Mohon tunggu...
Asra Sinta
Asra Sinta Mohon Tunggu... Lainnya - Pembaca dan penulis yang sedang belajar

Satu gagasan yang kubaca menambah satu temanku, satu gagasan yang kutulis menambah sejam usiaku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kehilangan Sosok yang Belum Termiliki

1 Januari 2021   19:41 Diperbarui: 1 Januari 2021   19:47 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Korban Tanpa Tersangka

Hari ini tanggal lima Desember 2020, tepat lima hari yang lalu jika dibilang anniversary, yah itulah anniversary perkenalan kita yang ketujuh. Aku nggak tahu mana yang lebih menyakitkan berpisah setelah sekian lama bersama, atau berpisah tanpa pernah bertemu dan menyisakan jutaan rasa penasaran. Masih penasaran akan bau tubuhmu, penasaran dengan hangat genggaman tanganmu, atau desah suaramu yang menggetarkan hati, atau justru tatapan matamu yang meluluh lantakkan amarahku. 

Hah sudah tujuh tahun aku tenggelam dalam imaginasi itu, kamu jauh, tapi aku selalu merasa dekat, kamu maya namun aku selalu merasa nyata. Iya nyata sekali sakitnya saat merindukan kamu, nyata sekali sakitnya saat harus menahan cemburu, yang menurut logikaku nggak ada alasan untuk merasakan semua itu. kamu siapa aku siapa, siapa kamu dihidupku dan siapa aku bagimu? Yah kau pujaanku, aku ratumu yang selalu kau rindukan, namun kita terlebih dahulu menertawakan perasaan itu sebelum mengungkapkan nya. Jujur pada alam semesta bagaimana tulusnya aku mencintai hal yang tak tampak di mataku yah mungkin bermodalkan iman dan harapan kata orang-orang religi. 

Aku capek mendengar ocehan tetangga yang menanyakan batang hidungmu, warna bola matamu. Harus kujawab seperti apa kalau nyatanya aku pun tak pernah menatapmu. Haruskah menunggu mereka menungu waktu yang tepat itu tak lebih dari sekedar menghibur diriku sendiri saat rindu. Yah seperti yang biasa kita tertawakan, kenapa bisa rindu, apa yang dirindukan, suarakah atau hanya sekedar bercerita, tapi rasanya selama kita berkomunikasi nggak hal hal penting yang pasti untuk dirindukan atau pembicaraan yang lebih berfaedah semua biasa saja, hanya guyon-guyonan semata dicampur dengan basa-basi. Tapi cukup berterimakasih kepada satelit yang telah memberikan kita sinyal untuk terhubung secara seluler maupun digital.

Haiii mantan calon kekasih, ini Desember bulan kelahiranmu, sebentar lagi kamu ulang tahun. Ini juga hari natal. Pernah yah pernah bermimpi suatu hari kita akan merayakan natal bersama di ulang tahunmu dan merayakan tahun baru di ulang tahunku, waktu cukup sempurna mempertemukan kita kamu sebagai penutup dan aku aku sebagai pembuka lembaran baru. Ahh aku sedih sekali jika membayangkan ini, sedih sekali dengan keputusanku ini. Aku sedang mendengarkan musik klasik natal bunyi tuts piano dan seruling ditambah sexsopon, aku selalu ingat setiap kali kita bercengkerama lewat sinyal udara kita membicarakan musik dan bermain musik.

Sayang melajulah , lanjutkan step step mimpi dan perjalananmu yang semakin hari semakin mendekat dengan tujuannya. Jangan lihat ke belakang, abaikan aku yang jauh dibelakangmu, berpaculah dengan kompetitormu. Aku merasa tak mampu menjadi pendukung atau pendampingmu. Selama ini aku selalu berusaha bagaimana supaya perjalanan hidup kita sejajar, tapi aku selalu dikalahkan keterbatasanku, semesta tak pernah berpihak hingga aku gagal dan gagal lagi. Hingga kupikir aku harus memampukan diriku dulu,aku takut kamu terlalu jenuh lama menungguku.

Mungkin arah masalahnya bukan dari kamu tapi dari aku dan hatiku yang tak menentu, kadang percaya dan kadang curiga akan waktu. Jhon, kadang aku cemburu, aku nggak tahu apa yang kucemburukan, nyatanya kamu selalu buat senang dan memberi keyakinan. Kadang aku pengen marah tapi kamu ngk pernah salah secara umumnya. Kadang aku rindu tapi dasar apa yang harus rindu, kita nggak pernah ketemu.

Otakku selalu ditimbun pikiran negatif, saat kamu tiada berkabar aku berpikir kamu sedang bosan dan dengan yang lain, saat kamu datang aku berpikir kamu hanya membuang kesepian. Semua memang nggak berdasar. Namun semua keraguanku menjadi nyata. Kamu tahu aku nggak suka kebohongan. Dalam komunikasi kita aku selalu menanamkan prinsip membuka segalanya walau itu menyakitkan. Yah mungkin karna kita belum pernah ketemu kamu merasa tak perlu bertanggung jawab untuk jujur samaku itu wajar sih. 

Tapi aku terluka. Kamu nggak apa-apa berkomunikasi dengan dia mantan mu. Itu hakmu, bukan kah aku juga menyarankankannya. Tapi kamu bicara seolah-olah itu tidak baik buat kita, kamu memperburuk-buruk dia. Namun saat kamu tiada berkabar aku tahu kamu sedang sibuk dengan dia. Ok ,dia lebih penting karna dia bagian hidupmu yang nyata dan aku hanya bayang-bayang. Tapi aku dengan tidak tahu nya menempatkan perasaanku aku merasa sakit hati. Saat sakit seperti ini aku nggak tahu harus mencari siapa tersangkanya hingga aku jadi korban. 

Aku yang salah, aku yang nggak tahu menempatkan perasaanku hingga aku luka sendiri. Karna itu kupilih jauh- dan jauh lagi. Jika selama ini kita jauh dibatasi jarak maka aku semakin jauh dan menjauh dari hati. Untuk menggenggam yang baru maka kita harus melepaskan yang lama. Selamat ulang tahun ya. Semoga diulang tahun kamu yang baru ini kamu beroleh logika baru tentang hubungan yang nyata hingga kamu tak perlu lagi memutuskan untuk membuang-buang waktumu untuk menghubungi aku. ~ Kirei.

Disaat yang sama Jhon juga merasakan hal yang sama lelah ditahan rindu istilah zaman sekarang. Enam tahun dari sekarang dia sangat gencar sekali mengejar perempuan yang membuatnya penasaran itu, entah itu lintas kota, provinsi bahkan hingga lintas pulau. Entah bagaimana pertemuan selalu gagal. Menurut Jhon itu karna memang sengaja Kirei tak mau bertemu, setidaknya dia memang punya hak untuk berhenti mengejar kalau ditilik dari sudut pandangnya Jhon, karna tidak akan ada yang bisa berpelukan jika sebelah pihak mengejar dan yang lainnya berlari harus datang dari arah yang berbeda menuju arah yang sama dan berhenti ditengah saat bertemu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun