Mohon tunggu...
Astrid Melanonia
Astrid Melanonia Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Hello! I'm Astrid. I'm currently a student and a worker. So, let's read my writing, hopefully you guys enjoy and like it.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Eksplorasi Mendalam tentang Teori Konstruksi Realitas Sosial

17 Januari 2024   23:52 Diperbarui: 17 Januari 2024   23:52 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam kehidupan sehari-hari manusia, realitas sosial kerap menjadi bagian tak terpisahkan, namun acapkali tidak disadari bahwa realitas tersebut bukanlah kebenaran mutlak, melainkan konstruksi yang dipengaruhi oleh individu dan konteks spesifik. Teori Konstruksi Realitas Sosial mengajak masyarakat untuk menggali lebih dalam tentang esensi kebenaran yang sebenarnya.

Realitas, dalam paradigma Teori Konstruksi Realitas Sosial, dipandang sebagai hasil konstruksi sosial individu. Namun, kebenaran realitas sosial bersifat relatif, tergantung pada konteks spesifik yang dianggap relevan oleh pelaku sosial. Makna suatu realitas muncul ketika dikonstruksi dan dipahami subjektif oleh individu lain, sehingga membentuk dasar objektif dari realitas tersebut (Bungin, 2014).

Sejarah Teori Konstruksi Realitas Sosial

Teori Konstruksi Realitas Sosial bermula dari gagasan Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Keduanya merupakan sosiolog yang sangat berpengaruh dan teori ini diperkenalkan melalui buku "The Social Construction of Reality" pada tahun 1966 yang menjadi landasan untuk memahami bagaimana individu secara terus-menerus menciptakan serta membentuk realitas sosial melalui tindakan dan interaksi sosialnya (Bungin, 2018). Konsep dasar teori ini mengedepankan sirkulasi informasi yang cepat dan luas sebagai pendorong konstruksi sosial yang terjadi dengan cepat dan tersebar merata.

Dalam era informasi yang berkembang pesat, peran media massa menjadi sangat signifikan dalam proses pembentukan realitas sosial. Menurut Bungin (2008), media massa, dengan orientasi ke arah kapitalisme, masyarakat, dan kepentingan umum, menjadi pendorong utama dalam menyusun materi konstruksi. Penyebaran konstruksi ini didasarkan pada prinsip bahwa informasi yang dianggap penting oleh media juga dianggap penting oleh penonton.

Tahapan pembentukan realitas melibatkan konstruksi pembenaran, kesiapan untuk diakui oleh media massa, dan keputusan konsumtif oleh masyarakat. Peran konstruktif media massa dalam merapihkan substansi yang kurang kuat melibatkan penyempurnaan konstruksi sosial terhadap realitas. Masyarakat secara aktif terlibat dalam "menceritakan" peristiwa, keadaan, atau objek melalui interpretasi media massa, menunjukkan bahwa manusia memiliki kebebasan untuk bertindak (Sitompul, 2014).

Teori Konstruksi Realitas Sosial memadukan ketertarikan Berger pada pengetahuan dan agama dengan membuka konsepsi sosiologi pengetahuan, mengeksplorasi aspek-aspek pengetahuan yang diakui oleh masyarakat. Bermula dari pertanyaan Berger tentang kenyataan, teori konstruksi sosial muncul sebagai hasil dari dua paradigma filsafat, yaitu empirisme dan rasionalisme. Berger menemukan jawaban dalam pemahaman bahwa manusia berada dalam kenyataan obyektif dan subyektif seiring dengan pengaruh lingkungan sosial sejak lahir hingga dewasa. Proses konstruksi realitas sosial melibatkan interaksi manusia dalam membentuk realitasnya melalui konstruksi sosial (Dharma, 2018).

Menurut Bungin (2008), teori ini mengasumsikan bahwa realitas adalah hasil kreativitas manusia, dengan hubungan yang terus berkembang antara pemikiran dan konteks sosial. Berger dan Luckmann merinci tiga bentuk proses konstruksi realitas:

  • Eksternalisasi: Kompleksitas definisi realitas, mencakup ideologi, keyakinan, dan gejala sosial, dianggap sebagai fakta.
  • Objektivasi: Bentuk simbolik dari realitas yang dikenal oleh khalayak melalui seni, fiksi, dan berita di media.
  • Internalisasi: Realitas sosial yang diterapkan pada individu melalui proses internalisasi atau identifikasi, mengartikan pengalaman melalui objektif dan simbolik.

Asumsi dasar dalam pembentukan teori ini, menurut Berger dan Luckmann (Siregar, 2018), melibatkan pemahaman sebagai berikut:

  • Realitas adalah hasil kreativitas manusia melalui kekuatan konstruksi sosial dinamis dan dapat memengaruhi sosial di sekitarnya
  • Hubungan antara pemikiran manusia dan konteks sosial menjadi dasar pemikiran yang bersifat dinamis, berkembang, dan dilembagakan.
  • Kehidupan masyarakat selalu dibangun melalui proses konstruksi.
  • Realitas dipandang berbeda dari pengetahuan. Realitas dianggap sebagai kualitas yang ada dalam kenyataan, sementara pengetahuan adalah keyakinan akan keberadaan realitas yang spesifik.

Teori Konstruksi Sosial Media Massa

Eksplorasi mendalam tentang Teori Konstruksi Realitas Sosial membuka pintu menuju pemahaman yang lebih dalam tentang dinamika konstruksi realitas dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat menyadari bahwa realitas bukan hanya sesuatu yang diamati, tetapi juga hasil interpretasi dan interaksi sosial. Sejarah dan perkembangan teori ini membawa masyarakat pada pemahaman bahwa konstruksi realitas sosial terus beradaptasi dengan perubahan konteks sosial, terutama dengan peran dominan media massa dalam menyebarkan informasi dan membentuk persepsi kolektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun