Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Refleksi Agama sebagai Tata Nilai Sosial

16 September 2020   16:12 Diperbarui: 16 September 2020   16:20 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembali pada abad 19  didengungkan kesetiakawanan  dengan "theologi Solidaritas" sehubungan peristiwa-peristiwa di Amerka Tengah, seperti Elsavador, Nikaragua, Guatemala. Yang penuh dengan penindasan dan kemiskinan. Solidaritas adalah cintakasih sesama yang mampu menggerakan kaki tangan hati bantuan dan pengorbanan banyak pihak. Solidaritas disana justru ada yang memaknai sebagai Karya Allah menggerakkan Kemanusiaan.(Jon.Sobrino SJ cs1989)

Solidaritas(3) yang adalah kesetiakawanan atau belarasa, ditemani oleh Subsidiaritas. Subsidiaritas adalah prinsip dalam perbantuan: Yang kuat membantu yang lemah sampai sejauh yang lemah itu sudah layak kuat untuk bangkit.

Apabila melalui refleksi ditemukan nilai kemanusiaan yang merupakan dasar solidaritas, dan solidaritas juga kelanjutan dari cinta kasih, tidak mengherankan apabila para pemuka agama menjadi peduli terhadap topik permenungan ini. Baik Islam, Nasrani, Kristiani, Hindu dan Budha dengan menyadari realita kemanusiaannya dalam refleksi mereka melihat semua itu sebagai kebenaran, ada dan berada dalam kehidupan bersama kita.

Berangkat dari melihat dan "mengetahui kebenaran" (4) biasanya orang memang menjadi rendah hati serta santun terhadap sesamanya yang sama-sama manusianya. Mengetahui kebenaran terlebih terhadap nilai kemanusiaan yang luhur pastilah pada hakekatnya semua orang pantas mendapat pahala. Pahala, saya pahami sebagai buah kehidupan ini dalam relasinya dengan Tuhan menurut Agama. Apalagi bila direnungkan bersama dalam Agama Cinta Kasih. (5)

Cinta kasih yang dipertemukan dengan realita-realita terburukpun seperti ketegangan sosial, penganiayaan, bencana apapun membuahkan optimisme, ketidak kewatiran serta kepasrahan bersandar pada keimanan

Maka tidak perlu diulang refleksi agama disini dengan tanpa membuka ajaran dan Alkitab mana pun. Tetapi realita para pemuka Agama dan Masyarakat membuktikan bahwa Agama selayaknya menjadi sandaran Moral Sosial kita. Karena juga Agama bisa memberi tempat bahkan sinar terang iman terhadap kemanusiaan (humanisme beriman)

Seperti itu ditegaskan oleh Kepala Balai Litbang Agama Jakarta (BLAJ) Kementerian Agama, Nuruddin dengan mengatakan, nilai-nilai keagamaan dan kebudayaan bukanlah sesuatu  yang dikotomis; bahwa agama dan budaya bukanlah dua kutup yang berbeda, tapi merupakan dua hal yang bisa saling mendukung terkait pengembangan nilai-nilai kegamaan dan nilai-nilai kebangsaan. (msn.com)

Demikian permenungan singkat saya yang bisa saya catat untuk berbagi. Tolong terima permintaan maaf saya bila ada yang tidak berkenan dan tolong pula terima salam hormat saya.

Ganjuran, September,16, 2020. Emmanuel Astokodatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun