Mohon tunggu...
Asrul Sani Abu
Asrul Sani Abu Mohon Tunggu... Author | Entrepreneur | Youtuber

Seorang penulis buku, pujangga, dan novelis serta pebisnis yang telah melahirkan berbagai karya inspiratif. Aktif membagikan ilmu dan pemikirannya melalui kanal YouTube SANI TV Indonesia, serta melalui artikel dan buku-buku bertema manajemen, literasi, dan spiritualitas. Di dunia profesional, Asrul menjabat sebagai Direktur Jasa Transportasi di Kawasan Pelabuhan. Ketua Bidang Hubungan Internasional APINDO Sulawesi Selatan, Ketua Bidang Transportasi AUMI Jakarta, serta pengurus ALFI (Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia) wilayah Sulawesi Selatan dan Barat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dari Makassar ke Bali: Langkah Awal Sang Anak Menapaki Jalan Ilmu di Kampus Udayana.

5 Agustus 2025   10:05 Diperbarui: 8 Agustus 2025   12:52 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sanur Icon Bali/dokpri.

Pantai Sanur Bali/dokpri.
Pantai Sanur Bali/dokpri.

Pagi itu, sekitar jam 5 pagi, saya tinggalkan Makassar dengan hati penuh doa dan semangat baru. Ada momen penting dalam hidup seorang ayah mengantar anaknya kuliah untuk pertama kali. Bukan sekadar melepas, tetapi sekaligus merelakan. Kali ini, langkah kaki saya membawa saya dari Bandara Sultan Hasanuddin ke Pulau Dewata, Bali, untuk mengantar sang anak memulai perjalanannya sebagai mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Udayana.

Saya memilih penerbangan dengan Batik Air. Tiketnya hanya sekitar 700 ribu rupiah, dan dalam waktu satu jam kemudian, saya sudah tiba di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Waktu terasa begitu singkat, namun hati terasa panjang karena momen ini bukan sekadar perjalanan fisik, tapi perjalanan batin sebagai orang tua.

Begitu keluar dari pesawat, nuansa Bali langsung menyambut. Umbul-umbul khas Bali, gerbang batu penuh ukiran, dan aroma harum dupa yang menenangkan jiwa seolah menyapa, "Selamat datang." Bandara ini bukan hanya tempat transit, tapi juga ruang rasa yang dibungkus budaya. Ornamen kupu-kupu, kebersihan yang terjaga, dan ketenangan suasananya membuat saya sejenak lupa bahwa ini perjalanan singkat. Rasanya seperti pulang, meskipun bukan kampung halaman.

Dari saran istri. Saya memesan taksi Blue Bird lewat aplikasi, dan tak disangka tarifnya justru lebih murah hampir setengah harga dibandingkan Grab atau Gojek. Sebuah hal yang patut dicatat bagi siapa saja yang baru datang ke Bali.

Sesampainya di kawasan kampus Udayana, saya sempat mendengar keluhan orang-orang lokal:

"Di Bali, mencari kos murah itu lebih sulit daripada mencari kerja."

Namun, alhamdulillah, anak saya mendapatkan kos Erlangga yang nyaman, milik bapak Rendy seorang pengusaha muda asal Jakarta yang dekat dari kampus, strategis untuk makan dan belanja kebutuhan harian. Rezeki memang tak pernah salah alamat, apalagi jika disertai niat baik dan restu orang tua.

Di lingkungan kos tersebut, saya berkesempatan berkenalan dengan Pak Wayan Suweta, seorang Ketua RT setempat yang ramah dan terbuka. Kami berbincang hangat tentang budaya Bali, toleransi, dan kehidupan sosial yang saling menghormati. Dalam perbincangan itu, saya pun menitipkan anak saya dengan harapan:

"Semoga dalam bimbingan lingkungan yang baik ini, anak saya dapat belajar, tumbuh, dan mencapai impiannya sebagai sarjana hukum yang baik dan benar."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun