Mohon tunggu...
Asra Sinta
Asra Sinta Mohon Tunggu... Lainnya - Pembaca dan penulis yang sedang belajar

Satu gagasan yang kubaca menambah satu temanku, satu gagasan yang kutulis menambah sejam usiaku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Horor Pandemi

31 Agustus 2020   01:52 Diperbarui: 31 Agustus 2020   01:52 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Empat bulan lagi tahun 2020 berakhir, tapi belum ada tanda tanda covid 19 benar benar bisa musnah dari peradaban milenial ini, sungguh membingungkan memang ditengah kecanggihan tegnologi sekarang yang mewabah ke seantero jagat raya rasanya penyakit juga tak mau kalah canggih dan lebih cepat dari sinyal 5G yang sedang direncanakan merambat ke sisi sisi penjuru bumi, hingga indonesia. Apa sudah dilakukan Indonesia menilik dan mengikuti standar dari WHO rasanya sudah tidak ada yang kurang mulai dari sosialisa kebijakan jaga jarak, cuci tangan, pakai masker, pengecekan suhu, psbb, wfh, sfh, new normal, rasanya tak satupun yang memperlihatkan adanya sebuah keberhasilan untuk melandaikan kurva proyeksi kasus korban terpapar, corona dengan tidak tahu malunya tetap saja merebak dari waktu ke waktu sisi kesisi menebarkan pesona yang memuakkan.

Sudah hampir setahun aku ngontrak disini. Gedung kontrakan ini terpisah sendiri ada empat ruangan  dua lantai belakang-belakangan jadi ada enambelas ruangan terpisah dari ratusan kontrakan lainnya yang berdempet dempetan seperti apartemen kumuh di Eropa sana. Aku menempati ruangan dua puluh dua, sebelah kiriku nomor dua puluh satu dihuni Vita teman kerjaku, dan disebelah kanan ku ada sepasang pasutri muda, yang sudah lama menempati kontrakan tersebut dari sejak mereka masih lajang, konon ceritanya. Sedangkan nomor dua puluh dan sembilan belas kosong, tadinya dihuni mbak Tiara rekan kerja tetangga nomor dua puluh tiga, dia pulang kampung karna di PHK dari tempat kerja selama pandemi Covid19. Kontrakan kami ini menghadap ke utara, jadi pas banget dari sebelah kanan akan mucul sunrise dipagi hari, tepat sekali menyinari area lapang tempat berjemur atau parkiran motor cocok untuk  jemur kasur atau menjemur diri bak dipantai pantai. Jadi lingkungan kita tergolong lebih  sehat dari kontrakan lain yang kurang penyinaran cahaya. Tempatnya membuat aku nyaman selain penghuninya yang memang sopan dan santun serta tidak ada yang suka macam-macam bawa teman yang lain, kita rasanya sama sama kaum pencinta kesendirian, yang betah di kontrakan disaat libur tanpa dikunjungi ataupun mengunjungi.

Memiliki tetangga yang baik memang sungguh menyenangkan. Sebenarnya aku tidak terlalu tahu siapa tetanggaku kami juga jarang sekali ngobrol atau ketemu karna kesibukan masing-masing. Aku melihat adanya rasa terinspirasi dan cepat beradaptasi dari tetanggaku, bisa diajak kerja sama tanpa bicara. Begini, awalnya aku pindah kesini, lokasi ini sangat kotor. Mereka suka menggantung tempat sampah plastik dipagar depan pintu, dan emperan depan jarang disapu, jadi debu yang bertaburan kadang bercampur dengan tirisan air jemuran membuat emperan itu seperti kandang sapi saja. Mungkin karna tempat pembuangan sampah agak jauh ya, jadi rada malas membuangnya kalau belum penuh. Aku tidak nyaman dengan pemandangan seperti itu. Hari kehari mereka selalu melihat perbedaan emperanku dan pagar depan pintuku, selalu tampak rapi, bersih. Pernah sekali aku menguping mereka membicarakanku, tentang bagaimana rajinnya aku dengan kebiasaanku yang setiap hari mengepel ruangan. Aku juga mencoba membakar sampah ditempat parkiran. Hari kehari aku lihat ada perubahan ditetanggaku, sekarang lokasi kami sangat bersih rasanya sudah tak segan lagi menggantungkan pakaian atau menjemur bantal di pagar depan atau duduk santai ria di emperan tanpa alas, karna lantai yang teramat kinclong dan glowing seperti wajah yang bertaburkan skicare. Intinya aku tahu mereka mau meneladani sebuah kebaikan.

Pernah sekali aku menemukan kertas surat dipintu. ' mbak kuncinya ketinggalan tergantung di pintu tadi pagi, saya ambil. Nanti kalau pulang minta sama saya saja ya no dua puluh tiga.' Bersyukur sekali punya tetangga yang tidak jahil , ketika aku cek kembali kontrakankuku semua aman, tak ada satu barangpun yang bergeser dari tempatnya, bukan apa-apa sih, disini tidak ada barang berharga atau mewah. Disitu baru aku mengenal siapa tetanggaku.

Istrinya orang Jawa, kecil, mungil, imut, cantik dan periang, setiap selesai mengucapkan sepatah dua patah kata selalu di iringi tawa sumringah ramah lucu yang sebenarnya tidak lucu entahlah mungkin itu ciri khasnya dia, bekrja di salah satu bank perkreditan rakyat. Suaminya orang Sunda, tinggi besar kalau menurut perkiraanku selisih berat badan mereka hampir lima puluh kilogram, bekerja di salah satu perusahaan vendor Epson. Mereka sudah punya anak satu tapi dititip pada orangtua perempuan itu di Jawa.

Terakhir kami ngobrol hangat seputar skincare yang diproduksi salah satu brand kecantikan ternama. Demikianlah covid19 tidak hanya mengubah kebiasaan aktifitas ibadah, pekerjaan dan pendidikan tapi juga mengubah pola pikir agar tetap bisa bertahan hidup. Si mbak nya baru join jadi member customer sekaligus seller produk skincare dan menawarkan aku untuk ikutan join. Itulah yang aku tak tahu kenapa, semudah itukah menjadi seorang konsultan di masa pandemi ini. Hal ini banyak sekali terjadi demi cuan, orang-orang bisa dengan pede menyebutnya dan memperkenalkan dirinya sebagai konsultan masalah kecantikan, padahal ia sendiri masih testier baru, hasil yang ia peroleh dari pemakaian produk juga belum terbukti. Jelas saja covid19 ini membuat banyak orang berpikir terlalu imaginatif dan kadang kurang rasional.

Seminggu yang lalu ketika hendak idul Adha aku melihat si mbaknya bawa koper hendak pulang kampung, dihatiku ada kecurigaan dia tidak balik lagi. Masa ia cuma libur dua hari bawa koper segala. Ceritanya suaminya sudah di rumahkan sejak sebulan lalu karna korona.

Sudah tiga hari aku tidak melihatnya, baik itu jam sembilan pagi hendak bekerja atau jam empat sore pulang kerja, biasanya kami ketemu. Sulit mengetahui orang orang seperti kami ini ada atau tidak dirumah, karna kita bisa saja berdiam diri tanpa suara diruangan masing-masing. Hanya bisa diperhatikan dari sendal atau sepatu yang terletak tanpa rak diluar dekat pintu. Jika sepatu kerja dan dua sendal ada berarti  penghuninya di dalam, jika hanya sendal berarti penghuninya  kerja, jika hanya sepatu kerja berarti sedang diluar. Dan tiga hari ini, aku tidak melihat sepatu ataupun sandal si mbaknya, token nya yang sudah menjerit jerit minta di makan juga belum di isi. Ada apa ya. Entah kenapa aku merasa kehilanagan, saat tidak menemukan pakaiannya di jemuran, padahal kami tidak dekat, seperti ada yang hilang.

Dua hari yang lalu tepat pukul dua puluh tiga aku pulang sift sore, sementara Vita  berangkat sift malam . Aku memperhatikan ruangan dua puluh tiga lampunya redup, sepatu sandal juga tidak ada, juga jemuran, hanya ada kain lap terdampar di pagar, aku sengaja memperhatikan pintunya, tokennya berteriak teriak, dan aku mendengar suara air, seperti orang sedang mandi. Bulu kudukku berdiri. Buru buru aku masuk ruangan, entah kenapa ini pertama kalinya aku merasa risau dengan hal seperti ini. Sehabis mengganti pakaian aku langsung rebahan, dan memeperdengarkan setiap bunyi bunyi yang mungkin dapat ditangkap sinyal daun telingaku. Aku mendengar seperti ada bunyi dentuman dari tembok sebelah. Tepat  jam satu malam aku mendengar ada orang yang keluar dari ruangan itu, raadar perasaanku mendeteksi bahwa itu bukan salah satu dari mereka. Sebab , aku sangat mengenali suara langkah mereka. Istrinya sangat khas bunyi sendal yang diseret-seret di lantai karna dia memang jalan terseok-seok, sedangkan suaminya yang tiggi besar itu akan membunyikan dumn, dumkn,bush seperti bunyi langkah raksasa yang mengejar timun mas dan suara ini lain. Jalannya bahkan hampir tidak kedengaran. Aku pikir mungkin mereka sudah pindah dan ruangan ini sudah dihuni penghuni baru, rasanya aku ingin tahu saja siapa tetangga baruku.

Tepat pukul tiga subuh tokenku habis, bukannya aku lupa mengisi hanya saja karna segala sesuatu sudah lebih mudah aku tidak merasa perlu terburu buru untuk mengisi, mungkin ini juga yang dipikirkan tetanggaku sehingga tokennya dibiarkan saja berteriak teriak menunggu mati total. Yah, dampak covid19 juga sudah mengubah gaya hidupku melakukan transaksi pembayaran nontunai dan belanja online jadi lebih praktis dan higenis terbebas dari kemungkinana adanya bakteri virus dalam penggunaan uang tunai serta kontak fisik dengan konsumer yang lain diarea perbelanjaan. Aku sangat suka memanfaatkan  produk keuangan seperti card payment, mobile banking, dan yang terbaru yang lebih praktis lagi yakni scan qr code. Jadi kalau mau beli pulsa HP atau listrik biasanya aku menggunakan fasilitas dari akun mobile banking yang aku punya, sementara kalau beli minuman di blue mart atau bayar kewajiban perpuluhan di gereja aku menggunakan scan qr code, dengan menggunakan scan qr code aku tidak perlu melakukan penggesekan kartu, atau mengetik identitas atau nominal pembayaran, pada qr code sudah tercakup identitas pengguna dan nominal pembaya ran dan tujuan pembayaran.

Kembali lagi keceritaku tadi. Hingga pukul enam pagi aku menahan suasana panas tanpa kipas dan gelap, aku juga tidak melakukan ibadah subuh teduh seperti biasanya, aku memaksa mataku untuk terus terpejam dan bersembunyi dibalik selimut seolah olah sedang kedinginan, keringat subuh pun menbanjiri tubuhku, seiring dengan pikiran dan pendengaranku melayang layang, hingga desaw angin pagi terdengar menyusup jantungku yang kalang kabut. Baru setelah pukul enam pagi aku berani keluar menjepret nomor meterean listrikku, dan buru buru melakukan isi ulang lewat mobile bangking, dan lampu kembali menyala. Hah, sungguh damai hatiku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun