Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kultivasi Cinta di Dunia Maya

28 Oktober 2016   01:21 Diperbarui: 28 Oktober 2016   01:37 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sedikit lagi tentang Cinta :

  • Rumit dan Sederhana
  • Dalam perjalanan waktu
  • Aktualisasi dan bentuk respon

Rumit dan Sederhana.

Yang sederhana itu membaca definisi, yang rumit itu melaksanannya: Cinta. Yang mudah itu membaca, berteori, atau berimaginasi tentang cinta. Yang rumit itu mencintai atau bercinta. Sering kali dicintai pun berat dirasakan.

Yang jarang dilakukan adalah merefleksi dan mempertanggung jawabkan : Cinta. Cinta yang menyeluruh dan seutuhnya itu sebenarnya Hidup itu sendiri. Maksudnya : Hidup itu harus penuh dengan Cinta dan Cinta itu harus berkembang dalam seluruh hidup kita. Demikian sehingga merefleksi hidup kita adalah merefleksi sejauh mana cinta itu berakar dan dikembangkan dalam kehidupan kita.

Pengertian yang mendasar tentang Cinta dapat dirumuskan sbb.: Cinta adalah relasi antara dua insan berrasio berraga berjiwa, dimana yang satu memberi respon positip terhadap kondisi obyektif yang hadirkan oleh yang lain.

Subyek Cinta berragam potensi, berragam intensitas, dan selera dinamisnya, Obyek Cinta  juga menentukan cintanya dengan kondisi obyektip yang disajikan dihadirkan kepada subyek. Inilah yang menimbulkan ribuan permasalahan. Inilah yang membuat rumitnya Cinta.

Ada metafora relasi itu seperti gelang karet direntang oleh dua pihak, bila salah satu pihak melepaskan pegangannya pihak yang lain merasa sakit kena imbasnya.

Pernah kutulis :  Sederhana itu seni, meletakkan diri , ambil posisi antara , terlalu ringan dan terlalu berat. Nah demikian Cinta bisa sederhana bila bisa berseni : meletakkan diri , ambil posisi antara , terlalu ringan dan terlalu berat. Dan maaf pembicaraan ini masuk ke ranah seni dan teori, bila dilaksanakan rumit seperti akan dikisahkan berikut selanjutnya.

Dalam perjalanan waktu.

Mencoba berbagi dari buah refleksi penulis sendiri dalam membangun keluarga selama 48 tahun, dan melihat mengapa kami bisa bertahan hidup berkeluarga dan bercinta berdua plus dua anakdan keluarga mereka akhirnya. Ada beberapa catatan sebagai berikut :

  • Sebelum mengatakan bahwa “waktu”  “mendidik” kami harus diakui memang pembawaan kami berdua menemukan kesesuaian yang saling mengisi,dan menguntungkan pembangunan cinta kasih,  seperti :
  • kepercayaan satu sama lain sejak awal menunjang kesetiaan dan penghargaan gender
  • kepercayaan iman yang kami terima dari latar belakang keluarga asal kami sebelum nikah
  • ikatan batin keluarga besar(pihak suami pihak isteri)  memberi bahan pembelajaran hidup baik social maupun ekonomi
  • Dengan berjalannya waktu pengalaman berkomunikasi dan kesediaan saling mendengarkan membuat kami tidak pernah saling “bermusuhan/mendiamkan”  (Jawa : jothakan, apalagi jotosan)
  • Kesederhanaan dalam berkonsumsi, membantu menjadi cukupnya kondisi ekonomi
  • Kehidupan seksual yang memadai, dalam arti semua normal, wajar,
  • Kehadiran anak-anak selalu mempersatukan kami .

Bersyukur kepada Tuhan bahwa cinta kasih yang diberikan Tuhan dapat kami pertahankan, kendati tidak tanpa percobaan. Kesulitan ekonomi disaat saya kehilangan status kekaryawanan, sehingga hanya murni dari kewiraswastaan. Pada saat sulit pula ketika anak terkena kasus ditabrak kendaraan, dan justru penabraknya meninggal.  Kesulitan lain ketika saya sendiri sakit harus di operasi. Isteri dan anak-anak sengaja tidak mau mengajak berbincang soal keuangan tetapi ibu dan anak berfikir sendiri untuk mendapat beaya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun