Mohon tunggu...
Astuti Sipanawa
Astuti Sipanawa Mohon Tunggu... Terus Berlatih

Belajar berinvestasi lewat kata dan kalimat, moga pada saatnya akan bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: Tersentak di Tapal Batas

21 Juni 2025   22:52 Diperbarui: 21 Juni 2025   22:52 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tersentak di Tapal Batas 

Bunga ditanam tidak selamanya tumbuh. Bunga di taman tidak semuanya rimbun. Ada yang mekar dan jadi idola. Ada yang hidup tapi cukuplah.

Apa yang kan terjadi esok atau pun lusa, semata urusan yang Maha Kuasa. Insan yang melakoni tidak punya kuasa. Semua urusan masih misteri. Tidak perlu dihadapi dengan hati nan perih.

Pada masa yang berbicara, semua kan tahu gembira ria atau prahara. Tempuhlah dengan semangat. Meski hanya dengan secangkir teh hangat. Bagiku tak mengapa. Relakan orang yang tak menyapa. 

Aku selalu menunggu. Dengar mu damaiku. Hadirmu kuatku. Bisikmu dalam sanubari bak perisaiku. Harapan terdalam kutitip. Aku takut dalam tatap. Sentakmu semoga jadi syukurku.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun