Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Refleksi Agama sebagai Tata Nilai Sosial

16 September 2020   16:12 Diperbarui: 16 September 2020   16:20 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya bukan ustad, bukan pendeta, bukan pastur, saya hanya perenung suka merenung. Penilaian di atas saya baca seperti kata bijak dan keagamaan yang harus saya refleksi, kaji dan pertemukan dengan realitas-realitas. Seperti itu juga Penulis Adrian melihat para tokoh tersebut di atas telah membuat refleksi-refleksi pendalaman.  

Maka saya bersitegas bahwa saya bukan menafsir suatu alkitab tetapi saya mencoba menangkap ungkapan-ungkapan dari sumber bacaan terkutip. Nilai itu nilai moral sosial, dan mewujudkan tata nilai yang saya renungi dan dicatat di sini untuk berbagi.

Jadi sambil menghitung beberapa butir nilai nilai dari masukan di atas, yang mau saya tata dalam penghayatan saya dengan refleksi saya mulai saja dulu Refleksi itu sendiri.

Refleksi (1) pada umumnya adalah upaya subyektif untuk meretas realitas mengarah dan untuk membuat sikap terhadap suatu hal dan niat atau perilaku kedepannya. Dalam proses rasanan, selftalk, dialog diri yang subyektif itu sudah barang tentu dilalui titik titik penemuan diri.

Pelbagai unsur pada penemuan diri, seperti: motivasi, kreativitas, keberanian mengambil resiko, keberanian untuk perubahan, untuk mengambil keputusan ketekunan dan hati yang belajar melihat positip kedepan. Dan begitu kita sadari Panggilan hidup kita.

Memperkuat refleksi sebaiknya kita tidak melepaskan realitas penopang penolong seperti temuan keilmuan, hukum, dan relasi sosial melalui bacaan, konsultasi, dan lainnya. Akan tetapi sikap taat azas dan keimanan adalah sandaran yang paling baik. Sebab dengan terang iman manusia diteguhkan dengan keyakinan akan Ridlo Tuhan.

Melalui refleksi itu juga sebenarnya dengan sendirinya menemukan bahwa sedemikian besar sedemikian mulia nilai kita sebagai manusia. Manusia kita kita ini dapat dengan bebas luas mengalami realita, bebas menentukan diri ditengah pelbagai realita, bebas mampu mengambil keputusan dan menjadi dirinya sendiri.

Itulah Kemanusiaan (2)yang dihayati dengan refleksi yang mendalam, tulis Ardian itu. Kemanusiaan sebagai visi falsafah pendidikan yang mementingkan nilai manusia sering di sebut humaniora. 

Maka juga Kompasiana mengelompokkan wawasan kemanusiaan ini dengan istilah itu, dan meliputi antasa lain, filsafat, sosbud, pendidikan, bahasa, dan dahulu juga agama. Dan saya pernah dengar kesaksian Bp.Yo dalam memilih wartawannya memberi nilai plus untuk yang memiliki kesadaran tinggi terhadap nilai kemanusiaan.

Nilai manusia (kemanusiaan) menjadi lebih disadari ketika manusia menyadari bahwa dirinya itu berada ditengah manusia sesamanya. Manusia tidak sendiri. Manusia itu ada bagi sesamanya. Itu gagasan pokok Prof.Dr.N.Driyarkoro SJ (1913-1967).

Tetapi sejarah juga membuktikan bahwa tercetusnya pertama kali pemikiran pengembangan kemanusiaan dengan gagasan mulia Solidaritas atau Kesetyakawanan itu ketika ada permasalahan serius hubungan buruh dan majikan dijaman meluasnya industrialisasi di Perancis dan Eropa pada umumnya ada abad 18. Pemuka Agama menegaskan menyiarkan bahwa Solidaritas adalah perwujutan sosial dari salah satu tiang ajaran agamanya menjawab tantangan zaman. Majikan harus setia kawan terhadap buruh sebagai partner kerja dengan berbagi keuntungan bukan hanya gaji yang sudah menjadi haknya. (Rerum Novarum 1880)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun