Mohon tunggu...
Atep Afia Hidayat
Atep Afia Hidayat Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati sumberdaya manusia dan lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Perlunya Semangat dan Gairah Hidup

25 Juni 2011   15:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:10 1521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Oleh : Atep Afia Hidayat - Begitu monoton, tak bergairah dan tidak menimbulkan kesan. Daya tarik itupun tak muncul, tidak membangkitkan perhatian orang-orang di sekitar. Bahkan, ironisnya selera atau semangat hidupnya teramat minim, hingga kehidupan dijalani dengan sikap yang statis. Semangat hidup itu entah pergi kemana, ia seperti kehilangan harapan, seperti tidak memiliki ambisi. Lantas, jika demikian, apa yang akan dicari dalam panggung kompetisi yang sangat ketat ini?

Dalam lingkup pendengarannya, terdengar suara cicit burung, kokok ayam jantan, dan anak-anak yang tengah bercengkrama. Semuanya mencerminkan semangat hidup, bergairah dan saling menularkan gairah. Seolah saling memproklamirkan diri, “Aku masih hidup…., dan aku begitu menyukai kehidupan…”.

Semangat hidup bisa dikondisikan, asal saja memiliki kemampuan keras untuk itu. Perhatikanlah, masih banyak manula (manusia usia lanjut) yang masih segar-bugar. Masih memperlihatkan semangat hidup yang menyala-nyala, dan seolah berkata, “Aku masih hidup, masih lama sekali, dan aku mau menikmati sisa-sisa kehidupan ini”.

Muda tidaknya seseorang, sebenarnya sangat tergantung pada besar-kecilnya “semangat hidup”, yang dimiliki. Seorang yang masih muda usia, tetapi kurang bergairah, sama saja dengan seorang manula yang sudah jenuh dan bosan dengan kehidupan. Baginya, hidup ini tak menarik lagi. Sebagian besar waktunya dibuang dengan sia-sia, tanpa karya nyata yang dapat dibanggakan.

Lebih parah lagi, yakni dengan mencari bentuk kompensasi seperti minum-minum atau menggunakan obat terlarang. Maksudnya tiada lain, yakni untuk membangkitkan gairah atau semangat. Tetapi sangat disayangkan, begitu salah kaprah. Orang yang dihinggapi kejenuhan dalam kehidupan, senantiasa mencari berbagai bentuk kompensasi antara lain sering sakit-sakitan. Padahal, yang sakit itu bukan fisiknya, melainkan mental dan pikirannya.

Di lapangan hijau, dua team sepak bola bertarung mati-matian, untuk memperbutkan World Cup. Begitu bersemangatnya para pemain kedua kesebelasan. Dengan menggunakan teknik tinggi, manuver, jebakan, strategi, disertai operan-operan yang akurat, serta bola-bola cepat. Mereka memiliki tujuan yang sama, yakni untuk memenangkan pertandingan.

Begitu pula prinsip dalam kehidupan. Bukankah pada dasarnya, setiap orang yang menjalani kehidupan adalah untuk bertanding dan menjadi pemenang? Jika bertanding tanpa semangat hidup, sama hal dengan pemain sepak bola yang kehilangan gairah bermain atau cedera. Mereka mengulur-ulur waktu dengan cara membuang-buang bola. Sungguh tak enak ditonton, dan mereka berharap waktu 2 x 45 menit segera berakhir.

Lantas, kenapa seseorang kehilangan semangat hidupnya? Apakah karena ada unsur dan komponen fisik dan mentalnya yang terganggu? Sebenarnya, kerusakan pada komponen fisik tidak selalu menurunkan semangat hidup. Perhatikan saja, banyak manusia yang cacat fisik, tetapi begitu bersemangat dalam menjalani kehidupan. Sebaliknya, lebih banyak orang yang sempurna fisiknya, tetapi justru kehilangan semangatnya. Mereka tidak cacat fisik, tetapi cacat unsur mentalnya. Lebih jauh lagi, hal tersebut merupakan pemborosan sumberdaya manusia.

Orang yang kehilangan semangat hidup, seolah menghindari dunia nyata, dan bersembunyi di balik dinding isolasi mentalitas yang diciptakannya. Mereka lari dari kenyataan, karena memiliki persepsi yang keliru mengenai kehidupan.

Untuk menumbuhkan kembali semangat hidup, antara lain harus mampu berpikir dan merasakan kehidupan dengan obyektif. Menempatkan kewajaran dalam respons psikologisnya, serta mencoba berperilaku proaktif dan progresif dalam batas-batas yang wajar. (Atep Afia, pengelola PantonaNews.com ).

Sumber Gambar:

http://www.bee-health.com/media/images/articles/Tingkatkan_Gairah_dengan_Makanan.jpg

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun