Puisi tentang menulis puisi, dan membangun peristiwa
Menyusun Resolusi untuk 2023, Membuat Kita Lebih Semangat!
walau bukan nominasi tetap asyik menulis puisi mencerna suara suara di pikiran
Hidup Kamu tidak perlu melalui alur cerita yang dapat diprediksi.
Siklus hujan yang mendulang rindu. Daun daun gugur tanpa gemuruh. Dan debur debur ombah terhempas di kedalaman dada.
Mata dan jiwa menyingkap beribu gairah.
Jika langit menjadi tua suatu hari nanti. Kuharap kau dan aku tetap bersama melangkah pasti
Puluhan tahun ia menekuni dunia penerjemah ini...
Jiwa yang ranum. Harum menguntum. Wangi keindahan merebak gairah.
Sehampar sajadah dalam gairah thumakninah. Jiwa terselubung noktah naktah.
Bintang bintang telah gugur. Bulan hitam menghias atas kepala. Asap kota menjadi asam. Hujan yang membawa kesangsian.
Aku mengurai beberapa lembar sayap putih yang bersanding di awal fajar
Namun saat telah miliki, Terlihat benda lain lagi, Ada rasa menagih.
Debu berderu. Gairah menggebu. Dada berdegup. Dan malam senyap. Langkah mengukir jarak dari sisa rindu.
Laut pernah tumpah merebutmu dengan maut. Darah pernah mencurah memancang tiangmu.
Dan malam adalah hiasan yang lembut. Menghias pikiran dan mimpi. Membekukan imaji imaji kesibukan yang penat.
Dari atas ini senja yang tipis, semua kenangan dan hasrat terhempas, penat yang berar jadi keheningan.
Waspadai Karakter si Melankolis yang ada kecenderungan untuk bunuh diri.
aku pernah membuang mimpiku. trauma pada sketsa rembulan. pakaian peraknya telah aku gadaikan di bayangan pikiran, jejak gurun dan pesona ilalang.
Dia menyimpan rindu dan cemburu. Semua pesona telah ia lepaskan.