Mohon tunggu...
Asita Suryanto
Asita Suryanto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Traveler

pecinta traveling dan kuliner

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Menikmati Kuliner Bali, Mulai Nasi Raja Sampai Rujak Kuah Pindang

20 Desember 2018   12:58 Diperbarui: 20 Desember 2018   13:04 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasi Raja yang mewah penataannya (dok asita)

Menikmati kuliner di Bali sangat banyak pilihan rasa, mulai yang tradisional sampai yang lagi hits kekinian seperti ice cream gelato. Ketika menikmati Nasi Raja, saya serasa menjadi seorang putri raja sehari. Makan siang di Restoran  Petani, Alaya Resort di  Ubud Bali saya mendapat pelayanan  suguhan menu Nasi Raja. Mengapa dinamakan Nasi Raja karena tata boga menata sajian makanannya layaknya  untuk seorang raja pada zaman dahulu sewaktu Kerajaan Ubud masih ada.

Nasi kuning dibentuk kerucut seperti tumpeng  dan lauk-pauk terdiri dari sate ikan, ayam suwir,sayur  lawar , udang goreng tepung, sambal, kerupuk ditaruh di wadah daun pisang mengelilingi tumpeng nasi kuning tersebut. Belum lagi sensasi menata piringnya yang ditaruh di atas wadah piring tinggi dan dihiasi janur kuning yang menjuntai layaknya pelayanan makan untuk seorang raja.

Nasi Raja pada zaman sekarang disuguhkan untuk makanan seorang pendeta saja, bukan lagi menjadi suguhan  seorang raja lagi  di Bali. Menu nasi kuning dibikin dengan tambahan bumbu rempah-rempah seperti kunyit, bawang merah, bawang putih, kemiri, serai dan santan. Sedangkan lauk pauk seperti sate ikan, ayam suwir dan sambal matah sengaja tidak dibuat pedas hanya memakai cabe merah bukan cabe rawit karena disesuaikan dengan taste atau selera tamu dari mancanegara yang sering makan di Restoran Petani.

Karena wadah makannya sengaja dibuat tinggi seperti tempat buah maka seharusnya cara makannya dengan tangan langsung di wadahnya. Tapi cara makan di Restoran Petani disesuaikan dengan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara sehingga masih disediakan tambahan piring makan dan sendok serta garpu, sehingga nasinya dan lauk pauk dipindah dahulu ke piring sebelum disantap. Nasi Raja ini layak menjadi kuliner andalan pesona indonesia untuk digalakkan sebagai salah satu kuliner khas Indonesia.

Tapi bagi saya pribadi rasa nasi kuningnya terasa berbeda dengan nasi kuning yang ada di Jawa karena ada tambahan bumbu rempah merica dan ketumbar sehingga warnanya sedikit kuning kecoklatan. Rasa lauk pauknya kurang  pedas dan berwarna merah karena tidak ada rasa pedas sama sekali. Hal ini karena tidak ada satu biji pun cabe rawit dalam bumbu rempahnya, rasa disini disesuaikan untuk rasa turis asing yang tidak suka pedas.

Pelayanan yang sigap, sopan dan memberi salam terima kasih dengan baju khas Bali membuat Restoran Petani  mendapat penghargaan Tripadvisor sebagai restoran terekomendasi di  Bali yang papan  penghargaannya tergantung di dinding restoran.


Pergi ke Bali jangan terlewatkan dengan bebek gorengnya. Merasakan makan siang di  Bebek Tepi Sawah yang tempatnya memang nyaman di tepi sawah tidak akan dilupakan dengan suasananya  bila berkunjung ke Ubud. Ayam bebek gorengnya yang crispy dan empuk sangat lembut disantap. Apalagi makan siang sambil melihat sawah yang menghijau, menjadi nikmat rasanya makan siang yang jarang ditemui di tengah kota besar.

Rujak Kuah Pindang (dok asita)
Rujak Kuah Pindang (dok asita)
Bebek Tepi Sawah memang mengandalkan suasana pedesaan yang dekat menyatu dengan sawah.Suasana ini yang dicari bagi wisatawan yang berlibur di Bali. Jadi makan disini tidak hanya menyantap makanan bebek yang lezat tapi juga merasakan semilirnya sejuk angin di pedesaan dan melihat hijaunya sawah di depan mata.

Masakan tradisonal yang sudah lama saya ingin coba adalah rujak buah kuah pindang. Beruntung ketika saya berkunjung ke Bali awal Desember kemarin saya diantar sahabat Desak dan suaminya Kadek  mencobanya. Rujak kuah ikan pindang rasanya ternyata seperti kuah asinan buah bogor tetapi ada  rasa tambahan  kuah ikan pindangnya.Terdiri dari campuran buah lengkap mulai bengkuang, kedondong, nanas, mangga, jambu semuanya diiris tipis kemudian disiram kuah ikan pindang  yang rasanya pedas dan asam.

Bersama Desak mencoba makanan tradisional Bali (dok pribadi)
Bersama Desak mencoba makanan tradisional Bali (dok pribadi)
 Di sebuah warung kecil di Jalan Nangka Selatan, Denpasar selain menjual rujak buah juga menyajikan makanan tipat cantok dan es kolak. Saya penasaran dengan nama makanan tipat cantok, yaitu ketupat yang disiram dengan sayuran, tempe, tahu dan kacang goreng.

Rasanya mirip gado-gado kalau di Pulau Jawa mungkin namanya aja yang berbeda. Beruntung saya memiliki sahabat kuliah asal Bali, Desak yang bersedia mengantar ke tempat warung tradisonal yang memiliki rasa khas Bali. Warung kecil tanpa nama yang mengandalkan menu tradisional mulai bermacam rasa rujak, kolak, tipat cantok cukup ramai dikunjungi penduduk asli Bali yang suka menu tradisional.

Di warung tradisional ini saya juga mencoba es kolak bali yang terdiri dari potongan pisang, kolang-kaling dan ubi rebus juga campuran santan. Cukup segar untuk dinikmati di siang hari yang panas.Memang untuk menikmati menu tradisional Bali perlu diantar warga asli Bali karena jarang ditemui menunya di restoran besar di pinggir jalan utama.

Sekarang di Bali sedang banyak bermunculan warung dan restoran bernama nasi tempong yang rasanya pedas banget. Nama tempong berasal dari bahasa osing asal Banyuwangi yaitu ditempeleng.Jadi dinamakan nasi tempong karena serasa seperti pipi ditempeleng karena rasa pedasnya.

Nasi tempong ada pilihan beberapa lauk mulai ayam goreng, lele goreng, udang goreng, cumi goreng dan semua pilihan disajikan dengan sambal pedas dilengkapi lalapan sayur mulai timun, labu, terong  rebus. Sambalnya mantap banget rasa pedas terasa banget di lidah tetapi nikmat ketika makan nasi dicolek dengan lalapan sambal. Saya mencoba makan siang Nasi Tempong Bu Indra di daerah Kuta, Bali.

Nasi Pedas Ibu Andika (dok asita)
Nasi Pedas Ibu Andika (dok asita)
Nasi pedas Bali juga menjadi trending sekarang. Saya mencoba makan nasi pedas Ibu Andika di daerah Kuta dengan pilihan lauk mie goreng, terik tempe dan kentang, srundeng, ayam goreng dan urap sayur.Semua bumbu dibikin pedas sehingga bagi saya yang kurang kuat makan pedas harus sering diimbangi minum teh manis ketika makan.Cukup membuat kenyang satu porsinya dan pembeli bisa bebas memilih lauk berbagi macam sendiri di tempat lauk yang berlemari kaca.

Setelah beberapa hari makan makanan berat sudah saatnya menikmati makanan penutup alias dessert yang enak.Pilihan saya tentu es krim yang jadi trending. Es krim di Bali sangat banyak pilihan rasa dan tempat. Sekarang banyak wisatawan lokal yang pergi ke Bali sengaja untuk berburu ice cream gelato yang lezat. Beruntung saya bisa merasakan ice cream gelato yang lezat di Ice Cream Gelato Factory di depan Lapangan Renon, Denpasar.

Pilihan rasa banyak sekali mulai rasa coklat, green tea, mangga, strawbery, vanila, kopi dan lainnya yang mengunggah rasa segar dan nikmat. Harga ice creamnya tidak mahal cukup Rp 10.000 per scope sudah bisa dinikmati dengan pilihan berbagai macam rasa. Saya mencoba rasa mangga dan coklat terasa sekali rasa buah mangganya yang asam manis terasa lembut di lidah.

Di Bali sekarang juga sedang berkembang berbagai macam minuman herbal. Di perkebunan Satria, daerah Ubud dikembangkan berbagai macam teh herbal mulai rosella, teh beras, teh serai, teh kunyit , teh jahe, teh mint dan berbagai macam teh lainnya. Setiap tamu yang berkunjung di Perkebunan Satria akan mendapat suguhan contoh berbagai minuman teh herbal. Saya mendapat suguhan delapan macam jenis teh herbal dalam gelas kecil. Rasanya semuanya berbeda terasa segar ada rasa bumbu dapur sedikit ketika mencoba teh serai. Minum teh sambil melihat di kejauhan perkebunan kopi dan duduk di gubuk-gubuk yang disediakan Perkebunan Satria sangat nikmat untuk bersantai bersama teman. Jadi bagi Anda bukan peminum kopi, ada pilihan lain minum teh herbal yang beragam jenis bisa dinikmati di Perkebunan Kopi Satria ,di Ubud Pulau Dewata.

Di Perkebunan Kopi Satria juga bisa  melihat proses pembuatan kopi luwak mulai  kopi dijemur, disangrai, dan terakhir menjadi bubuk kopi luwak yang dijual mahal. Bubuk kopi luwak bisa dijual sampai hampir Rp 4 juta per kilogram. Kita dapat melihat pembuatan kopi luwak Satria di kebunnya langsung di daerah Ubud, Bali. Masuk ke areal perkebunan tidak dikenakan tiket masuk alias gratis. Malahan wisatawan mendapat surprise diberi suguhan gratis berbagai macam kopi dan teh untuk dicoba. Rasanya sangat santai dan nyaman duduk di meja panjang di gubuk di areal kebun kopi yang pemandangannya berupa lembah perkebunan kopi.

Tipat cantok (dok asita)
Tipat cantok (dok asita)
Selain minum teh bisa juga dinikmati kopi luwak produk Satria. Saya jadi ingin berlama-lama di sini sambil mendengarkan penjelasan berbagai macam produk kopi dan teh dari Manajer Perkebunan Satria, yaitu Dewa yang ramah. Wisatawan pertama masuk areal perkebunan dapat melihat  kopi luwak yang masih utuh di kotak kaca dan hewan luwak di dalam kandang. Tiba di area proses pembuatan kopi luwak dapat melihat seorang nenek sedang menyangrai kopi di atas tungku api kayu yang masih tradisional. Minum kopi disini tidak hanya sekedar merasakan nikmatnya minum kopi, tapi juga bisa melihat proses kopi mulai disangrai sampai menjadi kopi bubuk.

Merasakan kuliner di Bali tidak hanya menikmati kelezatan kulinernya tetapi juga bisa melihat proses pembuatannya, keramah tamahan penduduknya dan proses kreatif penjajian membuat kuliner di Bali lebih nikmat dimakan dan sedap dipandang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun