Mohon tunggu...
Asrul Sani Abu
Asrul Sani Abu Mohon Tunggu... Author | Entrepreneur | Youtuber

Seorang penulis buku, pujangga, dan novelis serta pebisnis yang telah melahirkan berbagai karya inspiratif. Aktif membagikan ilmu dan pemikirannya melalui kanal YouTube SANI TV Indonesia, serta melalui artikel dan buku-buku bertema manajemen, literasi, dan spiritualitas. Di dunia profesional, Asrul menjabat sebagai Direktur Jasa Transportasi di Kawasan Pelabuhan. Ketua Bidang Hubungan Internasional APINDO Sulawesi Selatan, Ketua Bidang Transportasi AUMI Jakarta, serta pengurus ALFI (Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia) wilayah Sulawesi Selatan dan Barat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dari Makassar ke Bali: Langkah Awal Sang Anak Menapaki Jalan Ilmu di Kampus Udayana.

5 Agustus 2025   10:05 Diperbarui: 8 Agustus 2025   12:52 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sanur Icon Bali/dokpri.

Perjumpaan singkat itu membuat saya merasa tenang. Ternyata, meskipun jauh dari kampung halaman, ada kehangatan khas masyarakat Bali yang membuat perantau seperti kami merasa diterima.

Di hari yang sama, saya sempat menemaninya rapat bersama para kakak tingkat di Caf Nilo, Denpasar. Rasa bangga itu tumbuh diam-diam, melihat bagaimana anak saya mulai beradaptasi dengan dunia barunya. Dunia yang akan menantangnya menjadi pribadi dewasa, mandiri, dan berani berpikir kritis.

Usai itu, saya meluangkan waktu ke Pantai Sanur. Deburan ombak yang tenang, air laut yang jernih, dan latar Gunung Agung yang gagah berdiri semua menjadi latar yang sempurna untuk merenung. Di sana pula saya menyempatkan mampir ke Icon Mall Bali. Mall ini sejuk dan modern, tapi yang paling berkesan bagi saya adalah adanya musholla mungil yang bersih dan tenang, sesuatu yang jarang saya temukan di tempat-tempat umum seperti caf.

Saya juga berkeliling sejenak ke pasar tradisional Sanur. Meskipun agak sepi karena hari itu hari Senin, saya tetap menikmati suasananya. Ada aroma khas pasar yang membangkitkan memori masa kecil, dan di tengah keheningan itu saya justru merasa dekat dengan esensi Bali yang sebenarnya tenang, bersahaja, dan dalam.

Di akhir kunjungan, saya kembali menemani anak saya membeli peralatan kuliah, dari alat tulis hingga kebutuhan awalnya sebagai mahasiswa. Sambil memilih-milih barang, dalam hati saya berkata:

"Nak, kampus ini akan menjadi panggung tempatmu tumbuh. Semoga engkau tetap rendah hati dan mencintai ilmu, karena itulah warisan sejati dalam hidup."

Dalam setiap kegiatan organisasi, mungkin kita bisa diwakilkan.

Tapi dalam peran sebagai seorang ayah, sangat sulit rasanya untuk diwakilkan.

Ada waktu-waktu tertentu yang tak akan terulang, dan inilah salah satunya.

Mengantar anak ke kampus bukan hanya sebuah tugas, tapi sebuah kehormatan dan kebahagiaan.

Setiap orang tua punya momen tersendiri yang menyentuh kalbu. Bagi saya, mengantar anak ke kampus di Bali bukan hanya perjalanan fisik, tapi perjalanan batin. Pulau ini mungkin akan menjadi rumah kedua baginya, namun bagi saya, setiap langkahnya adalah rumah bagi doa-doa saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun