Mohon tunggu...
Nok Asna
Nok Asna Mohon Tunggu... Penikmat Senja dan Sastra.

Penikmat Senja dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Semoga Kita Berumur Panjang untuk Bertemu Kembali di Banda Neira

14 Oktober 2025   18:11 Diperbarui: 18 Oktober 2025   15:05 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pohon sejuta umat di Lonthoir (Dokumentasi Pribadi)

Benteng Belgica(Dokumentasi Pribadi)
Benteng Belgica(Dokumentasi Pribadi)

Selesai di benteng Belgica, trip guide hari itu membawa kami menuju monumen atau replika sumur tempat kekejaman genosida penduduk lokal Banda saat jaman VOC. Sumur tempat pembantaian terletak di dekat benteng Nassau. Sumur yang asli sudah tak terawat dengan baik, namun setiap tahun biasanya sekelompok mahasiswa mengadakan teatrikal pembunuhan "orang kaya" dan penduduk lokal Banda di dekat sumur tua itu agar mereka tetap mengingat peristiwa kelam lalu sebagai bagian dari sejarah Banda.

Sumur tempat kejahatan genosida VOC atas warga asli Banda (Dokumentasi Pribadi)
Sumur tempat kejahatan genosida VOC atas warga asli Banda (Dokumentasi Pribadi)

Siang yang begitu terik menghangatkan tubuh. Setelah melihat sumur yang menjadi saksi kekejaman VOC, kami mampir ke pasar untuk membeli panganan lokal khas Banda, seperti halua kenari (kacang kenari dicampur dengan gula aren), manisan pala, juga ikan asin (ada ikan asin tuna).

Kami sempat istirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanan menuju ujung pulau Banda Besar tepatnya di desa Lonthoir (baca:Lontor) untuk melihat sisi lain keindahan Banda. Tujuan utama kami adalah yang disebut pohon sejuta umat.

Pohon sejuta umat di Lonthoir (Dokumentasi Pribadi)
Pohon sejuta umat di Lonthoir (Dokumentasi Pribadi)

Tak berhenti di situ, trip guide membawa kami menikmati keramahan warga Lonthoir. Aku melihat biji pala dikeringkan. Aku juga sempat menyicipi air dari sumur yang airnya tak pernah kering dan warga lokal menggunakannya untuk mencukupi kebutuhan air bersih. 

Setiap hari, laki-laki bertugas untuk mengambil air menggunakan jerigen besar dan diangkut ke rumah masing-masing. Perempuan tak diperkenankan mengambil air karena masyarakat berpendapat perempuan harus sangat dihormati sehingga tak boleh melakukan pekerjaan berat. 

Setiap 10 tahun sekali, masyarakat mengadakan ritual pembersihan sumur dengan kain putih sepanjang 99 meter. Saat itulah para perempuan bertugas mencuci kain putih setelah digunakan untuk membersihkan sumur tersebut. Sumur ini dianggap tempat suci, jadi harus melepas alas kaki dan tak boleh menginjak bibir sumur sembarangan. Terdapat 2 sumur, pertama untuk kebutuhan mencuci dan sebagainya, kedua khusus untuk air minum. Air dari sumur ini tak perlu dimasak sudah bisa langsung untuk air minum. 

Ketika kucoba airnya, rasanya segar dan tak ada rasa asing yang tertinggal. Terpenting, tenggorokanku yang sensitif tak rewel setelah minum air sumur ini. Menurut informasi dari trip guide kami, air sumur ini juga sudah dicek di lab.

Mencoba air dari sumur abadi(Dokumentasi Pribadi)
Mencoba air dari sumur abadi(Dokumentasi Pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun