Mohon tunggu...
Atep Afia Hidayat
Atep Afia Hidayat Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati sumberdaya manusia dan lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Nature

Udara Makin Tercemar

5 April 2011   15:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:06 2764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13020163491668921324

Oleh : Atep Afia Hidayat -

Lingkungan hidup bagi manusia meliputi mahluk hidup lain dan mahluk tak hidup yang ada disekitarnya. Dengan kata lain lingkungan itu meliputi biotik dan abiotik. Antara komponen lingkungan terjadi interaksi yang terus menerus. Kondisii biotik dan abiotik harus ideal, artinya mampu mendukung secara optimal kehidupan manusia. Umpamanya, udara yang merupakan komponen abiotik kondisinya harus dalam keadaan bersih dan tak tercemar. Kalaupun tercemar hanya dibatasi hingga kadar tertentu.

Jika tingkat pencemaran melampaui ambang batas atau baku mutu yang ditetapkan maka kelangsungan hidup manusia akan terancam, paling tidak dengan munculnya berbagai wabah penyakit.

Udara yang tercemar berbagai gas beracun menyebabkan terjadinya degradasi kesehatan manusia. Sebagai contoh, gas karbon monoksida (CO) yang dihasilkan dari sisa pembakaran berpengaruh buruk terhadap susunan saraf pusat, yakni jika kadar CO yang terhirup mencapai 15 ppm selama 10 jam.

Udara di kota-kota besar umumnya telah tercemar berat, terutama disebabkan banyaknya gas buangan dari kendaraan bermotor dan industri. Dari satu mobil saja dalam setiap tahunnya dikeluarkan sekitar 5 ton gas karbon dioksida.

Kota-kota besar menampung tak kurang dari puluhan hingga ratusan ribu kendaraan bermotor, bahkan kalau siang hari di Jakarta ada 9,6 juta kendaraan bermotor. Apalagi di jalan-jalan yang sering mengalami kemacetan, gas yang dikeluarkan lebih banyak lagi.

Selain dalam bentuk gas, pencemar udara juga bisa dalam bentuk debu (dust), umpamanya di kawasan Bendengan Utara Jakarta, kadar debu udaranya telah melebihi 551mikrogram per m3 padahal, ambang batas yang ditetapkan 260 mikrogram per m3 .Secara keseluruhan udara Jakarta sudah tercemar, bahkan termasuk satu di antara sepuluh kota yang paling tercemar di dunia. Begitu pula untuk kota besar seperti Bandung, Semarang, Surabaya, Ujung Pandang dan Medan. Komponen abiotik ini tentu harus segera diselamatkan, yakni melalui program udara bersih.

Sebenarnya Pemda DKI Jakarta sudah mengeluarkan SK yang mengatur penanganan polusi ambient (sumbernya) dan emisinya (pencemaran di atmosfer). Pemda juga mengatur penggunaan bahan bakar gas (BBG) untuk kendaraan bermotor, terutama agar kadar timah hitam sisa pembakaran bisa diturunkan.

Sudah selayaknya clean air programme tersebut mendapat dukungan luas dari semua pihak, baik kalangan pengusaha atau masyarakat luas. Salah satu dampak positif program lingkungan bersih tersebut, paling tidak bisa mengurangi ancaman proses keracunan dalam tubuh manusia, terutama karena udara kotor yang terhirup.

Faktor lingkungan abiotik yang juga menunjang kehidupan manusia ialah iklim. Ternyata akibat dari dilepaskannya berbagai gas penyerap panas seperti karbon dioksida, nitro oksida, khloro fluoro karbon dan metana bisa menyebabkan perubahan iklim secara radikal, yakni dengan terjadinya pemanasan global.

Berbagai gas itu di lapisan atmosfer bisa mengakumulasi panas yang dipantulkan permukaan bumi. Semakin tinggi kadar gas tersebut di atmosfer maka kondisi iklim di bumi semakin gawat, antara lain karena terjadinya kenaikan suhu rata-rata dan naiknya permukaan air laut.

Akibat pelepasan gas kloro fluoro karbon bisa merusak lapisan ozon, yaitu lapisan tipis di stratosfer yang melindungi permukaan bumi dari radiasi sinar matahari yang membahayakan, seperti sinar ultra violet. Tak ada pilihan lain program udara bersih harus dilaksanakan secara global. Antara negara maju dan berkembang perlu ada kerjasama terpadu.

Sebagaimana diketahui sebagian besar gas pencemaran udara dan gas rumah kaca dihasilkan oleh negara-negara maju, baik dari industri, tranportasi atau rumah tangga. Negara berkembang, terutama yang terletak dikawasan tropis memiliki sesuatu yang vital untuk kelangsungan hidup seluruh manusia, yakni hutan tropis berperan sebagai “paru-paru” dunia.

Sudah selayaknya pengrusakan hutan tropis dicegah dan ditangkal sedini mungkin. Dalam hal ini, negara-negara industri maju dituntut untuk memberikan bantuannya. Jepang, umpamanya, telah mengambil prakarsa, antara lain dengan mengajukan proposal Global Green Conservation, yang mencakup tiga macam aksi, pertama melakukan pemulihan hutan tropis yang terlanjur rusak, kedua membantu negara penghasil kayu tropis agar mengusahakan hutan tanpa merusak, dan ketiga menjaga supaya keanekaragaman spesies vegetasi hutan tropis tidak menyusut.

Ekosistem hutan amat menunjang kehidupan manusia, yaitu antara lain berperan dalam keseimbangan siklus air, cadangan plasma nuftah, mengurangi kadar gas pencemar dan gas rumah kaca (sebagian gas karbon dioksida dipergunakan vegetasi dalam proses fotosintesis). Selain memiliki fungsi ekologi yang amat tinggi, hutan juga bernilai ekonomi, bahkan mempengaruhi sosial budaya masyarakat di sekitarnya.

Dengan demikian, sudah selayaknya program penyelamatan lingkungan juga mencakup upaya pemeliharaan dan pelestarian hutan, setidaknya hutan kritis yang saat ini sudah mencapai 20 juta hektar tidak bertambah luas.

Dalam setiap harinya manusia memerlukan 700 liter oksigen, padahal populasinya kini sudah mendekati tujuh milyar. Dengan demikian, jumlah oksigen yang diperlukan oleh manusia sekitar 4,9 trilyun liter per hari. Sedangkan oksigen yang ada di atmosfer sekitar 1.1180 biliun ton, itupun setiap saat kualitasnya mengalami degradasi, yakni karena pencemaran dari berbagai aktivitas manusia seperti industri, transportasi, pertanian atau pembakaran lainnya.

Manusia membuat kerusakan di bumi, jika berbagai kerusakan lingkungan tidak segera dicegah, maka manusia seolah menjalani “bunuh diri”, terutama karena kenekatannya “menceburkan diri” dalam gas dan bahan-bahan beracun lainnya. Kenyataannya, racun telah memenuhi atmosfer, selayaknya program pelestarian lingkungan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, sebab hanya dengan itulah proses kerusakan lingkungan bisa dihindari. (Atep Afia).

Sumber Gambar:

http://vea.gov.vn/en/EnvirStatus/StateOfEnvironmentNews/PublishingImages/20102010%20(4).jpg

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun