Ketika kita masih kecil, kampung kita adalah surga kecil yang penuh dengan tawa dan canda. Setiap pagi, kita berkumpul di lapangan untuk bermain layang-layang, berlomba siapa yang layang-layangnya terbang paling tinggi. Saat siang tiba, kita berlarian di antara sawah dan kebun, petualangan mencari buah-buahan liar atau menangkap belalang menjadi kegiatan favorit. Sore hari, kita sering duduk di tepi sungai, melempar batu menciptakan riak di permukaan air, atau memancing ikan kecil dengan menggunakan kail sederhana. Ketika malam menjelang, kita berkumpul di bawah pohon besar di tengah kampung, mendengarkan cerita-cerita seram dari para orang tua sambil menikmati camilan sederhana.
Namun, seiring berjalannya waktu, banyak dari kita yang meninggalkan kampung untuk mengejar impian dan karir di kota besar. Rumah-rumah yang dahulu penuh dengan tawa anak-anak sekarang tampak kosong, jalanan yang dulu ramai kini sunyi. Warung-warung yang dulu menjadi tempat kita berkumpul sekarang lebih sering tutup. Meskipun kampung kita sekarang sepi, kenangan akan kebersamaan kita tetap hidup di hati kita. Setiap kali kita pulang, meskipun hanya untuk sementara, kampung ini kembali hidup dengan tawa dan cerita. Kampung ini mungkin sekarang sepi, tetapi kenangan dan cerita kita tetap abadi di dalamnya. Semoga suatu hari nanti, kita bisa kembali dan menghidupkan kembali kampung yang kita cintai ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI