Mohon tunggu...
Asra Sinta
Asra Sinta Mohon Tunggu... Lainnya - Pembaca dan penulis yang sedang belajar

Satu gagasan yang kubaca menambah satu temanku, satu gagasan yang kutulis menambah sejam usiaku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terima Kasih Kenangan

9 Agustus 2020   23:25 Diperbarui: 9 Agustus 2020   23:25 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kata move on sudah tidak asing lagi bagi kita, khususnya anak-anak muda. Aku tak bisa mendefinisikan arti harafiah move on ini dalam bahasa Indonesia yang sebenarnya. Namun menurutku kamu semua sudah akrab sekali dengan kata ini. Biasanya orang yang baru putus cinta rentan menyuarakan ini dalam bahasa sehari hari nya. Entah itu karna memang punya keinginan untuk berpindah kelain hati, berharap bisa melupakan masa lalu, atau keinginan yang sungguh untuk bangkit dari keterpurukan.

Dulu sewaktu SMA aku sering mendengar temen-temenku membicarakan kata ini, tapi aku tidak mengerti arti sepenuhnya apa, maklum saja aku juga dulu tidak gaul anaknya. Kalau bertanya aku malu, dengan nilai bahasa Inggris yang lumayan baik kenapa harus mempertanyakan kata yang bagiku sangat sepele, tapi sangat membuat aku bertanya tanya. Bukankah move on itu artinya berpindah, ya kalau berpindah kelain hati mungkin masih sedikit nyambung . Ternyata kata move on ini tidak hanya digunakan untuk pindah kelain hati saja bagi mereka yang baru putus cinta, intinya kata move on ini adalah suatu langkah untuk bergerak dari mental yang hampir statis.

Melupakan mantan, membuka hati, memikirkan rencana lain, mengembangkan passion hidup yang lain, juga merupakan bagian dari kata move on.

25 September 2017, aku menghadiri undangan wisuda kekasihku.

 ‘ terimakasih sayang sudah menemaniku sejauh ini, bersyukur sekali setiap kali melihat senyumanmu aku selalu bisa menyelesaikan lembar demi lembar skripsiku yang begitu merumitkan. Kamu tahu seangkatanku aku jadi lulusan termuda tepat tiga setengah tahun aku menyelesaikannya, padahal sebelum ketemu kamu aku sudah gagal beberapa mata kuliah, yah kalau aku dan mamaku prediksikan kelulusanku akan dikredit setidaknya setahun lagi, dan kamu energi positifku, betapa bangganya mamaku akan hal ini, karna itu sepatutnya aku membanggakan kamu dihadapan mamaku nanti, tolonglah kamu harus datang.’

 Kata- kata itu begitu rapi terucap dari bibirnya seperti kata pengantar skripsi dan memaksa hatiku yang begitu enggan. Saat itu usiaku masih delapan belas tahun dan itu pertama kali aku berpacaran seserius itu. Dimana hubungan antar kekasih itu saling memapar satu sama lain, dimana aku juga sangat bersyukur ketika pertama kali menginjakkan kaki di Kota yang romantis ini bertemu dengan sosok malaikat penjaga yang dikirim Tuhan seperti.

Temen temenku selalu bertanya bagaimana kemarin kencan dengan Joni, Peter, Dio, seru nggak, cocok nggak, ada chemistry nggak, kalian ngobrol apa saja. Aku selalu menanggapi dengan nada datar atau setengah mengabaikan. Sebenarnya aku sangat risih dengan perhatian yang memuakkan seperti itu. masalah aku yang betah jomblo ini selalu jadi perdebatan kecil saat ngobrol santai bareng sahabatku.

’ biasa saja’. Aku pun melengos pergi.

‘ Sa sorri nih, kita nggak jadi jalan ya, pacar gue datang gue mau jalan bareng dia, lo bareng Maljes aja ya’.

 Ungkapan pembatalan rencana perjalanan seperti itu sudah akrab bagiku. Itu sebabnya kemana mana aku lebih sering sendiri, nasib baik kalau pacar pacar sahabatku pada nggak ngapelin mereka, liburanku sedikit berwarna pink.

‘ lagian lu betah amat sih jomblo, udah baik juga Dio mepet kamu terus diabaikan, Joni juga nggak kalah tampan untuk sekedar temen jalan, mau lo yang gimana sih, uda deh nggak usah milih-milih lo, ntar nggak dapat apa apa loh, kalo lo nggak buka hati lo nggak bisa move on’. Itu adalah nasehat paling alternatif atau sekedar ungkapan jengkel dan ketidaksabaran sahabat- sahabat saat sedang bahas membahas status pasangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun