Kompasiana.com - Masyarakat dunia semakin bersifat konsumeris, terbukti dari pengeluaran rumah tangga di berbagai negara termasuk di Indonesia. Sesuai dengan riset dari Badan Pusat Statistik (BPS), masyarakat Indonesia mengeluarkan uang umumnya untuk produk-produk pangan (makanan), sandang (pakaian), papan (kebutuhan rumah tangga), dan kebutuhan pendidikan. Selanjutnya, dilansir dari Jurnal Ilmu Sosial Politik  dari Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Politik  Wira Bhakti,  Konsumsi masyarakat lebih banyak didasarkan pada keinginan dan prestise daripada kebutuhan nyata.Â
Dengan catatan tersebut, dapat disimpulkan bahwa masyarakat Indonesia umumnya mengeluarkan uang untuk produk-produk kebutuhan sehari-hari. Hal ini merupakan tren positif karena menunjukkan fokus pengeluaran pada hal-hal yang esensial. Namun, dalam beberapa kasus, pengeluaran tersebut dapat meningkat secara signifikan, terutama ketika konsumsi didorong oleh faktor keinginan dan gaya hidup, karena banyak masyarakat masih belum melek ekonomi, alias masih kurang mampu dalam  memahami, menganalisis, dan mengambil keputusan yang tepat dalam berbagai aspek ekonomi, baik sebagai konsumen, pekerja, investor, maupun warga negara.  Di sisi lain,reaksi pemerintah terhadap sikap ini  belum konsisten, sehingga terus berkembang tanpa pengendalian efektif.Â
Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah ini, diperlukan peran aktif dua pihak: masyarakat dan pemerintah. Masyarakat perlu mengedukasikan diri terkait investasi, pengelolaan pengeluaran bulanan, dan pengambilan keputusan finansial sehari-hari. Sebab, hanya melalui pendidikan dan pengetahuan ekonomi yang memadai dapat lahir masyarakat yang cerdas secara finansial (Smart Citizen). Tanpa melek ekonomi, masyarakat akan terus rentan terhadap gaya hidup konsumtif, terjebak dalam jebakan kredit atau utang konsumtif, serta tidak memiliki kesiapan menghadapi perubahan ekonomi yang dinamis.Â
Di sisi lain pemerintah, yang dalam hal ini diwakili oleh Bank Indonesia (BI), harus memiliki peran pusat dalam program edukasi kepada masyarakat. Sebagai Bank Sentral,BI memiliki peran strategis dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional, khususnya dalam pengendalian inflasi. Melalui instrumen kebijakan moneter seperti pengaturan suku bunga dan pengendalian likuiditas, BI mengarahkan keseimbangan antara permintaan dan penawaran agar harga-harga tetap terkendali. Namun, upaya tersebut tidak dapat berdiri sendiri. Oleh karena itu, BI harus aktif menjalankan program pendidikan terkait literasi keuangan kepada masyarakat karena pengendalian inflasi akan menjadi lebih efektif jika didukung oleh perilaku konsumsi yang bijak. Dalam hal ini, peran BI Â tidak hanya sebagai pengatur kebijakan, tetapi juga sebagai agen perubahan dalam membentuk masyarakat yang melek ekonomi dan tahan terhadap guncangan ekonomi global.***
Sumber: Â Mengkaji Dampak Literasi Ekonomi Terhadap Pola Konsumsi Remaja Akhir Kusbandiyah Putri 1 , Sri Astuti 2 , Camelia Safitri 3 Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka 1,2,3 *Corresponding author, e-mail: kusbandiyah.@uhamka.ac.id
bing.com/ck/a?!&&p=ed3a99c0471183aca6c1d502f2ba88457ea9a221de7e4d3fb48bc21e9261ce59JmltdHM9MTc0ODEzMTIwMA&ptn=3&ver=2&hsh=4&fclid=14b59409-16e1-6605-38bd-81cc17bb6737&psq=kajian+literasi+ekonomi+masyarakat+Indonesia+&u=a1aHR0cHM6Ly9lam91cm5hbC51bnAuYWMuaWQvc3R1ZGVudHMvaW5kZXgucGhwL3Blay9hcnRpY2xlL2Rvd25sb2FkLzE2MjI2LzYzNTU&ntb=1
Neraca Rumahtangga Indonesia, 2021-2023 - Badan Pusat Statistik IndonesiaÂ
Caption: Bank Sentral dan Smart Citizen: Mewujudkan Masyarakat Ekonomi dan Melek terhadap PerubahanÂ
Keywords: Bank Indonesia, Smart Citizen, Inflasi, Ekonomi, Pendidikan, melek ekonomi
Gambar: Rupiah menguat seiring kekhawatiran atas tarif Trump - ANTARA News