Menikmati kuliner di Bali sangat banyak pilihan rasa, mulai yang tradisional sampai yang lagi hits kekinian seperti ice cream gelato. Ketika menikmati Nasi Raja, saya serasa menjadi seorang putri raja sehari. Makan siang di Restoran  Petani, Alaya Resort di  Ubud Bali saya mendapat pelayanan  suguhan menu Nasi Raja. Mengapa dinamakan Nasi Raja karena tata boga menata sajian makanannya layaknya  untuk seorang raja pada zaman dahulu sewaktu Kerajaan Ubud masih ada.
Nasi kuning dibentuk kerucut seperti tumpeng  dan lauk-pauk terdiri dari sate ikan, ayam suwir,sayur  lawar , udang goreng tepung, sambal, kerupuk ditaruh di wadah daun pisang mengelilingi tumpeng nasi kuning tersebut. Belum lagi sensasi menata piringnya yang ditaruh di atas wadah piring tinggi dan dihiasi janur kuning yang menjuntai layaknya pelayanan makan untuk seorang raja.
Nasi Raja pada zaman sekarang disuguhkan untuk makanan seorang pendeta saja, bukan lagi menjadi suguhan  seorang raja lagi  di Bali. Menu nasi kuning dibikin dengan tambahan bumbu rempah-rempah seperti kunyit, bawang merah, bawang putih, kemiri, serai dan santan. Sedangkan lauk pauk seperti sate ikan, ayam suwir dan sambal matah sengaja tidak dibuat pedas hanya memakai cabe merah bukan cabe rawit karena disesuaikan dengan taste atau selera tamu dari mancanegara yang sering makan di Restoran Petani.
Karena wadah makannya sengaja dibuat tinggi seperti tempat buah maka seharusnya cara makannya dengan tangan langsung di wadahnya. Tapi cara makan di Restoran Petani disesuaikan dengan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara sehingga masih disediakan tambahan piring makan dan sendok serta garpu, sehingga nasinya dan lauk pauk dipindah dahulu ke piring sebelum disantap. Nasi Raja ini layak menjadi kuliner andalan pesona indonesia untuk digalakkan sebagai salah satu kuliner khas Indonesia.
Tapi bagi saya pribadi rasa nasi kuningnya terasa berbeda dengan nasi kuning yang ada di Jawa karena ada tambahan bumbu rempah merica dan ketumbar sehingga warnanya sedikit kuning kecoklatan. Rasa lauk pauknya kurang  pedas dan berwarna merah karena tidak ada rasa pedas sama sekali. Hal ini karena tidak ada satu biji pun cabe rawit dalam bumbu rempahnya, rasa disini disesuaikan untuk rasa turis asing yang tidak suka pedas.
Pelayanan yang sigap, sopan dan memberi salam terima kasih dengan baju khas Bali membuat Restoran Petani  mendapat penghargaan Tripadvisor sebagai restoran terekomendasi di  Bali yang papan  penghargaannya tergantung di dinding restoran.
Pergi ke Bali jangan terlewatkan dengan bebek gorengnya. Merasakan makan siang di  Bebek Tepi Sawah yang tempatnya memang nyaman di tepi sawah tidak akan dilupakan dengan suasananya  bila berkunjung ke Ubud. Ayam bebek gorengnya yang crispy dan empuk sangat lembut disantap. Apalagi makan siang sambil melihat sawah yang menghijau, menjadi nikmat rasanya makan siang yang jarang ditemui di tengah kota besar.
Masakan tradisonal yang sudah lama saya ingin coba adalah rujak buah kuah pindang. Beruntung ketika saya berkunjung ke Bali awal Desember kemarin saya diantar sahabat Desak dan suaminya Kadek  mencobanya. Rujak kuah ikan pindang rasanya ternyata seperti kuah asinan buah bogor tetapi ada  rasa tambahan  kuah ikan pindangnya.Terdiri dari campuran buah lengkap mulai bengkuang, kedondong, nanas, mangga, jambu semuanya diiris tipis kemudian disiram kuah ikan pindang  yang rasanya pedas dan asam.
Rasanya mirip gado-gado kalau di Pulau Jawa mungkin namanya aja yang berbeda. Beruntung saya memiliki sahabat kuliah asal Bali, Desak yang bersedia mengantar ke tempat warung tradisonal yang memiliki rasa khas Bali. Warung kecil tanpa nama yang mengandalkan menu tradisional mulai bermacam rasa rujak, kolak, tipat cantok cukup ramai dikunjungi penduduk asli Bali yang suka menu tradisional.
Di warung tradisional ini saya juga mencoba es kolak bali yang terdiri dari potongan pisang, kolang-kaling dan ubi rebus juga campuran santan. Cukup segar untuk dinikmati di siang hari yang panas.Memang untuk menikmati menu tradisional Bali perlu diantar warga asli Bali karena jarang ditemui menunya di restoran besar di pinggir jalan utama.
Sekarang di Bali sedang banyak bermunculan warung dan restoran bernama nasi tempong yang rasanya pedas banget. Nama tempong berasal dari bahasa osing asal Banyuwangi yaitu ditempeleng.Jadi dinamakan nasi tempong karena serasa seperti pipi ditempeleng karena rasa pedasnya.
Nasi tempong ada pilihan beberapa lauk mulai ayam goreng, lele goreng, udang goreng, cumi goreng dan semua pilihan disajikan dengan sambal pedas dilengkapi lalapan sayur mulai timun, labu, terong  rebus. Sambalnya mantap banget rasa pedas terasa banget di lidah tetapi nikmat ketika makan nasi dicolek dengan lalapan sambal. Saya mencoba makan siang Nasi Tempong Bu Indra di daerah Kuta, Bali.
Setelah beberapa hari makan makanan berat sudah saatnya menikmati makanan penutup alias dessert yang enak.Pilihan saya tentu es krim yang jadi trending. Es krim di Bali sangat banyak pilihan rasa dan tempat. Sekarang banyak wisatawan lokal yang pergi ke Bali sengaja untuk berburu ice cream gelato yang lezat. Beruntung saya bisa merasakan ice cream gelato yang lezat di Ice Cream Gelato Factory di depan Lapangan Renon, Denpasar.
Pilihan rasa banyak sekali mulai rasa coklat, green tea, mangga, strawbery, vanila, kopi dan lainnya yang mengunggah rasa segar dan nikmat. Harga ice creamnya tidak mahal cukup Rp 10.000 per scope sudah bisa dinikmati dengan pilihan berbagai macam rasa. Saya mencoba rasa mangga dan coklat terasa sekali rasa buah mangganya yang asam manis terasa lembut di lidah.
Di Bali sekarang juga sedang berkembang berbagai macam minuman herbal. Di perkebunan Satria, daerah Ubud dikembangkan berbagai macam teh herbal mulai rosella, teh beras, teh serai, teh kunyit , teh jahe, teh mint dan berbagai macam teh lainnya. Setiap tamu yang berkunjung di Perkebunan Satria akan mendapat suguhan contoh berbagai minuman teh herbal. Saya mendapat suguhan delapan macam jenis teh herbal dalam gelas kecil. Rasanya semuanya berbeda terasa segar ada rasa bumbu dapur sedikit ketika mencoba teh serai. Minum teh sambil melihat di kejauhan perkebunan kopi dan duduk di gubuk-gubuk yang disediakan Perkebunan Satria sangat nikmat untuk bersantai bersama teman. Jadi bagi Anda bukan peminum kopi, ada pilihan lain minum teh herbal yang beragam jenis bisa dinikmati di Perkebunan Kopi Satria ,di Ubud Pulau Dewata.
Di Perkebunan Kopi Satria juga bisa  melihat proses pembuatan kopi luwak mulai  kopi dijemur, disangrai, dan terakhir menjadi bubuk kopi luwak yang dijual mahal. Bubuk kopi luwak bisa dijual sampai hampir Rp 4 juta per kilogram. Kita dapat melihat pembuatan kopi luwak Satria di kebunnya langsung di daerah Ubud, Bali. Masuk ke areal perkebunan tidak dikenakan tiket masuk alias gratis. Malahan wisatawan mendapat surprise diberi suguhan gratis berbagai macam kopi dan teh untuk dicoba. Rasanya sangat santai dan nyaman duduk di meja panjang di gubuk di areal kebun kopi yang pemandangannya berupa lembah perkebunan kopi.
Merasakan kuliner di Bali tidak hanya menikmati kelezatan kulinernya tetapi juga bisa melihat proses pembuatannya, keramah tamahan penduduknya dan proses kreatif penjajian membuat kuliner di Bali lebih nikmat dimakan dan sedap dipandang.