"Dengan kompetensi teknis dan tujuan etis, PR idealnya berperan sebagai fasilitator komunikasi (Gruning, 2006)"
Membaca sepenggal kutipan dari ahli Public Relations dan kita semua menyadari bahwa saat ini perkembangan teknologi sudah berkembang pesat, khusunya teknologi komunikasi. Berkembangnya teknologi komunikasi memunculkan beberapa kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).
Chatbot merupakan salah satu contoh dari AI. Fenomena perkembangnya chatbot semakin marak seiring perkembangan zaman, khusunya di zaman globalisasi ini. Pemanfaatan dari teknologi chatbot semakin sering digunakan di dalam dunia Public Relations atau humas untuk menjalankan kompetensi teknis dan tujuan etis yang idealnya berperan sebagai fasilitator komunikasi.
Jika dilihat dari cara kerja chatbot dan pengaplikasiannya, tidak hanya praktisi PR saja yang sering menggunakan, kita semua secara tidak langsung pastilah sering menggunakannya juga. Dapat dilihat sudah banyak sosial media yang menggunakan teknologi ini untuk "mendongkrak" popularitasnya. Sebut saja line, telegram, duolinggo dan masih banyak yang lain. Cara kerja chatbot sesuai dengan pengalaman pribadi para pengguna line dan telegram ialah ketika seorang penggunakan mengetikkan salah satu keyword dari suatu pesan chatbot, maka secara otomatis akan langsung dijawab oleh aplikasi tersebut.
Banyak sekali manfaat chatbot yang dapat mempermudah kinerja manusia, misalnya saja chatbot yang dimiliki oleh aplikasi duolinggo. Dalam aplikasi tersebut chatbot berperan sebagai penerjemah Bahasa atau translator secara otomatis.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI