Mohon tunggu...
Rafi  Assamar
Rafi Assamar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

I love mom

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tafakur Diri

30 September 2020   21:38 Diperbarui: 30 September 2020   21:49 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini, kecintaan pada duniawi tengah menjangkiti semua orang. Keberadaan Tuhan hanya menjadi sebuah simbol semata. Kebanyakan manusia, seakan lebih memilih menggantungkan dirinya pada sarana-sarana duniawi dari pada kepada Tuhan. Ini nyata terbukti dari gaya hidup kebanyakan umat manusia  yang hedonisme, suatu sikap yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup.

Padahal itu bukanlah merupakan tujuan utama dalam mengarungi kehidupan ini. Agama Islam telah mengajarkan, bahwa sarana duniawi hanya menjadi sebuah alat untuk manusia lebih dekat pada sang pencipta. Karena kesenangan yang sesungguhnya ketika seorang manusia berada dalam haribaan Tuhan. Ada rasa ketentraman serta kenyamanan dalam relung jiwa. Di saat pikiran serta sikap hanya tertuju pada sang pencipta.

Harta hanya akan membuat manusia gelisah dalam sebuah pencarian yang tak kan pernah usai. Kesenangan yang disebabkan oleh harta adalah sebuah kesenangan semu, tidak menciptakan suatu ketentraman abadi dalam jiwa. Ruh akan merasa hampa tatkala kesenangan itu Di titikberatkan pada harta kekayaan, bukan pada sang pencipta yang memberikan kekayaan itu sendiri.

Jika kita membaca kembali, perjalanan hidup dari baginda Nabi Muhammad SAW, disebutkan dalam sebuah tarikh (sejarah) bahwa beliau sebagai seorang raja yang miskin. Padahal, kalau pun beliau menghendaki suatu kekayaan bisa dengan mudah didapatkan. Kenyataannya nabi lebih memilih untuk hidup sederhana. 

Dalam tarikh dikisahkan beliau hanya tidur di atas pelepah kurma, sehingga ketika beliau bangun dari tidurnya, guratan pelepah kurma itu membekas di punggung beliau. Nabi Saw sangat menyadari bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah seperti seorang musafir. Dan maut lah pada akhirnya akan memisahkan manusia dari kenikmatan duniawi fana ini.

Apa yang akan kita bawa setelah mati? jika semua yang dilakukan di dunia hanya dihabiskan dalam pencarian harta, maka begitu sia-sia perjalanan hidup di dunia ini. Kenyataan yang dapat dilihat kasat mata jasad kasar kita hanya akan  dimakan cacing-cacing tanah, membusuk menyisakan tulang berulang dan terlupakan, ruh lah yang akan mempertanggungjawabkan semua perbuatan di dunia.

Oleh karena itu, di sisa umur yang terus menuju pada sakratul maut, sebaiknya jagalah dengan baik waktu-waktu salat, karena pada gilirannya salatlah yang akan menjaga kita di akhirat. Mohon pengampunan atas dosa-dosa yang telah lalu, dan meminta pula untuk dihindarkan dari dosa-dosa di masa yang akan datang. Sisihkan lah juga harta untuk tujuan agama, Seperti pembangunan masjid, madrasah dan sebagainya. Dengan cara itulah  kita bisa meringankan penderitaan di hari kemudian. Maka dari itu jadikan lah kekayaan duniawi sebagaimana untuk tujuan utama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun