Mohon tunggu...
Hasto Suprayogo
Hasto Suprayogo Mohon Tunggu... Konsultan - Hasto Suprayogo

Indonesian creative designer & digital marketing consultant | astayoga@gmail.com | http://www.hastosuprayogo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tsunami Pandeglang dan Dekadensi Moral

26 Desember 2018   17:56 Diperbarui: 26 Desember 2018   18:01 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gunung Anak Krakatau (Kompas.com)

Seorang kawan membagi tautan video Youtube berjudul 'Viral! Video Joget Seronok di Acara PLN Tanjung Lesung Sebelum Tsunami'. Isinya screenshot cuitan buzzer politik oposan yang mengaitkan perbuatan zinah dengan bencana alam. Dilanjut video singkat seorang penyanyi (dangdut) perempuan berjoged di atas panggung bersama 2 laki-laki.

Kawan baik saya ini memang tidak memberi keterangan apapun atas tautan yang dibaginya. Namun sedikit banyak saya bisa menangkap apa maksudnya. Bahkan dari ketiadaan komentar atas tautan tersebut, kawan ini tengah menyatakan pandangannya.

Saya yakin Anda sekalian pun bisa menangkap pesan tersebut. Membagi sesuatu kepada orang lain secara umum bisa dimaknai sebagai persetujuan atau dukungan. Bahkan ketiadaan pesan tersurat semakin mengentalkan dukungan tadi, sekaligus menggarisbawahi keyakinan atas kebenaran pesan yang disampaikannya.

Namun, mari tak larut menganalisis apa maksud kawan saya membaginya, dan beranjak ke pesan yang dibagi tadi. Pesan bahwa bencana alam terjadi karena polah manusia yang tidak bermoral. Dengan mengambil sampel bencana tsunami yang diakibatkan tarian seronok di acara sebuah BUMN.

Pernyataan resmi pemerintah yang berdasarkan pantauan lapangan dan analisis ilmiah menyebut penyebab bencana tsunami Sabtu lalu adalah akibat longsor bawah laut di sisi barat-barat daya Gunung Anak Krakatau.

Sebagaimana juga bencana-bencana alam lainnya yang menghantam Indonesia beberapa waktu belakangan, semua ada penjelasan saintifiknya. Apalagi dengan fakta keberadaan negara kita di wilayah pertemuan dua lempeng samudra serta deretan gunung berapi aktif tak kurang dari 76 jumlahnya, bencana alam selalu ada di depan mata.

Itu kalau kita mau bicara pakai fakta dan analisis ilmiah. Namun nampaknya pembuat video yang tautannya dibagi kawan baik saya tadi tidak membagi perspektif serupa. Alih-alih ilmiah, yang bersangkutan menarik bencana alam ke klaim supranatural. Mengaitkan bencana dengan azab dari Tuhan.

Apa pesan yang ingin disampaikan yang bersangkutan?

Pesannya bisa berlapis, dari yang kasat mata, sampai yang musti dimaknai menggunakan rasa. Pesan pertama perilaku tidak senonoh rawan mengundang bencana alam. Layer berikutnya adalah dekadensi moral sebaiknya dihindari agar tidak tertimpa azab. Lapisan berikutnya, jika ingin terhindar dari bencana kembalilah ke agama. Layer lebih lanjut bisa ditarik ke aliran agama mana yang paling menjamin keselamatan Anda dari bencana. En, jika menyimak cuitan yang ditampilkan di video tadi, ujung-ujungnya semua tak lepas dari pilihan politik apa yang sebaiknya Anda ambil jika ingin selamat dari bencana.

Mungkin Anda bisa mengupas lagi layer-layer berikutnya dari pesan tersebut. Namun, sekiranya untuk contoh cukup saya tunjukkan beberapa di antaranya.

Yang tak kalah menarik bagi saya adalah, motif seorang membuat video dengan pesan macam itu. Mengaitkan bencana alam dengan moralitas di permukaan namun sebenarnya pesan tersiratnya adalah politisasi agama. Jika Anda sedikit saja mengikuti perkembangan politik tanah air, Anda akan mafhum kalau motif yang bersangkutan tak lain tak bukan adalah kekuasaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun