menggunakan indera untuk melihatNYA ataupun menyentuhNYA.

Tapi Tuhan tidak begitu saja membiarkan dan meninggalkan kita hidup di dunia ini tanpa petunjuk sehingga kita berjalan tanpa arah dan tujuan apalagi sampai tersesat tidak karuan. Karena jika kita semua berjalan tanpa arah dan tujuan apalagi sampai tersesat, maka sudah sejak dari dulu dunia ini hancur karena pertikaian dan peperangan serta kerusakan alam di mana-mana karena ulah manusia yang terlalu berlebihan.

Untuk itu, Tuhan menurunkan Nabi atau Rasul sebagai utusanNYA dengan membawa kitabNYA untuk menjelaskan tentang diriNYA serta bagaimana manusia ini berlaku dan hidup di dunia ini. Jadi beruntunglah kita semua ketika masih bisa menjalankan ajaran agamaNYA, karena pada dasarnya ajaran agamaNYA bagaikan jalan tol yang akan mempercepat perjalanan kita untuk sampai pada tujuan kita diciptakanNYA di dunia ini.

Karena begitu Maha Pengasihnya, Tuhan tidak hanya memberikan petunjuk melalui Nabi atau RasulNYA, tetapi juga melalui pengalaman-pengalaman sehari-hari yang kadang terlihat sepele dan seolah tidak berarti. Tetapi jika kita renungkan ternyata hal tersebut terkandung Kemahabesaran dan Kekuasaan Tuhan yang tak terbatas bahkan kepada hal-hal yang tidak tidak terpikirkan sekalipun.

Tuhan Maha Mengetahui apapun yang dipikirkan semua manusia, sehingga konsekuensinya, Tuhan juga Maha Mengetahui batasan pemikiran yang mampu dicapai oleh seluruh manusia yang ada di dunia ini. Oleh karena itu Tuhan pun Maha Kuasa untuk membuat kita takjub kepada hal-hal yang bagi orang lain tampak sepele tapi bagi kita merupakan suatu hal yang memiliki makna yang mendalam.

Karena hal ini pula, akan timbul persoalan baru yang mungkin akan muncul dari orang-orang yang sudah terlanjur tersesat dan terjerumus dalam kehidupan yang kelam. Mereka mungkin saja akan berkata bahwa mengapa Tuhan tidak menunjuki mereka kepada kebenaran dan membuat mereka menjadi orang yang baik? Bukankah Tuhan Maha Kuasa untuk melakukannya?

Sebagai manusia, kita bisa mempertanyakan hal-hal seperti itu bahkan hal-hal lain yang lebih rumit lagi dari itu karena manusia memang telah dibekali kemampuan akal untuk mempertanyakan apapun termasuk dirinya sendiri bahkan TuhanNYA. Tetapi kemampuan akal untuk menjawab dan memahami apa yang dipertanyakan tergantung dari tingkat kebersihan hatinya. Semakin bersih hatinya, semakin tinggi pertanyaan seperti itu yang bisa dijawabnya.

Sebelum membahas masalah tersebut, penulis mau menekankan terlebih dahulu bahwa, tidak berarti penulis berkata seperti ini, itu dan lain sebagainya, kemudian hal itu berarti menunjukkan bahwa penulis adalah orang seperti ini atau seperti itu. Pada intinya dan pada dasarnya apa yang penulis buat dalam setiap tulisannya adalah untuk berbagi pengalaman dan pemikiran, yang harapannya agar dapat memberikan manfaat yang positif bagi orang lain.

Kita kembali pada pertanyaan sebelumnya, yakni mengapa Tuhan tidak sekalian saja menunjuki semua orang sesat pada kebenaran dan menjadikan mereka orang yang baik? Bukankah dengan begini dunia akan menjadi lebih tentram dan damai?

Ada banyak kemungkinan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Dan di sini penulis mencoba menjawab meskipun ada kemungkinan jawaban penulis juga tidak tepat atau bahkan salah. Tetapi maksud penulis tetap membahasnya adalah hanya untuk berbagi pemikiran dan syukur-syukur menginspirasi orang lain untuk menemukan jawaban yang lebih baik lagi.

Mari kita mulai untuk menjawabnya. Tuhan menciptakan manusia dengan dibekali sifat yang mirip dengan Tuhannya tetapi dengan kadar yang sangat kecil. Hal ini bisa dilihat perbandingannya yakni ketika kita mau menyebut sifat-sifat manusia, maka kita tinggal menyebutnya tanpa ada tambahan kata di depannya tetapi berbeda ketika kita ingin menyebut sifat Tuhan maka di depannya pasti akan kita tambahi dengan kata "Maha". Contoh Maha Kuasa, Maha Mencipta, Maha Mengetahui dan lain sebagainya.

Hal ini berarti bahwa manusia memiliki sifat Ketuhanan, tetapi dengan kadar yang sangat kecil. Sehingga itulah mengapa dalam kondisi ekstrim ketika manusia sudah merasa sangat berkuasa untuk melakukan apapun dan sombong, sampai berani mengklaim bahwa dirinya adalah tuhan.

Karena sifat Ketuhanan inilah sehingga manusia diberi kebebasan untuk memilih dan melakukan apapun yang dikehendakinya di dunia. Tetapi Tuhan juga memberi batasan dan aturan serta hari pembalasan untuk mempertanggung jawabkan semua amal perbuatan yang baik dan yang buruk yang dilakukannya ketika di dunia.

Oleh karena ada batasan, aturan dan hari pembalasan, maka sebenarnya manusia sudah diberi petunjuk melalui pengalaman-pengalaman hidupnya. Hanya saja mereka tidak mau merenungkan petunjuk itu dan mengambilnya sebagai pelajaran untuk keluar dari dunia kelam dan kembali kepada jalan yang lurus.

Untung saja Tuhan Maha Pengampun, sehingga ketika kita bersalah dan mau bertobat, maka masih terbuka peluang untuk kembali kepadaNYA dan diampuninya semua dosa-dosa kita.

Jadi sebenarnya masalah orang-orang yang tersesat dan yang jauh dariNYA adalah karena mengabaikan petunjukNYA. Setiap saat Tuhan mengajari dan memberi petunjuk pada kita. Hanya saja karena kita sudah terlanjur enak merasai nikmatnya dunia sehingga kita merasa berat untuk meninggalkan nikmatnya dunia dan oleh karena itu ketika kita diingatkanNYA untuk meninggalkan kenikmatan terlarang yang sedang kita rasakan maka kita pura-pura tidak tahu atau tidak menghiraukan peringatan tersebut.

Bagaimana bentuk peringatan dariNYA atas perbuatan terlarang yang tidak boleh kita lakukan? Jika hati kita belum terlalu dicemari hal-hal yang kotor, maka tanda peringatan dariNYA adalah perasaan was-was, perasaan takut, perasaan bersalah dan berbagai pertentangan batin ketika akan melakukan hal-hal terlarang. Jika hati kita sudah terlalu kotor, maka perasaan tersebut semakin lama akan memudar. Tetapi karena Maha Pengasihnya Tuhan, DIA masih mengingatkan kita melalui orang lain dan melalui berbagai persoalan kehidupan yang dialami.

Memang pembahasan dan pendalaman berbagai persoalan manusia sungguh sangat luas dan tidak terbayangkan banyaknya sehingga menjabarkannya dalam satu tulisan yang utuh dan tuntas sampai ke akar-akarnya terasa sangat sulit bahkan hampir mustahil dilakukan oleh orang awam dan yang punya banyak kesalahan dan kekurangan seperti penulis. Sehingga tulisan pembuka ini dan sebagai sapaan kepada para pembaca yang setia mengikuti serangkaian tulisan-tulisan penulis, kiranya ini dapat menjadi obat kerinduan penulis untuk menulis dan pembaca yang telah sangat lama menunggu terbitnya tulisan yang terbaru.

Secara garis besar jika dikaitkan dan diingatkan lagi kepada Gerakan Memajukan Indonesia (Germein) yang beberapa tahun yang lalu dicanangkan penulis, rencana besar atau mimpi besar untuk memajukan Indonesia belum berakhir. Meskipun sempat penulis dalam beberapa waktu yang agak lama, tidak aktif menulis, tapi hal ini tidak berarti bahwa gerakan ini pun ikut berhenti. 

Di dunia tulisan memang sempat sempat terhenti, tetapi di dunia nyata, gerakan ini tetap berjalan, meskipun tidak digambar-gemborkan dengan menggunakan kata-kata Germein (Gerakan Memajukan Indonesia). Karena tidak selalu semuanya harus diungkapkan dengan kata-kata, tetapi dapat pula suatu ide atau pemikiran dinyatakan dalam sikap dan tindakan.

Tetapi penulis juga menyadari bahwa mewujudkan hal-hal yang ideal menjadi nyata dan dapat dijalankan di lapangan, sungguh sangatlah sulit. Tetapi berbekal niat baik dan harapan bahwa suatu saat mimpi besar tersebut dapat terwujud, menjadi semangat untuk tetap berjalan dan memperjuangkan gerakan ini, walaupun bagi orang lain, apa yang dilakukan penulis hanyalah tindakan kecil, sepele dan tidak memiliki dampak apapun terhadap perubahan perkembangan kemajuan Indonesia.

Tetapi penulis tidak menyerah karena konsep dasar dari Gerakan Memajukan Indonesia (Germein) adalah bagaimana mengenali diri dan menggali potensi diri yang kemudian menggunakan potensi tersebut untuk memberi manfaat kepada sekeliling, syukur-syukur bisa mengembangkan dan memajukannya. Kalaupun potensi atau kemampuan kita kecil, tidaklah mengapa. 

Berarti memang cakupan manfaat yang bisa kita berikan ke sekeliling pun kecil. Tapi kita tidak perlu rendah diri dan iri kepada yang lain, karena pasti Tuhan mempunyai kebijaksanaan mengapa demikian. Yang terpenting kita terus berjuang dan terus bersyukur atas karunia kehidupan dan berbagai kenikmatan yang diberikanNYA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun