Mohon tunggu...
Thisisasror
Thisisasror Mohon Tunggu... Nelayan - Am a Moslem

Buwun Mas,Lombok-Nusa Tenggara Barat.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sekotong dan Feodalisme

16 Juli 2020   15:59 Diperbarui: 16 Juli 2020   15:57 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
getepic.com (dengan editing oleh penulis)

Warning !!  This is will kill you. 

Berhati-hatilah dan jangan terlena dengan apa yang tampak didepan mata telanjang anda sahabat. Kita tentu berkewajiban saling ingat-mengingatkan sebagai manusia. Sebab tuhan telah mengajarkan itu melalui utusan dan firman-firmannya, yang sedikit aku fahami sebagai bekal agar tidak terjerumus kedalam lembah-lembah kepalsuan.  

Maaf aku buka dengan cerita ! Rintihan terdengar dari balik jeruji besi, tangisan terdengar dari balik bilik-bilik bambu, kesedihan tampak di bola mata para pemuja. Rintihan pertama dari balik jeruji besi, karna tidak terima atas apa yang menimpa mereka, kehidupannya yang serba kekurangan memaksa mereka harus menangggung akibat dari perbuatannya mereka sendiri, tapi itu tidak adil !

Bayangkan saja, banyak yang lebih biadab dari mereka tapi toh tidak di hukum dengan hukuman setimpal, bahkan ada yang lolos cuma-cuma. Benar kata anak-anak  kecil sekarang " Hukum tumpul ke atas dan tajam kebawah ". orang-orang tua sudah tidak bisa dioercaya, tapi sebagian tentunya bagi yang merasa saja. 

Tangisan kedua terdengar dari balik bilik-bilik bambu, karna sudah muak dibohongi tuan-tuan yang merajalela mengusur, mengambil paksa tanah, sawah, bukit, ladang dan hutan mereka. mereka hanya mampu menangis dari bilik-bilik bambu, tak berani mengeluarkan suara karna takut dianiyaya tuan-tuan. Mungkin saja jika mereka dilantunkan kembali tembang dari Om Iwan fals yang berjudul " Ujung Aspal Pondok Gede " tentu mereka akan terhibur, sebab lagunya sama dengan perasaan yang dihidapnya saat ini.                                                                                                                                                 Kesedihan selanjutnya tampak jelas dibola mata para pemuja-pemuja. sudah tak kuat lagi nampaknya menahan derita, sudah tak sanggup lagi hidup bergelantungan dan terus dikungkungi oleh orang yang mereka puja sendiri ( no't freedom man ) pindah sana, pindah sini, fitnah sana dan fitnah sini. kerjaannya separuh hidup hanya begitu, mencari lubang-lubang hitam penghidupan. persetan dengan ocehan orang yang terpenting senang dan memang, temang sendiri jika menghalang juga akan dimakan. Mirisi bukan ? 

APA SIH FEODALISME ITU, MENGAPA DISEBUT FEODALISME ?

Feodalisme adalah struktur pendelegasian kekuasaan sosiopolitik (sosial politik) yang dijalankan dikalangan bangsawan,tuan-tuan atau monarki untuk mengendalikan berbagai wilayah yang diklaimnya melalui kerja sama dengan pemimpin-pemimpin lokal sebagai mitra. Dalam pengertian yang asli, struktru ini disematkan pada sistem politik di Eropa pada Abad pertengahan, yang menempatkan kalangan kesatria dan kelas bangsawan lainnya (Vassal)  sebagai penguasa kawasan atau hak tertentu (disebut fief atau, dalam bahasa latin, feodum) yang ditunjuk oleh monarki (biasanya raja atau lord).

Istilah feodalisme sendiri dipakai sejak abad ke-17 dan oleh pelakunya sendiri tidak pernah dipakai. Dalam penggunaan bahasa sehari-hari di indonesia, sering kali kata ini digunakan untuk merujuk pada perilaku-perilaku yang mirip dengan perilaku para penguasa yang dzolim, seperti kolot, selalu ingin dihormati, atau bertahan pada niali-nilai lama yang sudah banyak ditinggalkan.  Sumber/Wikipedia.com

Memang mau disebut apa lagi, jika hanya arogansi dan mau menang sendiri saja yang selalu ditampak kan. Mereka tuan-tuan bangsawan dalam sejarah feodalisme memang menyebutnya begitu, mau dikata apalagi, tentu tidak semua. Dalam sejarahnya kumpulan orang yang disebut tuan-tuan atau bangsawan yang menguasai suatu wilayah, hak atas tanah, hasil produksi dan hak-hak atas setiap individu dalam wilayah tersebut, termasuk Sekotong.

Hak-hak yang disetuji terkesan terbatas, kaum bangsawan atau para tuan-tuan dapat mengambil keputusan yang merugikan masyarakat (tapi kadang-kadang menguntungkan juga). yang tidak dapat diganggu gugat oleh masyarkat ini karena kaum feodal memegang kekuasaan atas segala yang ada di wilayahnya, lagi-lagi termasuk sekotong. Dengan kata lain, dalam sistem feodalisme, kedaulatan rakyat ditempatkan ditangan satu orang atau sekelompok orang yang mengambil hak kemerdekaan individu masyarakat dan ini tentu mengubah makna demokrasi yang menjadi sitem di negeri kita ini.   

DEMOKRASI DAN TRADISI FEODALISME.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun