Komparasitas daya setrum-listrik untuk menyalahkan kompor induksi itu dibutuhkan kekuatan yang lumayan sangat besar, diatas 450 Watt. Mengapa bisa mengatakan itu? Karena saya dan kawan kawan pernah menggunakan kompor induksi listrik disuatu sekretariat lembaga beberapa tahun lalu. Jika rumah tangga memiliki kapasitas listrik dengan besaran 450-900 Watt akan (kungkinan besar) mengalami masalah. Seketika listrik dirumah akan padam jika menyalakannya, lantaran tak mampu menahan beban volume yang ada didalam kompor induksi tersebut.
Siapa yang tak senang dan bahagia jika kita rakyat Indonesia (akan) mendapatkan penambahan kapasitas kekuatan listrik dari 450-900 Watt gratis dari PLN ? Dan siapa pula yang tak berbahagia (jika) diketahui akan mendapatkan kompor induksi-listrik secara cuma cuma atau gratis? Pastinya akan sangat berbahagia sekali rakyat Indonesia.Â
Persoalannya ialah tidak sesederhana dan sebahagia itu. Memanglah, pemerintah akan melakukan penambahan daya Watt listrik tanpa dipungut biaya. Namun untuk pembayaran listrik perbulannya tidak menjamin akan seperti sediakala (saat dayanya 450 Watt). Apalagi gratis.Â
Demikian pula halnya dengan kompor induksi-listrik yang dibagikan secara gratis. Tetapi penggunaan kompor tersebut, akan membawa konsekwensi pada beban pembayaran perbulan rumah tangga rakyat miskin.
Jika program penghapusan subsidi listrik dan penggunaan kompor induksi-listrik diaminkan, maka secara langsung atau tidak program pengentasan kemiskinan akan mengalami kegagalan, dan bahkan akan menambah data statistik kemiskinan dinegeri ini. Atau juga ada suatu upaya atau keinginan implisit, untuk menjadikan rakyat Indonesia sebagai tambang penghasilan bagi segelintir orang (oligarki) yang telah berhasil memenangkan politik dan kekuasaannya pada pesta demokrasi.
Rakyat Indonesia. Setelah diguyur kuyup oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Kini, rakyat kembali mengalami penderitaan melalui  sengatan aliran listrik. Sampai kapankah rakyat Indonesia akan mengalami penderitaan yang berulang ulang ?
Gila! Peraturan tidak sehat! Begitu kata seorang pakar komunikasi, Efendi Ghozali (bang Egi), dalam menyikapi fenomena fenomena politik dan kekuasaan yang berkelindan dinegeri ini. "Negeri antah berantah, " tukas tajam dan mendalam dari  seorang penulis produktif, Tere Liye.
Bila hari ini orang lain ditidakbenarkan
Bila hari ini orang lain ditidakadilakan;
Tunggu,hari esok:
Dimana kau sendiri dapat giliran!