Dan malam itu, Arka menulis puisi terakhirnya:
Rembulan tak pernah tumbuh di halaman rumahku,
tapi aku tetap menanamnya setiap malam,
dengan air mata yang tidak pernah kau lihat,
dan doa yang tidak pernah akan sampai padamu.
Ia bakar puisinya. Ia kunci pintu hatinya. Dan esoknya, Arka tetap pergi ke masjid, tetap menyuapi anaknya sarapan, dan tetap mencium kening Alya seperti tak pernah ada luka di dadanya.
Kenyataan Bahwa Tidak semua cinta harus dimiliki. Tidak semua perasaan harus diungkapkan. Terkadang, cinta yang paling suci justru yang dipendam paling dalam, yang tak mengharap balasan, dan hanya berbicara pada rembulan saat malam telah bisu.
Dan Arka, lelaki yang mencintai dalam diam, tahu satu hal:
bahwa mencintai seseorang dengan tulus, tanpa menyentuhnya, tanpa memilikinya,
adalah bentuk paling dalam dari kesetiaan—
pada cinta, dan pada diri sendiri.
Jika kau bertemu seseorang yang tersenyum di siang hari,
tapi menangis saat melihat bulan...
barangkali ia sedang mencintai dalam sunyi, seperti Arka.
(IbnFallah)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI