Mohon tunggu...
Asnia Lestari
Asnia Lestari Mohon Tunggu... Pelajar

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kehilangan

20 September 2022   17:56 Diperbarui: 21 September 2022   06:59 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pukul 02.00 dini hari Indri mengabari bahwa kakek sakit keras. Saat itu keluarga ku sedang tidur nyenyak, disitu Indri terus menerus menelepon dikarenakan handphone ku tidak aktif pukul 05.00 aku bangun tidur untuk melaksanakan shalat,disaat itu aku belum membuka handphone, setelah selesai shalat entah mengapa aku ingin membuka buku untuk mengerjakan soal dan aku mengambil handphone untuk melihat jawaban ketika mengaktifkan handphone begitu banyak notifikasi dari saruadara dan aku membaca pesan yang isinya bahwa kakek meninggal sekitar pukul 5 pagi,aku langsung bergegas memberi tahu semua keluarga yang saat itu mereka sedang berkumpul,kakak,ayah pada saat itu mau berangkat kerja,tiba tiba ketika aku memberi tahu bahwa kakek meninggal ibu ku menangis histeris, semua keluarga siap siap untuk pergi.

Tiba disana aku melihat kakek yang telah berbujur kaku,aku berlari dan membuka kain yang menutupi wajahnya, tanganku bergetar mengelus wajah kakek sambil menangis. Dirumah kakek banyak orang-orang yang berdatangan untuk melayat. Pukul 07.00 aku mengabari keluarga putri untuk segera datang tetapi ia tidak membalas dikarenakan sedang di perjalanan, Agung, Dewi, dan Sandi juga turut menghubungi keluarga Putri, saat itu kakek akan dimandikan, tetapi Agus menyarankan agar kakek dimandikan saat seluruh keluarga sudah berkumpul. Pukul 07.45 keluarga Putri datang, kakek pun langsung dimandikan.

"Kalian pada bawa uang yang waktu itu sudah di rundingkan?" Ucap Imas

Namun Agus ,Sandi,dan Dewi tidak membawa uangnya dikarenakan lupa. Imas terlihat marah hingga akhirnya semua biaya ditanggung dulu olehnya, dengan mimik wajah yang tidak suka,Imas memberi waktu untuk membayar semua uang yang dia tanggung setelah 7 hari harus bisa terkumpul.Semua keluarga pergi keruang tamu untuk melihat kakek yang di pakaikan kain kafan.

Setelah beres menyolatkan kekek,akhirnya kakek dimakamkan dan orang - orang mendoakan kekek,semua keluarga meninggalkan makam,lalu keluarga berkumpul untuk membicarakan uang yang tadi di bahas.

Setelah beberapa minggu berlalu dan acara 7 harian pun telah usai, kami berkumpul kembali untuk menghitungkan berapa uang yang perlu kita bayar pada dia, setelah selesai di hitung kita pun langsung memberikan uang tersebut ke dia, kami masih berkumpul untuk membahas hal lain saat itu suasana begitu sepi aku berusaha untuk mencairkannya dengan membuat lelucon, orang yang mendengarkan nya pun tertawa hanya satu orang yang tidak tertawa ya dia adalah Imas entah kenapa dia tidak tertawa mungkin memang lelucon ku tidak begitu lucu atau memang karena dia tidak suka bercanda. 

Saat itu Imas memutuskan untuk pulang namun hujan begitu deras sehingga membuat dia tidak dapat pulang, sebenarnya aku juga ingin sekali pulang pada saat itu tetapi keluarga ku memutuskan untuk menginap aku pun terpaksa harus ikut, bisa saja si aku pulang sendiri tapi karena hujan pun begitu deras ya aku harus berdiam diri di sini takutnya terjadi hal- hal yang tidak diinginkan.

ya kami memutuskan untuk pulang di perjalanan kami membeli makanan terlebih dahulu karena perut kami sekeluarga sudah sangat lapar, setelah selesai kami pun melanjutkan perjalanan sesampainya dirumah kami beristirahat karena sudah begitu sangat lelah. 

Aku pun tiduran sambil memikirkan hal yang memang tidak harus di pikirkan, namun terus menerus selalu ada di pikiranku yaitu setelah meninggal nya kakek apakah kita sekeluarga masih akan pergi ke rumah keluarga yang ada disana atau tidak karena menurut ku setelah tidak adanya kakek kita kesanapun tidak ada kakek dan nenek untuk di kunjungi, mungkin memang kita masih bisa bersilaturahmi kesana itu pun hanya untuk pergi ke pemakaman kakek. 

Suasana dirumah begitu sepi, ibu ku masih menangis ya kita juga tau siapa sih orang yang tidak menangis jika ayah nya meninggal, namun akhirnya aku berusaha untuk menenangkan ibu, jujur memang sakit kehilangan sosok kakek apalagi yang sangat begitu dekat dengan kita sebelum meninggal pun kakek ku masih bercanda di rumah kami, dia begitu sangat senang saat berada di rumah kami, meskipun saat itu kakek masih dalam keadaan sakit tetapi tidak begitu parah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun