Mohon tunggu...
Aska Karim
Aska Karim Mohon Tunggu... Guru - GURU

GURU SMA NEGERI 3 DI BANTAENG

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Berkafan Debu

14 Mei 2023   21:50 Diperbarui: 14 Mei 2023   22:05 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pertanda waktu menyentil lara
Menerpa seutas bingkai melepuh
Terbersit nian di pucuk kuas
Menyapu hasrat di rimbun Kalam
Untai melemah di atas bidak
Menafan kafan di lepas jalan
Berharap sembah bukan pemanis

Tersekat tangis ingin berujar
Di bibir membiru Kalam terendus
Pelan menerpa di sapu angin
Mendesah pilu merasuk Sukma
Malam kelana menghias rona
Di sujud simpuh dia berujar
Mengharap maut di umbar segera

Serakah raga mengisap jiwa
Direlung fana di kafan debu
Seribu jawab mengubah lara
Merarap pilu di bilik jasad

Mata memerah menahan Isak
Di puing serakah dia berjanji
Menunggu ajal bersandar kasih
sendu jiwanya bertelanjang  dada
Merajuk satu butir peluru
Menembus jantung lemah berdekat

Kini mereka telah Kembali
Membawa kabar di puing derita
Tangis tuntasnya merobek asa

Kerabat merengkuh tak bernisan
Menyisakan tangis di lapak derita
Memisahkan ibu dari kekasihnya  
Menyisakan anak berkabung durja
Di emperan jubah bersalam maut

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun