Mohon tunggu...
asri supatmiati
asri supatmiati Mohon Tunggu... Editor - Penuli, peminat isu sosial, perempuan dan anak-anak

Jurnalis & kolumnis. Penulis 11 buku, 2 terbit juga di Malaysia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Felix Siauw dan Proxy War #27

3 Mei 2017   17:44 Diperbarui: 6 Juni 2017   18:51 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kabar heboh di media, pengajian Ustaz Felix Siauw di Malang dihentikan. Padahal temanya cuma “Cinta Mulia”.  Ngajak remaja supaya nggak gaul bebas. Wah, saya jadi ingat. Akhir April lalu sejatinya saya juga diundang ke Malang. Bedah buku. Tapi karena kondisi tidak memungkinkan, dengan menyesal tidak saya iyakan. 

Nah, saya juga ingat, belum lama chat dengan salah seorang perempuan. Bisa dibilang, dia fans berat Sang Ustad. Sampai-sampai ingin dijadikan yang kedua (#serius). Ustad Felix itu memang fenomenal. Buanyak pecintanya. Cinta dakwahnya, maupun cinta orangnya hehe... 

Tapi, rupanya yang benci dengan dakwahnya juga ada. Lihat aja di media sosial. Sejak kasus ini mencuat, yang pro dan kontra udah ibarat buka front perang aja. Nah, ngomong-ngomong soal perang, saya jadi ingat tulisan tentang proxy war. Inilah yang terjadi (awas, mulai serius nih!).

Definisi Proxy War 

Proxy War atau sederhananya perang boneka adalah sebuah konfrontasi antardua kekuatan besar dengan menggunakan pemain pengganti. Hal ini, untuk menghindari konfrontasi secara langsung, dengan alasan mengurangi risiko konflik yang berisiko pada kehancuran total.

Pihak ketiga yang bertindak sebagai pemain pengganti antara lain negara kecil, atau kadang nonstate actors. Seperti LSM, ormas, kelompok masyarakat ata perorangan (tokoh-tokoh berpengaruh, pejabat, dll). 

Proxy war bermain di semua lini kehidupan dengan berbagai macam cara. Baik di bidang politik, ekonomi, sosial budaya maupun hukum. Motifnya antara lain menguasai sumber daya alam, wilayah, hingga penggantian ideologi.

Contoh mudahnya, kalau Amerika Serikat ingin menguasai Indonesia, nggak perlu gelar kapal perangnya di sini. Nggak perlu jatuhin bomnya di mari. Cukup kuasai aset-aset sumber daya alam strategis, melalui perusahaan-perusahaan mereka. Membujuk penguasa (sebagai negara kecil alias boneka) untuk menyerahkan aset-aset tersebut mereka kelola. Hasilnya, gunung emas di Papua sukses dialirkan melalui pipa-pipa panjangnya ke Amerika.

Selain itu, Amerika membanjiri dengan budaya, musik, film dan segala gaya hidup lainnya. Walhasil, nggak perlu susah-susah, banyak orang Indonesia sendiri gaya hidupnya sudah sangat Amerika. Mulai cara berpakaian, bergaul, berpikir,  sudah semakin liberal. Bebas. Padahal, sebagiannya juga muslim yang mustinya terikat pada aturan Islam.

Contoh lain, jika Tiongkok ingin menguasai Indonesia, tak perlu tiba-tiba kirim pasukan militer ke sini. Terlalu vulgar. Nanti malah ditolak dan diperangi. Cukup dengan cengkeraman investasi. Jadikan penguasa-penguasa boneka di sini untuk mengutamakan proyek-proyek investasi mereka. Maka jangan heran jika investasi Tiongkok banjir belakangan ini. Demikian pula produk-produk dan bahkan tenaga kerjanya.

Lebih Bahaya 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun