Perempuan memiliki peran yang sangat penting dalam gerakan penghapusan perbudakan, baik di Inggris maupun Amerika Serikat. Pada awalnya, perempuan dianggap sebagai kelompok yang sangat peka terhadap penderitaan akibat perbudakan, terutama ketika menyangkut kekerasan terhadap perempuan budak. Mereka memainkan peran utama dalam mengorganisir boikot terhadap produk yang diproduksi oleh tenaga kerja budak, seperti gula dari perkebunan di Karibia. Boikot ini diluncurkan pada tahun 1791 di Inggris, dan banyak perempuan, yang umumnya bertanggung jawab atas belanja rumah tangga, turut serta dalam gerakan ini, yang turut memperkuat dampaknya. Salah satu organisasi perempuan pertama yang didirikan untuk melawan perbudakan adalah Female Anti-Slavery Society yang dibentuk pada tahun 1833. Keberadaan organisasi-organisasi ini menunjukkan bagaimana perempuan memanfaatkan civil society untuk memperjuangkan hak mereka sendiri dalam arena publik.
2.4 Development of Civil Society and Emergence of Other Transnational Non-Governmental Organizations
Gerakan anti-perbudakan memfasilitasi perkembangan organisasi-organisasi non-pemerintah yang kemudian meluas ke isu-isu lain, seperti hak perempuan dan kesetaraan sosial. Dalam perkembangannya muncul NGO transnasional seperti Anti-Slavery International yang didirikan pada tahun 1839, berlanjut menjadi salah satu organisasi hak asasi manusia tertua dan paling berpengaruh hingga kini. Historikal yang diperoleh dari perjuangan anti-perbudakan kemudian diaplikasikan dalam kampanye-kampanye internasional lainnya, termasuk dalam isu-isu hak perempuan dan hak-hak sosial lainnya. Keberhasilan dalam mengorganisir untuk penghapusan perbudakan membuktikan bahwa gerakan sosial dapat melampaui batas negara dan mengubah kebijakan internasional.
2.5 Connections Between Early NGOs and Those Active Today
Jaringan NGO yang terbentuk pada abad ke-19 ini berlanjut hingga hari ini, dengan banyak organisasi yang bertahan dan terus berperan dalam perubahan sosial. Organisasi-organisasi yang muncul saat itu, seperti Anti-Slavery International dan Women's International League for Peace and Freedom, kini menjadi bagian integral dari gerakan hak asasi manusia dan turut mempengaruhi kebijakan internasional. Banyak dari NGO ini terlibat dalam upaya-upaya modern untuk memerangi perbudakan modern, perdagangan manusia, serta melawan bentuk-bentuk ketidakadilan lainnya yang masih ada di seluruh dunia
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI