Seperti anak panah yang diarahkan menuju target, kita juga seyogyanya selau berupaya mengarahkan diri kita untuk berkembang dan melakukan perbaikan.
Panahan adalah olahraga yang melatih pikiran, jiwa, dan juga tubuh. Eugen Herrigel, profesor filsafat yang mempelajari Zen di Jepang, menyarankan untuk menerapkan filosofi panahan dalam kehidupan.
Pertama, bersabarlah dan biarkan semuanya terjadi sesuai waktunya masing-masing, jangan pernah memaksakan sesuatu. Kedua, tekun dan bekerja keras setiap hari demi mendekatkan kita dengan tujuan. Ketiga, selalu rendah hati dan belajar secara runut. Keempat, fleksibel dalam bertindak dan berpikir. Jangan jadi orang yang kaku!
30.Distance yourself from the sources of negativity.
Ada sebuah filosofi yang amat terkenal yang menjadi ikon di Tokyo utara, yaitu filsafat tiga monyet bijak. Tiga monyet itu masing-masing menutup mata, telinga dan mulutnya dengan tangan mereka.
Maksud dari filosofi tersebut adalah, agar telinga dan mata kita tak mendengar dan melihat hal-hal yang buruk, serta mulut kita tak mengatakan hal buruk.
Karena setiap hal buruk atau negatif yng kita konsumsi akan menimbulkan efek buruk pada diri kita. Sementara perkataan atau pikiran negatif yang keluar dari diri kita akan menimbulkan efek negatif pada orang lain.
Penutup
Semua aturan di atas sangat baik untuk menjadi petunjuk dan arahan saat kita menemui hambatan dalam perjalanan menulis kita. Jepang adalah negara yang memiliki banyak konsep kebaikan mengenai kehidupan. Dengan konsep-konsep itu bangsa Jepang mampu memberdayakan masyarakatnya dan menjadi salah satu poros kemajuan di dunia modern.
Sumber bacaan : Hector Garcia & Francesc Miralles, The Ikigai Journey, Tokyo: Tuttle Publishing
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI