Gemerincing gelang emak-emak di arisan selalu jadi irama khas setiap kali mereka berkumpul. Ada yang sibuk menulis daftar iuran, ada yang sibuk menghabiskan hidangan, ada pula yang dengan bangga memamerkan gelang emasnya. Emas hadir bukan sekadar gaya, tapi juga rasa bangga dan aman untuk masa depan.Â
Tak hanya di arisan, emas juga jadi warna khas pasar tradisional. Lihatlah emak-emak menawar cabai sambil tangannya bergoyang. Gelang emas di tangannya beradu dengan bunyi koin receh. Di tengah riuh pasar, emas tetap bersinar, bukan hanya perhiasan, tapi juga semacam "tabungan berjalan" yang bisa jadi pegangan kapan saja.
Dan sejak dulu, emas selalu menjadi mas kawin yang paling berharga. Dari kampung sampai kota, dari adat Lampung hingga Jawa, emas adalah simbol keseriusan dan kehormatan dalam pernikahan. "Mas kawin emas," bukan hanya lambang cinta, tapi juga bekal hidup baru. Emas adalah bahasa komitmen yang tak lekang oleh waktu.
Kita pun mengenal guyonan klasik: "Bli (beli) nya di Bali, mas (emas) nya di Surabaya."(Bli dan Mas; adalah panggilan Kakak) Dulu terdengar masuk akal, emas terasa jauh, susah dijangkau, dan butuh usaha ekstra. Tapi kini celetukan itu bisa dianggap lawas. Lewat Pegadaian, emas tak lagi terasa jauh. Mau beli emas? Tinggal buka aplikasi di HP. Nggak perlu repot naik kapal ke Bali atau kereta ke Surabaya.
Emas memang punya tempat istimewa di hati masyarakat Indonesia. Ada pula cerita jenaka tentang tambalan gigi emas yang dulu dianggap keren, semacam "fashion statement" sebelum behel warna-warni populer. Dan tentu saja, siapa yang menggunakan emas sebagai gigi palsu tentu saja sering tertawa. Menunjukkan kemilau gigi emasnya.
Nah, di sinilah Pegadaian memainkan peran penting. Mereka paham, emas bukan hanya barang mewah, tapi bagian dari keseharian orang Indonesia. Lewat Tabungan Emas, semua orang bisa menabung mulai dari nominal kecil, bahkan seharga segelas kopi susu kekinian. Sedikit demi sedikit, tanpa terasa terkumpul jadi gram-gram emas. Jadi kalau emak-emak bisa pamer gelang baru di arisan, anak muda pun kini bisa pamer saldo emas digitalnya. Sama-sama gengsi, cuma caranya beda.
Pegadaian juga sudah bertransformasi. Bukan hanya tempat menggadaikan barang, tapi juga punya layanan digital, tabungan emas online, hingga cicilan emas. Bahkan pelaku UMKM bisa menjadikan emas sebagai modal usaha yang aman dan gampang dicairkan. Slogan "MengEMASkan Indonesia, Mengindonesiakan EMAS" bukan lagi kata manis, tapi nyata di kehidupan sehari-hari.
Kini emas yang dulu terasa jauh, hadir begitu dekat. Tidak lagi sebatas guyonan "Bli di Bali, Mas di Surabaya." Dengan Pegadaian, semua bisa punya emas, kapan saja dan di mana saja. MengEMASkan Indonesia artinya memberi kesempatan rakyat kecil hingga besar untuk berinvestasi dengan aman. Mengindonesiakan EMAS berarti menjadikan emas bagian dari budaya, bukan sekadar hiasan, tapi bekal menuju kemandirian ekonomi.
Jadi, kalau hari ini kamu masih bingung antara ikut arisan atau beli kopi kekinian, pikirkan satu hal: mungkin emas bisa jadi pilihan lebih bijak. Selain tetap bisa bergaya, kamu juga sedang menyiapkan masa depan. Pegadaian sudah membuka jalan. Dari arisan emak sampai mas kawin, emas selalu punya cerita. Kini lewat Pegadaian, emas hadir lebih dekat, nggak perlu nunggu giliran arisan, tinggal kita mau melangkah, atau tetap menunggu giliran arisan sambil dengar emak-emak pamer gelang.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI