Mohon tunggu...
Aslamuddin Lasawedy
Aslamuddin Lasawedy Mohon Tunggu... Pemerhati Masalah Ekonomi, Budaya dan Politik

Open minded and easy going

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Legenda Masjid Tua di Pulau Ringgit Una-Una yang diresmikan HOS Cokroaminoto pada Tahun 1910

8 Agustus 2025   10:05 Diperbarui: 11 Agustus 2025   08:01 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Jami di desa Binanguna, pulau Una-una, kabupaten Tojo Una-una, Sulawesi Tengah

DI SEBUAH pulau kecil nan tenang di Teluk Tomini, Kabupaten Tojo Una-una, Sulawesi Tengah, tempat ombak berdzikir dalam napas angin, dimana pepohonan kelapa menari dalam irama langit, berdirilah sebuah masjid tua. Sebut saja namanya Masjid Jami. Ia bukan sekadar bangunan tempat sujud, Ia adalah mercusuar sejarah yang menancap di peradaban pulau Una-Una. Laksana bintang timur yang memandu bahtera rakyat di tengah samudra kolonialisme. 

Di sanalah, pada suatu waktu yang dibalut kabut sejarah dan gaung semangat untuk merdeka dari penjajahan, Haji Oemar Said Cokroaminoto menapakkan kakinya di tahun 1910. Ia bukan hanya seorang pemimpin Sarekat Islam. Pun guru dari para pemikir revolusioner Nusantara-Soekarno, Kartosuwiryo, Semaoen-yang kelak mengguncang dunia. Namun di pulau terpencil ini, ia hadir bukan dengan pekik revolusi, melainkan dengan takbir dalam rangka peresmian rumah Tuhan. Namanya Masjid Jami.

Masjid sebagai Simbol Perlawanan Spiritual

Masjid Jami yang berada di desa Binanguna, pulau Una-Una ini, bukan sekadar rumah ibadah. Ia adalah manuskrip arsitektural yang ditulis dengan huruf-huruf yang penuh semangat. Dibangun di atas tanah yang merindukan keadilan. Diresmikan oleh lidah yang terbiasa mengucap kebenaran meski dikepung bahaya. Ketika Cokroaminoto meresmikannya, masjid ini menjelma menjadi simbol spiritual sekaligus politis, di tengah penindasan kolonial yang menyayat identitas bangsa. Masjid ini adalah oasis-tempat rakyat belajar tentang keesaan Tuhan dan pentingnya martabat manusia.

Jami dalam bahasa Arab berarti "yang mengumpulkan" atau "yang menghimpun."Ini juga merupakan salah satu dari Asmaul Husna, atau nama-nama baik Allah yang menggambarkan sifat-sifat-Nya, khususnya Al-Jami yang berarti "Maha Mengumpulkan". 

Masjid Jami ini adalah milik semua. Namun terasa begitu personal bagi setiap hati yang pernah bersujud di lantainya. Ia seperti ruh kolektif masyarakat Una-Una yang mengikat mereka dalam tali spiritual, sosial, dan historis yang sama.

Kapiten Mohammad Daeng Materru: Penjaga Amanah Pulau Ringgit

Dalam riwayat pendirian masjid itu, sosok Kapiten Mohammad Daeng Materru hadir sebagai tiang penyangga sejarah. Ia bukan hanya pemimpin administratif, tetapi juga penjaga tradisi dan jembatan antara adat dan agama. Di tengah kerentanan zaman kolonial, Daeng Materru adalah pemilik kunci sosial-politik di pulau Ringgit, Una-Una. Dukungan dan perlindungannya terhadap pembangunan masjid menjadi bukti bahwa spiritualitas dan kepemimpinan lokal tidak harus berjalan sendiri-sendiri. Justru, dari sinilah masjid itu menjadi titik temu antara langit dan bumi. Antara suara rakyat dan harapan Tuhan.

Masjid Shirathal Mustaqim di Samarinda Sebrang
Masjid Shirathal Mustaqim di Samarinda Sebrang

Ayah Mohamad Daeng Materru ini berdarah Bugis Wajo. Namanya Haji Nandro, yang makamnya ada di belakang mesjid tua Samarinda Seberang. masjid Shirathal Mustaqiem, yang lahannya dihibahkan oleh haji Nandro. Ibu kandung Daeng Materi bernama Marendei  berasal dari pulau Benteng di Togean. Saudara kandung Marendei ini bernama La Borahima. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun