Mohon tunggu...
Asyifa Rowdhotul Jannah
Asyifa Rowdhotul Jannah Mohon Tunggu... Mahasiswa

If you want, then you can.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Sebelum Kenal Dia, Kamu Baik-Baik Saja, Kan?

17 Mei 2025   22:11 Diperbarui: 17 Mei 2025   22:11 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau enggak sama dia lagi, aku gimana?

Sering dengar dan baca kalimat itu, kan? 

Dulu, aku juga berpikir begitu. Selalu mempertanyakan bagaimana keadaanku saat tak lagi bersamanya nanti, khawatir tak dapat merasakan arti bahagia lagi, serasa mati rasa saat itu juga.

Namun, setelah kupikir-pikir lagi, kenapa aku harus bersedih? Kenapa aku harus galau tiap hari? Toh, aku hanya ditinggalkan oleh orang yang hanya sekedar singgah sebentar dalam hidupku. Sebelum dia hadir, aku juga bisa hidup dengan baik, kan? 

Aku yang terbiasa 'sendiri' dalam hidupku. Tak punya someone to talk, tak punya HTS-an, tak punya juga teman yang pakai level itu. Ibaratnya, jomblo ori tanpa topping. Terbiasa menyelesaikan masalah dalam hidupku sendiri tanpa melibatkan orang lain. Mengusir kesepian yang melanda dengan hal-hal yang kusuka, sekali lagi, tanpa melibatkan orang lain. 

Lalu suatu saat, datanglah seseorang yang hendak menjadi teman, belum pakai level. Menanyakan kabar, kesibukan, dan lama-lama jadi tempatku bercerita keseharianku bagaimana, ini udah masuk level satu belum, ya? Akupun mulai terbiasa dengan kehadirannya, mulai berbagi cerita dengan teman baruku itu. Semakin hari berganti, semakin aku merasa takut dia pergi. Aku sudah mulai membuat kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi sehari dua hari setelah ini. Kemungkinan terbaiknya, aku dan dia bisa berteman lama, walaupun aku diam-diam sudah jatuh suka padanya, tapi tak apa, asal aku tetap bisa berinteraksi dengannya. Lalu, kemungkinan terburuknya sepertinya kalian juga sudah bisa menebaknya. Benar, menjadi asing seperti sediakala. Tapi apalah daya kita sebagai manusia, hanya bisa membuat kemungkinan-kemungkinan saja, kepastiannya bukan di tangan kita.

Saat itu aku juga berpikir, terbiasa dengan kehadirannya membuatku takut jika suatu saat kami tiba-tiba menjadi asing, aku bagaimana? Sepertinya Tuhan lebih memilih melihatku sendiri dulu. Aku tidak lagi bertukar pesan dengannya, tidak pernah bertemu dengannya, bahkan tak tau lagi kabarnya. Semesta seolah merestui kami untuk berjarak. Tak ada masalah diantara kami, hanya saja dia berhenti membalas dan mengirimiku pesan, titik, tak ada alasan. Keputusannya yang tiba-tiba itu membuatku bertanya-tanya, salahku apa? Dia kenapa? Apa aku salah bicara? Dan berbagai pertanyaan lain yang terus berputar di kepala tanpa ada jawabnya. Ingin bertanya, terhalang gengsi. Lagipula, pesan itu sudah tak berbalas, mengapa harus diulangi lagi?

Terus terjebak dengan pertanyaan itu membuatku pusing sendiri. Namun, aku berusaha untuk tidak meromantisasi kesedihan itu. Aku merubah cara berpikirku dengan belajar untuk tidak peduli lagi tentangnya. Susah? Pasti, tapi tetap kucoba agar tak makan hati lagi.

Kemarin sebelum dia hadir, aku bisa hidup dengan baik. Main dengan teman-temanku, mengusir sepi dengan menulis di diary-ku, masak buat cobain resep baru yang lewat di fyp TikTok, happy aja, tuh! Kenapa harus aku pikirin terus? 

Pada dasarnya, kalau dia beranjak pergi dari hidupku, berarti dia hanya singgah sebentar sebelum melanjutkan perjalanannya. Mungkin, hanya aku yang terlalu bawa perasaan saat bersamanya kemarin. Kalau dia pergi, ya biarkan saja dia melanjutkan perjalannya, siapa tau kamu juga punya perjalanan yang lebih indah bila tak bersamanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun