Mempelajari Aksara Simalungun adalah sebuah keharusan, seperti halnya nasi yang wajib dimakan orang Simalungun. Jika anak-anak tidak mempelajarinya di sekolah, bagaimana mereka bisa membaca "SMS" dari opung (kakek/nenek) yang ditulis dalam aksara Simalungun? Tentu tidak mungkin opung mengirim pesan dengan emoji, karena emoji belum ditemukan di zaman mereka. Setiap anak Simalungun wajib mempelajari aksara ini di sekolah, baik itu tulisan maupun ucapan. Ini bukan hanya soal melestarikan budaya, tetapi juga soal menjaga tradisi budaya. Bayangkan, jika suatu hari ada perlombaan menulis surat cinta dengan aksara Simalungun. Pasti akan lebih puitis daripada tulisan "Aku padamu" dengan huruf Latin. Lagipula, bagaimana nanti mereka akan mengisi teka-teki silang aksara Simalungun di koran hari Minggu? Atau yang lebih penting, bagaimana mereka akan membaca "kode rahasia" warisan leluhur yang mungkin tersembunyi di balik ukiran-ukiran rumah adat? Belajar aksara Simalungun adalah investasi masa depan, siapa tahu mereka bisa menemukan harta karun tersembunyi berkat kemampuan membaca aksara kuno ini. Jadi, mari kita dukung program ini, agar generasi muda Simalungun tidak hanya pandai membuat status di media sosial, tetapi juga fasih menuliskan "Horas!" dengan aksara yang tepat
Habonaron do Bona ( Kebenaran adalah Pangkalnya )
Horas Hubanta Haganupan.
Horas ...Horas ... Horas
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI